Lancelot pergi ke daerah selatan bersama pasukannya untuk menghilangkan pemberontakan para penyihir. setelah ia berusaha membujuk ayahnya, akhirnya ia berhasil dan membawa pasukan kavaleri yang berjumlah 100 orang. Meski lawannya adalah para penyihir yang bisa menyerang mereka dari jarak jauh. tapi itu bukan berarti tidak ada cara untuk menyerang mereke. para penyihir cenderung memiliki serangan yang efektif ketika mereka berjarak dengan lawan. hanya saja, jika sudah pertempuran jarak dekat keefektifan serangan mereka akan berkurang., karena sihir perlu mengkonsumsi sebagian energi sehingga membuatnya sulit untuk bergerak lincah.
Lancelot mengkomando pasukannya menuju kearah sekitar gunung yang ada diwilayah Greenland. jaraknya tidak begitu jauh dari istana, hanya perlu menghabiskan sekitar setngah hari perjalanan menggunakan kuda. tadinya Gwen ingin ikut menenmaninya dalam ekspedisi kali ini. tapi Lancelot menolaknya. meskipun adiknya juga memiliki kekuatan sihir yang mengagumkan, tapi bagi Lancelot ia masih harus melatih kemampuannya sebelum mengikuti peperangan.
Gwen juga sempat mengikuti perang bersamanya saat diland of Dawn melawan Dark Abyss. tapi sayang kekuatannya masih belum stabil, sehingga ia sangat mudah kehabisan energi. kejadian itu memaksanya untuk pergi kebarisan belakang. karena sekali atau dua kali penggunaan sihir berikutnya akan membuatnya pingsan seketika.
setelah setengah hari perjalanan. benar saja, dari jarak sekitar 1kilometer, ia melihat sekelompok penyihir, jumlahnya sekitar 30 orang. tapi tentu saja, jumlah itu sudah terlalu banyak untuk satu kelompok penyihir. mereka tentu saja tidak mengandalkan pedang sebagai senjatanya. oleh karena itu Lancelot meminta ayahnya untuk membawakannya prajurit berkuda supaya bisa melakukan serangan cepat.
sebenarnya jumlah itu sudah cukup untuk memporak porandakan pasukannya, mengingat kekuatan sihir mereka yang berbeda beda, akan seperti apa jika semua 30 penyihir itu mengkombinasikan kekuatan sihir mereka?. itu pasti sudah cukup untuk menghancurkan sepasukan besar, apalagi pasukan ini hanya 100 orang. jika salah sedikit saja dalam mengambil langkah. itu pasti akan menyebabkan kekalahan telak.
Lancelot terdiam dalam rencananya. memikirkan strategi untuk kangsung menyergap lawan. kali ini mereka tidak terlihat oleh pasukan penyihir itu. mereka mengambil jalur lereng dan para penyihir itu berada tepat dibawahnya. tidak ada tanda tanda kecurigaan diantara mereka.
tempat para penyihir itu juga berada di area yg jarang ditumbuhi pepohonan. kali ini ia menyadari ternyata tempat itu adalah perkemahan mereka. dan tentu saja, ini akan menjadi sebuah kesempatan baginya. ia segera memanggil salah satu dari panglimanya untuk perundingan penyergapan.
setelah panglima itu datang, ia kemudian menyuarakan rencananya. ia ingin membagi pasukannya menjadi dua bagian. kelompok pertama sebagai penyerang dan kelompok yang kedua sebagai penyergap. sebelum kelompok penyerang memulai serangan, kelompok penyergap akan pergi menuruni lereng dan mengambil tempat yang tepat untuk memulai penyergapan ketika para penyihir itu sedang fokus menghadapi para penyerang. kelompok pertama ia serahkan kepada panglimanya sedangkan ia sendiri akan mengambil langkah untuk memimpin penyergapan. ia tidak membagi rata pasukannya, tapi kelompok penyerang akan lebih sedikit drpd kelompoknya dengan perbandingan 2:3. ia melakukannya supaya penyergapan berjalan efektif dan bisa menghabisi mereka semua.
ia kembali mengangkat pandangannya ke tempat itu. dan dengan isyarat tangan Lancelot memerintahkan para prajurit untuk mulai bergerak. Terlebih dahulu ia bergerak bersama 60 prajuritnya untuk menuju tempat penyergapan. kemah tempat para penyihir itu terletak disebelah timur lereng. kemudian ia segera pergi keselatan untuk memblokir mereka jika mereka mundur sekaligus menyergap mereka. walaupun para penyihir itu hanya berjumlah 30an, tapi mereka tetap tidak bisa diremehkan.
Lancelot bergerak pada sore hari dan mereka akan memulai serangan di pagi harinya. sebelumnya juga ia memerintahkan pamglimanya Sharon untuk membunyikan terompet jika mereka sudah berhasil menarik perhatian mereka.
kemudian ia memacu kudanya dan mulai bergerak. para prajurit mengikutinya. suara derap langkah kuda menjadi lagu yang mengiringi mereka.
Lancelot menggunakan set pakaian Masked Knightnya. jubah hitamnya terbang beriringan dengan langkahnya. dan topeng hitamnya juga membungkus sebagian wajahnya, menyisakan mata biru gelapnya yang tampan. biasanya dalam peperangan ia selalu menggunakan set pakaian Royal Matadornya. namun karna ekspedisi ini adalah untuk membasmi pemberontakan. ia akhirnya menggunakan pakaian hitamnya. dengan bunga mawar yang di taruh di saku atas bajunya. mirip dengan sosok legendaris Zorro.
setelah sekitar satu jam mereka bergerak, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. mereka saat ini berada sekitar 1,5 kilometer dari tenggara para penyihir. ia juga menyadari ternyata didekatnya juga ada mata air. yang mana jika para penyihir itu bergerak mundur kemungkinan besar mereka akan melewati tempat ini.
mereka kemudian membuat tenda untuk berisitirahat.
Lancelot berdiri disamping mata air dengan matanya tertuju pada tempat itu. ia terdiam dalam lamunannya. pertanyaannya masih belum terjawab, mengapa para p enyihir itu menyerang wilayahnya? siapa dalangnya? dan apa maunya?.
tiba tiba ia teringat dengan kata kata keluarga paxley yang sepertinya itu adalah prinsip mereka, bahwa hanya orang orang bodoh yang menggunakan pedang untuk berperang.
baginya mereka begitu naif. yang hanya menilai sesuatu dalam satu aspek. toh semua itu tergantung dengan kemampuan dan kecerdikan seseorang. tapi untungnya diantara keluarga itu juga ada yang tidak setuju dengan mereka. malah ia adalah putranya sendiri, seorang swordmanship yang sangat hebat. Lancelot juga sangat mengaguminya. selain tampan ia juga hebat dalam kemampuan bertarungnya.
"tuan.." kata seorang penjaga yang datang menghampirinya.
"ada apa..?"
"apa yang kau lakukan disini..?"
"memangnya kenapa..?" tanyanya balik. alis sebelahnya mengerut menatap prajuritnya itu.
"tidak apa.. aku hanya ingin melapor, dalam perjalanan kita kesini, tadi aku melihat diperkemahan mereka ada seorang penyihir yang juga mengandalkan pedang sebagai senjatanya." jelasnya
" umm.. bagaimana kau tau itu..?" tanyanya
" karena aku melihatnya.." jawabnya polos
"tidak tidak.. maksudku kenapa kau begitu yakin penyihir itu menggunakan pedang sebagai senjatanya..?"
"aku tidak yakin, hanya saja aku melihatnya sedang berlatih dengan teman temannya.. sedangkan teman temannya menggunakan sihir mereka dari jarak yg tidak dekat, ia hanya menggunakan pedangnya dan mengalirkan kekuatan sihir dipedangnya. sihir itu membuat pedangnya menjadi warna jingga.." jelasnya..
"apa dia terlihat gesit..?"
"entahlah.. aku tidak melihatnya bergerak kesana kemari. ia hanya menggunakan pedangnya dan menembakan sihir lewat pedangnya.. tapi aku yakin tuan pasti lebih cepat daripada dia.."
"mengapa..?" alisnya terangkat
" umm.. karena tubuhnya yang besar.." balasnya. tanpa disadari tangannya juga ikut terangkat mendeskripsikan kata "besar"
"baiklah.. mungkin ekspedisi kali ini akan menjadi momen yang tidak mudah.. kalau begitu kau boleh kembali.." katanya sambil membalikan badan membelakanginya.
"baik tuan.." penjaga itu kemudian melangkah pergi meninggalkan derap langkah kaki yang bersentuhan dengan rumput. tapi tak lama setelah itu ia berbalik dan kembali.
"tuan.. makan malam sudah siap.."
***
sinar jingga bersinar di ujung cakrawala, langit yang tadi berwarna hitam kini berangsur angsur membiru, menyisakan awan sirus putih yang menambah pesona langit.
Sharon, sang panglima meraih ketopong besi dan meletakannya dikepala. menyisakan mata dan dagunya yang berjambang, ia kemudian melangkah untuk mendekati kuda dan menaikinya. kali ini ia akan memulai serangan.
seperti yang direncanakan, mereka akan memulai serangan ketika matahari terbit. sebelumnya juga ia mengirim seseorang untuk memata matai mereka untuk memastikan bahwa mereka akan menginap ditempat itu semalam. dan kini ia akan memimpin untuk memulai serangan.
ia dan prajuritnya sudah menaiki masing masing kuda mereka. yang mereka tunggu hanyalah aba aba untuk bergerak. ketika itulah sharon mengangkat pedangnya untuk memulai serangan. mereka kemudian memacu kuda dan bergerak menuruni lereng. lereng itu tidak curam dan juga tidak mudah dilewati oleh para penunggang kuda. mereka memanfaatkan lereng karena musuh tidak akan menduga bahwa jika ada serangan dari lereng, itu mungkin bukan pasukan berkuda. maka dari itu, memanfaatkan medan untuk membuat serangan tak terduga.
benar saja ketika mereka sudah melihat satu sama lain, para penyihir langsung mundur karena serangan tak terduga itu. sebenarnya mereka bukan mundur untuk melarikan diri, tapi mengambil posisi yang tepat untuk melakukan serangan balik. diantara mereka ternyata ada penyihir yang mengendalikan tanaman. ia langsung memanggil tanaman merambat untuk mencegah pasukan berkuda itu. dan ketika mereka melewaiti zona yang telah disihir, sebagian dari mereka ada yang terguncang hampir jatuh, dan bahkan ada yang jatuh dari kudanya. tapi tetap saja itu bukan hasil yang memuaskan bagi mereka. karena pasukan berkuda begitu cepat, akhirnya mereka bisa mendekati para penyihir dan mulai mengangkat pedang yang terhunus. tepat ketika Sharon sudah yang melayangkan pedangnnya untuk menebas salah satu penyihir, tiba tiba ia tersungkur jatuh dari kudanya. dan langsung berguling untuk mengambil posisi yang aman, sambil matanya menyebar mencari asal serangannya itu.
seketika perang pecah diantara mereka, satu dua korban mulai berjatuhan dipihak Sharon dan para penyihur mungkin hanya mengalami luka luka yg dapat dengan mudah disembuhkan. tidak mau berterusan dalam keadaan seperti itu, ia kemudian mengambil terompet di pinggangnya dan meniupnya sekeras yang ia bisa sambil tangan sebelahnya tetap memegang pedang yang teracung, ia seberusaha mungkin untuk bertahan, memang benar apa yang dikatakan yang mulia. mereka adalah lawan yang tentu saja tidak bisa dianggap enteng. ia merasa pasukannya terlihat seperti orang bodoh yang menyerahkan nyawanya begitu saja. beberapa orang mulai berjatuhan dan tak dapat bangun, tapi tak lama setelah itu ia mendengar suara derap langkah kuda yang begitu akrab, suara itu seolah olah itu adalah suara dari malaikat penyelamat.
"kita dikepung.. semuanya kita dikepung..!!" teriak salah satu penyihir itu. tapi tak disangka, penyergapan itu bukannya membuat mereka kocar kacir, tapi malah membuat formasi yang terlihat aneh.
Lancelot melompat dari kudanya dan mulai menyerang para penyihir itu, dengan gerakan gesitnya ia bergerak kesana kemari seperti kilat yang menyambar bumi, satu dua penyihir mulai berjatuhan ditangannya, seolah olah penyihir itu seperti kambing yang siap disantap oleh serigala. tapi pasukannya tak sehebat dan seberuntung dirinya. ia melihat ada seorang penyihir bertubuh besar dengan pedang yang juga cukup besar, aura jingga menyelimuti dirinya. ia memang tidak gesit, tapi satu tebasan pedangnya bisa melumpuhkan beberapa prajuritnya. seperti yang diceritakan oleh pengawalnya, ia memang penyihir tempur jarak dekat. ditambah kekuatan sihir yang mengalir dipedangnya, ia menjadi momok yang menakutkan bagi prajuritnya. tak mau berterusan seperti itu. ia akhirnya bergerak melesat melakukan blink kearahnya. dan menangkis serangan yang diarahkan terhadap prajuritnya.
menyadari ada lawan yang seimbang, penyihir itu tersenyum kecut kearahnya. menyisakan semilir angin pagi berbau amis dan dedaunan yang terbang melewati telinga mereka. terjebak dalam tatapan satu sama lain.
keduanya mengacungkan pedang untuk memulai serangan.