Beberapa hari kemudian, Axton dan Wenda menyelenggarakan pernikahan mereka. Jika dahulunya mereka menikah disaksikan oleh orang-orang yang sama sekali tak mereka kenal di Malaysia maka kali ini mereka menikah di depan keluarga besar.
Acara pernikahan mereka pun tak luput dari perhatian wartawan sehingga seluruh dunia mengetahui bahwa Axton, Presdir Denzel Company yang jarang sekali terlihat bersama dengan seorang wanita kini akan menikah.
Ketika berita itu tersebar, orang-orang ada yang menyambut baik dan ada juga yang menyambutnya buruk. Untuk beberapa orang mereka sangat senang bahwa pria itu akhirnya mendapat seseorang yang spesial dihatinya dan untuk yang buruknya, beberapa orang tak suka dengan pernikahan ini karena isu bahwa sang pengantin wanita telah hamil.
Mereka semakin tak suka saat Denzel Company mengonfirmasikan bahwa berita itu benar adanya tapi dengan menambahkan penjelasan bahwa Axton dan si wanita telah menikah di Malaysia cukup lama hanya saja kali ini mereka ingin kembali menikah untuk disaksikan oleh keluarga besar mereka.
Penjelasan dari pihak Denzel Company membuat orang-orang mengerti saat ini bahwa si pengantin wanita tengah mengandung anak Axton. Orang-orang banyak menyampaikan pendapatnya tentang kabar ini ada yang berkomentar baik mau pun sebaliknya namun itu tak menyurutkan kegembiraan bagi yang merayakan pernikahan.
Acara pemberkatan nikah berlangsung hikmat, tanpa cacat sekalipun mereka berdua mengucap janji suci pernikahan. Raut wajah bahagia tampak di wajah keduanya yang berseri-seri, tak satu pun dari mereka melepas pandangan satu sama lain.
Acara dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Axton dan Wenda menyapa semua tamu dan sedikit berbincang-bincang. Saat Axton sedang berbincang dengan beberapa tamu, Wenda duduk tak jauh dari tempatnya Axton berdiri.
Semua ini karena Axton tak ingin Wenda kelelahan karena terus berdiri dan meminta dia untuk duduk ditambah dia sedang hamil sekarang. "Lama tak bertemu denganmu, Nyonya Wenda Denzel." Wenda menoleh, dia terkejut melihat Leo tersenyum padanya.
Dia sontak berdiri dan memeluk pria itu, Wenda sama sekali tak menyadari bahwa sekarang mata Axton menatap tajam pada mereka berdua.
Leo membalas pelukan itu dan melepaskannya secepat mungkin sebelum orang-orang mulai mencurigai mereka apalagi Wenda adalah mempelai wanita. Leo yakin saat ini Axton cemburu melihat mereka berdua tanpa harus dipastikan.
"Selamat ya atas pernikahannya yang kedua kali dan juga selamat atas kehamilanmu." kata Leo sambil melihat ke arah perut Wenda yang besar.
"Terima kasih, maafkan aku jika aku tak sempat pamit.."
"Tak apa-apa, aku mengerti dengan keadaanmu waktu itu. Oh ya aku belum memperkenalkanmu pada seseorang," Leo melirik seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya.
Wanita tersebut tersenyum dan mendekati Leo. Begitu wanita tersebut berada di samping pria cassanova, Leo menggenggam tangan si wanita. "Dia Emily, istriku!" mata Wenda membulat sempurna dan memandang si wanita yang tersenyum ramah.
"Kapan? ... sungguh aku tak tahu kalau.." Wenda menjabat tangan Leo dan Emily secara bergantian.
"Selamat ya!" Leo terkekeh dan mengucapkan terima kasih pada Wenda. Dari mata Wenda, dia menyimpulkan bahwa Emily adalah wanita yang baik. Leo tak salah dalam mencari pasangan.
Axton menghampiri mereka dan merangkul pinggang Wenda. "Hai Tuan Axton selamat ya!" ucap Leo.
"Terima kasih dan maaf juga kalau kami tak bisa hadir dalam pernikahan kalian." Leo tersenyum simpul,
"Tak apa-apa," sahut Leo.
"Kalau tak ada yang dibicarakan antara kalian, bisakah aku membawa istriku sekarang?" Leo tertawa dengan tingkah Axton, kenapa dia harus minta ijin dulu.
"Tentu kawan silakan." Axton lalu berjalan meninggalkan pasangan yang baru menikah itu bersama Wenda.
"Kenapa kau menarikku menjauh dari mereka, padahal aku masih ingin berbincang dengan Leo!" protes Wenda.
"Karena ini saatnya waktu bagi kita berdua." balas Axton. Dia menarik Wenda agar lebih dekat dengannya, menatap Wenda dengan lekat sebelum akhirnya mendaratkan ciuman di bibir Wenda.
Hanya sebuah kecupan ringan tapi bisa membuat hati Wenda berbunga-bunga. Wenda menatap intens pada Axton, "Hanya kau yang bisa membuat semua ciuman kita menjadi ciuman pertama." bisik Wenda.
"Aku tahu," balas Axton sambil tersenyum.
"Aku mencintaimu," kata Wenda lagi.
"Aku tahu," balas Axton. Wenda agak kesal karena Axton menjawab dua pertanyaan itu hanya singkat tapi sejurus kemudian dia memeluk Axton untuk menikmati waktu mereka berdua.
Walau semua orang berbahagia karena pernikahan Axton dan Wenda, ada beberapa orang yang saat itu sedang dilanda cemas seperti halnya Fano yang kini berjalan cepat karena gelisah...
Gelisah karena namanya terus dipanggil oleh seorang gadis yang terus mengejarnya. "Fano, tunggu aku!" seru gadis itu. Si gadis berjalan dengan cepat untuk menyamakan kecepatannya.
Usahanya membuahkan hasil dia bisa menyentuh tangan Fano dari belakang dan sukses membuat Fano terperanjat kaget.
Fano berbalik setelah menjauhkan tangannya pada si gadis. "Apa yang kau inginkan dariku, Zarina? Kita sudah tak punya hubungan apa-apa lagi!" kata Fano kesal pada si gadis yang ternyata adalah Zarina.
"Lalu kenapa kau menghindariku?! Aku hanya ingin bicara denganmu sebentar saja, apa kau tak punya waktu untukku yang notabenenya aku ini mantan pacarmu!" protes Zarina. Fano menghela napas dan memandang Zarina dengan pandangan yang sulit diartikan.
Selama ini, alasannya untuk tinggal di desa adalah Zarina. Masalah yang membuat keduanya tak bisa berhubungan ialah karena keduanya berbeda dan Fano menyadari perbedaan itu hingga dia memutuskan bahwa hubungan mereka tak bisa dipertahankan walau Fano masih mencintai Zarina.
Sampai saat ini, hanya Zarina yang berada dihati Fano. Itu sebabnya yang Fano ingin cepat-cepat menikah dan melupakan cinta pertamanya. Akan tetapi ketika Fano membuka lembaran baru, Zarina datang diwaktu yang tak tepat.
"Aku berusaha melupakanmu tapi aku tak bisa melakukannya karena hanya kau pria yang baik. Aku masih mencintaimu Fano," Fano tertegun sesaat namun kemudian mendekati Zarina dan merengkuh tubuh Zarina.
"Aku juga masih mencintaimu tapi Zarina kita tak bisa bersama, sekuat apapun kita mencoba aku takkan bisa menyamaimu." kata Fano.
"Kalau begitu aku siap hidup sederhana bersamamu." jawab Zarina lugas. Fano melerai pelukan tersebut dan menggelengkan kepalanya.
"Pergilah Zarina, kembalilah pada orang tuamu. Jika suatu hari kita berjodoh kita pasti akan bersama." Zarina sedih dengan ucapan Fano. Kenapa dia selalu berpisah dengan pria di depannya ini? Pria yang dicintai oleh Zarina.
Chup!
Fano terkejut saat bibir Zarina menyentuh bibirnya. Ciuman tersebut singkat tapi meninggalkan kesan begitu mendalam karena ciuman tersebut adalah ciuman pertama bagi mereka.
Entah siapa yang memulai ciuman kedua, namun diciuman kali ini keduanya saling membalas menumpahkan kerinduan dan cinta yang terkubur dalam-dalam. Wajah mereka berdua merona sempurna saat melepas ciuman tersebut.
Zarina membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Fano sendiri menghela napas sendirian.
💘💘💘💘
Catatan Author :
Hai ini dengan author, maaf tiba-tiba akhir cerita di bab ini bukanlah cerita dari Wenda dan Axton tapi tenang saja author akan melanjutkan Axton dan Wendanya besok. Nah, kalau readers berharap bahwa saya akan melanjutkan cerita Fano dan Zarina author mohon maaf karena aku pakai mereka untuk lomba kontes di aplikasi penulis lain.
Tapi masih volume pertamanya saat Fano dan Zarina saling mengenal. Kalau readers tertarik, silakan kunjungi aplikasi Wp cari akun @ErlianiKadoang, dengan judul Singkong dan Keju. Sampai jumpa besok!!