Setelah itu Nana masuk ke dalam restauran dan duduk di salah satu bangku kosong.
"Nona mau pesan apa? " tanya pelayaan yang baru saja mendekati meja Nana.
"Saya akan melihat menu dulu" ucap Nana seraya menunduk menatap menu.
'Ya ampun mahal banget, ini sih buang-buang uang, lebih baik aku cari makanan murah deh di luar.' Batin Nana.
"Maaf saya tidak jadi pesan karena saya harus segera pergi" lanjut Nana sambil menyerahkan lembaran menu ke pelayan.
Setelah mengatakan itu, Nana bergegas keluar dari restoran, namun saat keluar dari pintu Nana tidak sengaja menginjak tali sepatunya dan hampir terjatuh.
"Aaa... "
Nana teriak dan kaget ketika menyadari dia akan jatuh, itu memalukan jadinya dia menutup mata ketika merasa tubuhnya hampir tergeletak di lantai depan restauran.
Namun tiba-tiba dia merasa telapak tangan besar melingkar di pinggangnya. Dia mencium bau harum yang unik dari seorang lelaki, dengan segara dia membuka matanya dan melihat wajah beku seperti raja es dengan tatapan yang mengerikan begitu dekat dengan wajahnya.
"Ka...ka.. kamu? " bola mata Nana terasa ingin melompat dari tempatnya ketika mengenali lelaki yang sedang memegang pinggangnya.
Menyadari dirinya masih di pelukan lelaki itu, Nana berusaha melepaskan dirinya, tapi pegangan lelaki itu sangat kuat.
Tiba-tiba lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Nana dan berbisik, "Taktikmu begitu licik"
Mendengar perkataan Lelaki itu, ekspresi Nana menjadi gelap, dengan kekuatan yang besar dia mendorong tubuh lelaki itu hingga membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.
Melihat bosnya diperlakukan begitu para pengawal itu berkata, "Bos apakah kita harus menyingkirkan gadis ini?.
Mendengar perkataan pengawal itu ekspresi Nana berubah cemas dia benar-benar takut dan berfikir kalau tidak ada yang akan baik jika dia bertemu lelaki ini lagi.
Lelaki itu mengangkat tangan kananya, yang berarti meminta pengawalnya diam, sedang Nana mengumpulkan keberaniannya dan menantang tatapan bengis lelaki itu karena dia tau kalau dia tidak salah.
"Tuan Kim Lion apa maksud anda mengatakan kalau saya licik? " tanya Nana dengan gugup.
"Bahkan kamu tau namaku..?" Lion memicingkan matanya tanpa ekspresi.
Melihat tatapan Lion yang semakin tajam, Nana mundur beberapa langkah."Itu..aku..aku tau dari supir mu.. "
"Oh" jawab Lion.
Lion melangkah meninggalkan Nana setelah mengatakan itu, namun sebelum itu dia berhenti tepat sejajar dengan bahu Nana dan berbisik.
"Jangan muncul di hadapanku lagi !"
Setelah mengatakan itu Lion memperbaiki jas nya dan masuk ke dalam restauran yang diikuti oleh dua pengawalnya.
Sekali lagi Nana menghela nafas lega karena merasa selamat dari Lion, dia juga berharap kalau Lion tidak akan muncul lagi di hadapannya.
'Siapa juga yang mau muncul di depan orang sombong sepertimu? amit-amit cicing bayi kalau sampai aku ketemu lagi denganmu'. Batin Nana.
Dengan cepat Nana meninggalkan restauran dan masuk ke sebuah minimarket, dia membeli beberapa roti dan minuman, setelah itu dia kembali ke kantor KI dan duduk di tempat semula menikmati makanannya.
Waktu terus berjalan, Nana melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan kalu dia tidak kelewatan siapapun yang melintas, sesaat kemudian Nana merasa sangat lelah tanpa sadar dia tertidur sambil bersender di tembok.
Waktu hampir sore, resepsionis itu terkejut melihat Nana masih menunggu sampai ketiduran, dengan pelan dia mencoba membangunkan Nana.
"Nona, ini sudah sore lebih baik Nona segera pulang! " ucap resepsionis dengan lembut.
"Mmmm... maaf saya ketiduran, oh ya kenapa bosmu belum juga keluar? " tanya Nana sambil mengucek matanya.
"Nona tidak akan pernah bisa melihatnya di sini karena dia tidak akan pernah lewat jalan ini" jelas resepsionis itu.
Nana tercengang. "Terus kenapa kamu tidak bilang dari tadi? kalau begitu dia lewat mana?"
"Nona tidak bertanya sih, setau saya bos memiliki lift dan pintu keluar pribadi, kami saja tidak pernah melihat apa lagi bertemu denganya di jalur ini " lanjut resepsionis yang sangat ramah itu.
"Oh begitu, aku sih tidak heran karena bosku sudah memberitahuku sejak awal, tapi sekarang aku semakin penasaran segila apa sih bosmu ?" Nana benar-benar tidak mau menyerah hanya karena ketidak berhasilan sekali.
Resepsionis itu tersenyum seraya menepuk pundak Nana. "Semoga berhasil"
Nana melihat resepsionis itu begitu ramah sehingga muncul ide untuk mendekatinya.
"Nama kamu siapa?, umurmu berapa?, dan boleh gak aku minta nomer kontakmu? " tanya Nana.
"Eun Jung itu namaku tapi kamu boleh memanggilku Eun, usiaku baru 25 tahun, aku akan memberimu kontakku" kata Eun dengan senang hati, sejujurnya dia cukup kagum dengan semangat dan keteguhan Nana.
"Wah.. ternyata kita seumuran, terimkasih sudah bersikap baik padaku" Nana menjabat tangan Eun dengan riang, dia bahagaia karena menemukan teman baru lagi.
Eun sedikit terkejut mendengar pernyataan Nana, "Benar-benar tidak bisa di percaya, aku kira usiamu masih 20 karena wajahmu yang imut dan tubuhmu yang kecil serta penampilan dan dandananmu begitu santai layaknya gadis remaja"
Nana tidak bisa menahan tawanya, dia memang mengakui kalau tubuhnya kecil dan wajahnya imut.
Setelah selesai ngobrolan dengan Eun, Nana langsung pulang ke rumah alih-alih ke kantornya.
»Keesokan paginya«
Sudah kali keempat Nana datang kembali ke KI Grup, kali ini dia menggunakan taktik pengintaian dengan bersembunyi di belakang pohon dekat parkiran.
Kali ini aku harus bisa menemui Ceo itu, dia pasti memarkir mobilnya di sini. Gumam Nana sambil meneropong kearah parkiran.