Flavian masih tak dapat mempercayai apa yang dikatakan oleh sang Raja. Sulit rasanya mencerna situasi ini. Ia mengira bahwa Alucard adalah seorang iblis.
"A-anda menerima seorang iblis di Calestine Land, Yang Mulia?"
Raja Tigreal menggeleng. "Tak seperti yang kau kira, Flavian. Iblis itu adalah kakak angkatnya. Dan Alucard datang ke tempat ini untuk mencari tahu sesuatu. Jadi, kumohon bantuanmu untuk tak menyembunyikan apapun dari kami."
"Yang Mulia, apapun yang anda tanyakan, akan kujawab menurut apa yang kutahu."
"Alucard bilang padaku, ada sebuah pesan yang saudaranya tinggalkan saat terjadinya perang itu berlangsung. Seharusnya iblis itu mencoba mendekati diriku dan melawanku, tapi sayang, saat itu kaulah yang berhadapan dengannya. Jadi, kutanya sekali lagi, benarkah tidak ada pesan lain selain informasi yang kau sampaikan padaku waktu itu?"
Flavian berusaha mengingatnya, namun ingatan yang dimilikinya benar adanya. Hanya informasi tentang Dark Witch saja yang diterimanya saat itu. Tidak ada yang lain.
"Dengan cara apa aku harus membuktikannya, Yang Mulia? Kenyataannya, memang tidak ada pesan lain yang kuterima saat itu."
"Kau bohong!!" tunjuk Alucard tak sabar. "Dia meninggalkan pesan penting yang lain untukku termasuk rencana Dark Witch! Dan aku yakin, kau tak menceritakan bagian itu pada rajamu!!"
"Hei, jadi kau menuduhku berbohong?? Bahkan Yang Mulia sendiri bisa tahu apakah aku berbohong atau tidak melalui kemampuannya. Jadi jangan bicara omong kosong padaku!"
"Kau-"
"Yang Mulia, aku merasa tertuduh di sini. Kenapa aku harus berbohong untuk sesuatu seperti ini? Apalagi perang itu sudah menjadi mimpi buruk untuk kita semua. Mana mungkin aku menyembunyikan sesuatu." Flavian merasa kesal karena seolah terus dipojokkan. Dan dia tak menyukai cara Alucard menatapnya.
"Maafkan aku, Flavian. Aku tak bermaksud ingin menekanmu, tapi... pemuda ini tidak akan pernah datang ke sini tanpa adanya alasan yang kuat. Jadi tolong jangan merasa bahwa aku menyudutkanmu. Kami hanya ingin mencari titik terang dari masalah ini."
"Jangan katakan demikian, Yang Mulia. Maaf bila aku tak bisa menahan diriku, tapi... bukankah anda bilang baru bertemu dengannya setelah sekian lama? Dan anda mempercayainya begitu saja?"
"Sudah kubilang, akan panjang bila kuceritakan karena anak ini adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa."
Alucard tersentak mendengar ucapan Raja Tigreal. Di saat seperti ini, kenapa dia mengatakan lelucon konyol seperti itu? Ini menjengkelkan.
"Dan aku mempercayainya lebih dari diriku sendiri," imbuh Raja Tigreal yang berhasil mengheningkan suasana untuk sesaat.
"Bagaimana kalau kita berpikir dari sudut pandang yang lain? Bagaimana jika iblis itu memang tak menyampaikan "pesan yang lain" itu padaku? Dan dia hanya memberitahuku tentang satu-satunya informasi bahwa Dark Witch sudah menjadi lebih kuat dan mampu membentuk banyak pasukan," tawar Flavian.
Alucard mulai geram. "Jadi kau mau bilang kakakku yang berbohong?!"
Flavian mengedikkan bahu. "Aku tak bilang begitu, tapi... intinya memang sama, sih. Kalau kau bisa menuduhku berbohong, kenapa kau tidak berpikir lagi bagaimana jika seandainya saudaramu yang berbohong padamu dengan mengatakan meninggalkan "pesan yang lain" itu padaku, atau pada Yang Mulia jika saat itu saudaramu yang berhadapan dengan beliau?"
"Yah... seperti yang kupikirkan sebelumnya." Terdengar suara pelan Aaron yang nampak berpikir dari tempatnya berdiri. Memang tak menutup kemungkinan apa yang dikatakan Flavian memang benar.
Jelas Alucard tak terima dengan ucapan lelaki itu. Dan itu malah semakin merumitkan jalan keluarnya. Posisinya seketika dibalik dalam sekejap mata.
"Kakakku tidak bohong! Dia bukan sosok yang mau menyerahkan nyawanya begitu saja ke tangan orang lain, dan dia tidak akan mengorbankan dirinya demi menyampaikan pesan itu pada rajamu!!" bentaknya dengan nada tinggi. "Pesan itu tidak hanya berhubungan denganku, tapi juga berhubungan dengan banyaknya nyawa di dunia ini, kau tahu?! Rajamu dan semua ksatria yang dia bentuk, harus tahu apa saja rencana Dark Witch sebelum dia kembali melayangkan peperangan!! Bukankah itu tujuan kalian membentuk Mansion ini?!"
"Dan bukankah dia itu iblis?" sanggah Flavian. "Karena dia iblis, sudah pasti dia musuh kami, bukan? Dan bagaimana bisa kau berhubungan dengannya dengan menjadikan dirinya sebagai kakak angkatmu? Itu artinya kau lebih berpihak pada musuh."
"Kau tak berhak menanyakan hubungan kami! Aku tahu kau merahasiakannya, Flavian. Dia mengatakannya padamu, tapi kau tak memberitahu Tigreal soal itu!"
Flavian bangkit dari duduknya. Tangannya mencengkeram kerah mantel biru Alucard. "Lancang sekali kau memanggil nama Yang Mulia seperti itu!"
"Hentikan, Flavian!" sahut sang Raja sedetik sebelum Flavian melayangkan tinjunya pada sang Demon Hunter. "Aku ingin pembicaraan ini tidak diwarnai dengan kekerasan."
"Maaf, Yang Mulia. Tapi diriku seolah yang jadi penjahatnya di sini..."
"Tidak ada yang menganggapmu sebagai penjahat, Flavian. Alucard punya tekad kuat saat dia datang ke tempat ini. Tak mudah baginya memutuskan untuk mendatangiku karena akulah yang menyebabkan kedua orangtuanya tewas."
"A-apa??"
"Untuk itulah aku ingin membantu menuntaskan misinya. Misinya adalah mencari jawaban di dalam pesan yang ditinggalkan saudaranya saat perang besar itu terjadi. Kumohon kau jangan salah sangka dulu," imbuh sang Raja.
Flavian kembali terduduk. Dia mengusap wajahnya yang bercampur bingung juga syok. "Ini sulit dipercaya."
"Itulah yang sebenarnya." Sang Raja mencoba meyakinkan. "Siapa lagi orang yang bisa kami tanyai jika bukan dirimu? Karena saat itu, kaulah yang berhadapan dengannya."
Refleks, Flavian menyampaikan tekad keyakinannya melalui gebrakan kecil di meja mereka saat ini. Biar bagaimanapun, dia tak terima jika harus dituduh atas sesuatu yang tak diketahuinya sama sekali. "Sungguh, Yang Mulia. Tidak ada pesan yang seperti itu. Aku bicara yang sebenarnya! Rencana Dark Witch, pesan untuknya, aku tidak mengetahui semua itu. Bagaimana aku harus menjelaskannya pada anda?"
Alucard mengepalkan tangannya kian kuat. Ini tidak mudah. Flavian menjawab semua pertanyaan Raja Tigreal dengan penuh keyakinan. Dan tak ada yang mencurigakan dari sikapnya. Lalu sekarang bagaimana? Bagaimana dia bisa mendapatkan jawaban itu?
Axel... dia tidak mungkin berbohong, batinnya.
Baik Raja Tigreal maupun Aaron tak ada yang bersuara. Titik terang yang mereka harapkan bisa mereka dapatkan, ternyata hanya berbuah nihil. Ini bukan lagi cara yang berguna. Mungkin mereka harus memikirkan cara lain.
"Baiklah, Flavian... kau bisa pergi. Beristirahatlah."
"Baik, Yang Mulia," jawab Flavian dengan menunduk hormat, lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan itu.
"Kau melepaskannya begitu saja??" protes Alucard marah.
Aaron mulai bergabung dengan duduk di bekas tempat Flavian duduk barusan. "Hah~, apa yang bisa kami lakukan? Cara ini tidak berhasil."
"Apa maksudmu?"
Aaron mengambil cangkir teh milik Flavian yang isinya masih tersisa sedikit. "Aku meneteskan ramuan kejujuran ke dalam teh yang dia minum ini. Dan hasilnya...? Dia memang berkata jujur. Jadi kami tidak bisa mengatakan kalau dia telah berbohong."
"Apa?!" Sontak Alucard terkejut dengan fakta yang diutarakan Aaron padanya. Ini tidak mungkin. Flavian berkata jujur?
"Dan maafkan aku, aku juga meneteskan ramuan itu juga ke dalam tehmu. Dan kau juga sama, kau tak meralat sedikitpun dari perkataanmu saat kau membicarakan pesan dari saudaramu itu. Itu menunjukkan kalau kau memang benar-benar meyakini saudaramu telah menyampaikan pesannya melalui perang itu. Hah~ ini jadi sulit."
Tak bisa dipercaya. Jadi mereka melakukan itu? Meskipun itu satu-satunya yang bisa mereka lakukan, tapi jawaban itu tetap tak bisa dia dapatkan. Apa-apaan ini?
Alucard menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Dipejamkannya matanya. Dipijatnya pelipisnya. Dengan memikirkannya saja itu sudah cukup membuatnya pening. Sekarang, dia tak tahu lagi bagaimana caranya dia bisa mendapatkan isi pesan itu, karena satu-satunya orang yang terakhir berhubungan dengan Axel adalah Flavian sendiri. Tapi lelaki itu tak tahu-menahu tentang "pesan lain" itu. Jika dia berada dibawah ramuan kejujuran, maka yang dikatakannya sepanjang pembicaraan mereka hari ini adalah benar adanya? Ini memusingkan.
"Alucard, aku tahu perasaanmu. Tapi tak menutup kemungkinan, saudaramu memang tak menyampaikan semua pesan itu dalam duel mereka," ucap Aaron berusaha memperbaiki suasana hati sang Demon Hunter.
"Kakakku mengatakannya! Axel pasti mengatakannya!" sentak Alucard kesal. "Kalian tidak mengenalnya, jadi wajar kalau kalian tak mempercayai ucapanku. Untuk itulah aku terus berpikir ini aneh. Dan aku masih tetap tak mempercayai ksatriamu itu."
"Tapi akan sangat sulit memastikannya sekarang," tukas Raja Tigreal. "Kalau kau masih tetap meyakini bahwa saudaramu menyampaikan pesannya, kita akan cari cara lain. Sekarang kembalilah. Kita bisa bicara lagi nanti."
Alucard mengembuskan napas kesal. Sia-sia. Semuanya sia-sia. Mungkin lebih baik jika dia menghajar Flavian saja tadi sebagai pelampiasan kekesalannya.
Tanpa pamit, seperti biasanya, Alucard pergi meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Raja Tigreal dan Aaron yang terduduk di tempat mereka.
"Emosinya itu... dia benar-benar sudah berubah. Huh~ kemana perginya bocah kecilku yang dulu sangat manis itu?" desis Raja Tigreal kembali mengenang masa lalunya.
"Yang Mulia..."
"Apa?"
"Aku menangkap ekspresi aneh dari wajah Flavian saat anda memberitahunya akan menarik mereka dari kerajaan aliansi kita," aku Aaron.
"Benarkah?"
Aaron mengangguk yakin. "Entah kenapa aku merasa... dia kelihatan tidak senang dengan keputusan anda."
— ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ — เขียนรีวิว