"Safira.... maaf pulang terlambat " Ryuji membelai wajah Safira lembut
"..." Safira tak bersuara matanya sudah terpejam. Mata Ryuji yang biasanya tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya kini sayu perlahan ia mengecup kening Safira lembut.
"Baiklah kalau kamu masih belum menerima permintaan maafku, aku akan tidur dikamar atas." kata Ryuji
Safira seketika membuka matanya dan menunjukan wajah kesalnya "Dasar orang Jepang gak bisa dipercaya !!! kamubilang bakal pulang cepet kenapa pulang malem???" pekik Safira sembari memukulkan kedua tanganya di dada Ryuji.
"Eeeh... baru ditinggal kerja sehari udah kangen aja." goda Ryuji
Wajah Safirapun memerah dia membenamkan wajahnya pada dada Ryuji untuk menutupi rasa malunya, Ryuji membalas sikap manja istrinya dengan mendekap erat tubuh mungil wanita yang ia cintai.
"Ryuuu aku mau tanya sejak kapan kamu menyukaiku?" Safira mendongak melihat wajah tampan Ryuji
"Sejak kita bertemu dua tahun lalu di rumah makan." Ryuji tak melepaskan dekapan hangatnya dan terus menciumi kening Safira.
"Hah??? tapi waktu itu kita belum kenal! dan kita kenal pas ada kunjungan di sebuah universitas jepang." Safira melepaskan diri dari pelukan suaminya
"Ha...ha...ha... ayolah sayang apa menurutmu aku akan begitu saja bersedia menjadi pembicara di acara scholarship??aku datang kesana karena melihat ada data kamu di daftar mahasiswa di program itu."
Safira menatap dalam suaminya yang berdiri hendak mengganti pakainya, Safira merasa sosok pria yang ada dihadapanya ini bukanlah pria yang dulu membuatnya selalu merasa kesal. Dalam sikapnya yang dingin, tatapan mata yang tajam dan kata-kata yang menusuk hati tersembunyi kelembutan, kasih sayang, perhatian dan pelindung yang selalu siap untuknya.
tertatih Safira menghampiri suaminya dan kemudian memeluknya dari belakang, dia mendekap tubuh kekar itu dengan sangat kuat mengisyaratkan runtuhnya benteng kebencian dalam hati Safira pada Ryuji
Ryuji berbalik memamerkan dadanya yang bidang dan perutnya yang sexpac, kedua tangan Ryuji mengusap tengkuk Safira dan mengarahkanya agar lebih dekat denganya. Ryuji mulai mendaratkan ciuman lembut tanda cintanya di bibir Safira, ia melumat halus penuh kasih sayang dan Safirapun membalas lumatan bibir Ryuji melilitkan lidahnya yang diakhiri desahan penuh hasrat.
hawa panas mulai menyerbu tubuh kekar Ryuji, nafas sepasang suami istri ini mulai tak beraturan berpacu dengan debaran detak jantung yang kian bergejolak. Hasrat yang tadi tenang kini mulai bergemuruh dalam jiwa Ryuji nafsu yang meletup- letup mulai memenuhi seluruh aliran darah Ryuji.
Pria bertubuh atletis itu menggendong tubuh kecil Safira dan mulai menyergapnya dengan brutal seakan lupa derita istrinya kemarin malam. Tubuh Safira mulai menggeliat bibirnya mulai meracau tidak karuan menerima setiap sentuhan dari bibir dan tangan Ryuji, Safira sepertinya lupa dengan rasa sakit yang masih menyergap tubuhnya ia terus mendesah mengobarkan api yang kian membakar diri Ryuji hingga teriakan Safira menggema keseluruh ruang kamar Ryuji menghentikan semua aktifitas yang sedang ada pada puncak kenikmatan.
"Safira... maaf aku lupa tak seharusnya aku melakukan ini " kata Ryuji sembari memastikan tubuh bagian bawah Safira tidak mengalami pendarahan lagi.
"hu...hu...hiks...hiks.... Ryuuu mengapa sesakit ini?" Safira merintih keringatnya kini tergantikan oleh air mata yang terus mengucur deras.
hampir semalaman Ryuji menenangkan Safira dan terus memastikan tidak ada pendarahan lagi kali ini sebelum akhirnya mereka terbuai mimpi dalam pelukan hangat suami istri
****
"Selamat pagi.... maaf aku sedikit terlambat" kata Ayumi memasuki ruang ganti para model
"...." tidak ada yang menjawabnya semua orang tertegun melihat seorang TOP model kelas dunia ada diruangan ini, apa yang sedang ia lakukan?? apakah dia menjadi salah satu desainer yang mengisi acara fashion show bulan ini??? pikiran seperti itu terus bergelanjutan di kepala para model yang sedang di rias untuk tampil di panggung.
Sebenarnya wajar mereka berfikir seperti itu karena banyak model yang setelah melambung dia malah menjadi desainer untuk bajunya sendiri bahkan untuk dipamerkan dan dijual dengan brand nama besar sang model.
"nona Ayumi.... mari ikut saya." kata seorang lelaki berpenampilan cukup formal menghampiri Ayumi.
"nona ini adalah ruangan ganti khusus nona, oh ya sebentar lagi perancang busana yang nona Ayumi pamerkan akan segera menemui nona sembari menunggu dia sudah menyiapkan para perias unggulan di kota ini untuk merias nona Ayumi"
Ayumi tersenyum manis memperlihatkan sebagian barisan gigi putihnya yang berjajar rapi. "Ah... tuan ini terlalu berlebihan untuk melayani model rendahan seperti saya" Ayumi mulai memainkan lidahnya menjilat setiap orang dihadapanya.
"tidak nona... justru harusnya kami memberikan hal jauh lbh baik lagi" jawab pria tersebut kemudia ia meninggalkan Ayumi dan asistenya dalam kamar rias yang lebih privacy dari tempat ganti baju model lainya.
"Lihatlah betapa mudahnya menunjukan siapa aku di hadapan para ikan kecil ini" Ayumi menyeringai menatap wajah mulusnya dari pantulan cermin dihadapanya.
"Nona haruskah anda melqkukan semua ini?? anda meninggalkan kontrak besar dengan brand- brand internasional dan malah memilih menjadi model di fashion show kecil sepwrti ini?" tanya asistenya yang bertubuh gemulai.
"Tidak ada hal yang lebih berharga dan lebih penting dari pada mencari tahu kelemahan musuhmu, dengan begitu tujuanmu akan ada dalam genggamanmu dalam sekejap." Ayumi yang selalu terlihat anggun, sopan, berkepribadian baik kini menunjukan sisi lain dari dirinya yang begitu ambisius dan rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sesuatu.
Ayumi sedang bersiap untuk peragaan busananya dibantu oleh beberapa asisten pribadinya. tampak seorang wanita sedang menyapukan bedak pada wajah Ayumi, seorang pria sedang menyiapkan rambut Ayumi, seorang pria lainya membantu Ayumi mengenakan baju bercorak batik khas Indonesia agar terlihat pas dibadan Ayumi yang memiliki pinggul sangat kecil.
Silvi memasuki ruang ganti Ayumi kemudian menghampiri model kelas A ini untuk mengucapkan terimakasih karena telah bersedia membantu dalam acara fashion shownya kali ini.
"Nona Ayumi terimakasih telah bersedia membantu fashion show saya kali ini."
Ayumi memberikan aba-aba pada seluruh asistenya untuk menghentikan semua kegiatan mereka, dia melangkah mendekati Silvi sembari memamerkan kecantikan wajahnya yang tampak sempurna dengan riasan tipis elegan buah karya asisten pribadinya.
"Ah... anda terlalu berlebihan... saya yang merasa terhormat bisa membantu acara anda ini, lagi pula memakai batik adalah keinginan terbesarku"
"Waaah tidak kusangka anda adalah penggemar kain batik."
Ayumi tersenyum manis seraya menjawab "Sudah lama saya ingin mengenakan baju batik tapi sayangnya belum pernah ada kesempatan, ketika kemarin ada tawaran dari agency tanpa pikir panjang aku menerimanya. apalagi ku dengar perancangnya adalah desainer muda berbakat yang dikenal para pecinta fashion di seluruh Asia."
"nona Ayumi terimakasih atas pujianya." silvi membungkukan sebagian badanya sebagai tanda menghormati
"Nona Silvi anda sangat ramah seandainya saya memiliki teman desainer yang sangat ramah seperti anda pasti saya tidak akan pernah mengalami masalah seperti yang sudah- sudah" Ayumi menurunkan gurat tawa diwajahnya membentuk wajah yang penuh kecewa.
"Masalah apa yang anda maksud nona?" Silvi memandang wajah Ayumi menelisik
"Iya desainer yang selalu kutemui tidak pernah memperhatikan modelnya sebaik nona Silvi, mereka menganggap kami hanyalah bagian dari manequin yang bisa berjalan.
"Aaah... saya sangat perihatin nona mendengarnya."
"Apakah nona Silvi mau menjadi salah satu sahabatku didunia fashion ini?" Ayumi mengulurkan tangan kananya ke arah Silvi yang masih membeku mendengar perkataan wanita paling populer di dunia modeling kancah dunia ini.
Silvi pun tak mau menyia- nyiakan tawaran Ayumi, ia menyambut tangan Ayumi dan berkata "Yaaa.... jelas aku mau menjadi sahabatmu."
Dengan senyum manisnya Ayumi memeluk Silvi, membodohi wanita itu dengan persahabatan sedangkan dia sendiri menyimpan rahasia dibalik duri yang siap menusuk siapa saja dihadapanya.
"Safira.... aku akan merebut kembali yang seharusnya menjadi milikku!" batin Ayumi