Mereka berdua akhirnya kembali dari taman dan menaiki mobil untuk pulang. Tangan Wenda terus menggenggam hangat tangan Axton erat tanpa melepaskannya sekalipun. Keduanya berpandangan, saling mengumbar senyuman satu sama lain.
Cody ikut-ikutan tersenyum melihat keduanya nampak bahagia. Cody sangat mengenal bagaimana sifatnya Axton, dulu dia sangat dingin dan tak mau berhubungan dengan yang namanya wanita.
Tetapi sekarang dia nampak bahagia ketika Wenda masuk ke dalam hidupnya. Dia yang awalnya jarang tersenyum kini memamerkan senyum manisnya pada Wenda. Begitu sampai di hotel, mereka berjalan menuju kamar yang mereka tempati tak tahu jika Cody sudah merubah kamar mereka.
Ketika mereka masuk, keduanya terkejut melihat lilin beraroma bunga mawar sangat banyak sementara lampu diatur remang-remang dan lebih mengejutkan lagi bunga mawar terhampar di ranjang. "Apa ini salah satu kejutanmu lagi?" tanya Wenda bingung.
"Tidak, aku tak melakukan ini." jawab Axton juga bingung.
"Tunggu aku menghubungi kepala manajer dulu." Wenda beralih memandang ranjang itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sekertarisku? Baiklah terima kasih atas informasinya." Axton segera menghubungi Cody.
"Halo, Cody. Kenapa kau melakukan.."
"Maaf Tuan, bukannya saya lancang tapi saya ingin membantu anda saja semoga lancar!" Axton hendak menyela tapi teleponnya langsung diputuskan oleh Cody.
Axton berdecak kesal sambil menghampiri Wenda yang duduk di tepi ranjang. "Ternyata semua ini adalah rencana Cody, entah apa yang ada dipikirkan olehnya sampai mengubah kamar kita seperti ini." tukas Axton kesal.
Wenda hanya memulas senyum, dia menarik Axton agar duduk di sampingnya. "Aku rasa aku tahu kenapa dia melakukan ini? untuk membuat hubungan kita lebih dekat lagi." kata Wenda. Axton menautkan alisnya tak mengerti.
"Malam pertama." lanjut Wenda. Axton membulatkan matanya, wajahnya memanas begitu juga dengan wajah Wenda.
"Apa kau serius mau melakukan hal ini? Aku tak ingin kau merasa keberatan." kata Axton memastikan, berusaha menghilangkan kegugupannya.
"A-aku menurutimu saja, aku tahu hari ini akan datang cepat atau lambat dan sebagai seorang istri yang baik aku akan menjalani kewajibanku." sahut Wenda dengan jantung berdebar.
Kedua mata Axton memandang lekat pada Wenda yang masih menunduk. "Apa kau serius?" tanya Axton. Wenda mengangkat wajahnya memandang tepat pada kedua mata emerald Axton.
"Aku milikmu sekarang." Setelah berucap begitu, bibir Wenda dibungkam oleh bibir Axton. Ciuman itu berlangsung singkat, Axton menyatukan kedua dahi mereka memandang pada Wenda sembari tersenyum.
"Maka aku tak akan menahan diriku lagi." Dibaringkannya Wenda menguncinya dalam kedua lengan kokohnya. Mencium bibir Wenda penuh hasrat memulai proses penyatuan tubuh dan jiwa keduanya untuk melengkapi pernikahan mereka.
Malam itu, Wenda pasrah dan menikmati semua sentuhan yang diberikan Axton padanya. Menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri dan menjadi seorang wanita yang sebenarnya.
💘💘💘💘
Keesokan paginya, Wenda terbangun dari tidurnya. Dirasakannya tubuhnya pegal, apa ini efek dari melakukan malam pertama ya? begitulah pertanyaan di dalam benak Wenda. Sepasang tangan kekar merangkul tubuhnya yang polos dari belakang.
Siapa lagi kalau bukan Axton, dia tampak damai dalam tidurnya. Wenda bisa merasakan deru napas Axton yang teratur begitu juga dengan dadanya yang naik turun karena bersentuhan langsung dengan punggungnya . Wajah Wenda memerah tiba-tiba mengingat apa yang terjadi semalam.
Merasa tubuhnya lengket, Wenda berangsur melepaskan rangkulan Axton. Dilakukannya pelan-pelan agar tak membangunkan Axton. Wenda hampir saja menjerit kesakitan ketika dia merubah posisi duduk karena rasa sakit di daerah kewanitaannya.
Dia membekap mulutnya sendiri supaya Axton tak terbangun. Berusaha menahan kesakitan, Wenda melampiaskannya dengan cara mengigit bawah bibirnya sendiri. Susah payah Wenda berdiri dan berjalan, sampai akhirnya dia menyerah karena rasa sakit.
"Aw," ringisan Wenda pelan namun cukup membuat Axton terbangun dari tidurnya. Axton merubah posisinya, dia menemukan Wenda terduduk di lantai sambil meringis kesakitan.
Axton cepat-cepat mengenakan boxernya dan menghampiri Wenda. "Apa masih sakit?" tanyanya lembut. Wenda terkejut dengan kehadiran Axton yang tiba-tiba tapi kemudian mengangguk dengan wajah tersipu malu.
"Kau ingin mandi ya?" Wenda sekali lagi mengangguk. Axton tersenyum genit, dia lalu menggendong Wenda bridal style.
"Mau mandi bersama?" ajak Axton.
"Ti-tidak aku bisa sendiri." balas Wenda menolak ajakan Axton.
"Ah sudahlah jangan malu, aku sudah melihat semuanya." Makin memanaslah wajah Wenda dan dia hanya bisa diam ketika Axton masuk ke dalam kamar mandi bersama Wenda dalam gendongan.
Axton menyalakan shower dan menurunkan Wenda tanpa melepaskan pelukannya. Dia mengecup kening, kedua pipi dan berakhir di bibir Wenda. Axton melepas ciuman singkat itu dan kemudian menundukan kepalanya mengecup jenjang leher Wenda yang dipenuhi bekas kiss mark karena perbuatan Axton semalam.
"Apa kau mau kita melakukannya lagi?" tanya Axton.