Alucard berjalan menyusuri selasar Mansion. Dia masih memikirkan tentang keadaan Zilong. Kecelakaan itu terjadi karenanya. Andai saja saat itu dia tidak menanggapi perkataan Zilong yang terus memancingnya, hal buruk seperti itu tidak akan pernah terjadi. Dan Aaron pun tidak akan pernah menggunakan sihir itu pada monster ciptaan Orion hanya untuk menghentikan perdebatan mereka.
Tangannya mengepal. Bukan dengan cara seperti ini Alucard ingin memberi pelajaran pada sang Dragon Knight yang terus bersikap menyebalkan padanya. Dia menginginkan Zilong kalah olehnya selayaknya seorang kesatria, bukan oleh seekor monster raksasa sialan itu.
Langkah Alucard terhenti. Di serambi Mansion, dia duduk di salah satu pijakan anak tangga. Menatap luasnya halaman beserta taman-taman kecil yang tertata rapi. Menatap kolam air mancur yang berdiri di tengah halaman dengan airnya yang jernih dan menyegarkan. Melihat para Nobilium yang berjalan-jalan kecil di sekitar halaman. Ada pula yang keluar masuk pintu gerbang Mansion. Sepertinya mereka habis singgah di desa yang pernah didatanginya bersama Miya karena ada beberapa dari mereka yang membawa beberapa makanan dan roti di dalam plastik transparan yang dibawanya.
Alucard menghela napas. Kembali teringat dengan pertarungan mereka dalam melawan troll. Untuk pertarungan itu, Zilonglah yang menang. Dialah yang berhasil merubuhkan monster itu dengan Dragon Supreme miliknya. Dan hal itu ternyata menjadi sebuah bumerang baginya. Zilong mempertaruhkan nyawa demi mengalahkan troll agar latihan dapat diakhiri.
"Kau di sini rupanya."
Tiba-tiba seseorang datang membuyarkan segala pemikirannya. Alucard menoleh sekilas dan mendapati Hayabusa yang ikut duduk tak jauh darinya.
"Apa sebenarnya yang kalian ributkan saat latihan hingga sampai membuat Aaron harus turun tangan?" tanya Hayabusa membuka percakapan diantara mereka.
"Tidak ada. Hanya saja si bodoh itu terus mengoceh dan berusaha memancingku," kata Alucard datar.
"Dan kau melayaninya?"
"Aku hanya tidak tahan mendengarnya yang terus mengoceh."
Hayabusa tersenyum simpul. "Memang seperti itulah Dragon Knight. Dia memang sangat menyebalkan. Jangankan kau, kami saja sering dibuat pusing. Tapi, dia melakukan semua itu karena ingin mendapat perhatian saja. Dan sebetulnya dia ingin berteman denganmu."
Alucard melirik sebentar dan kembali memandang ke kejauhan. "Berteman? Aku tidak berteman dengan siapapun."
"Sudah kuduga kalian memang sama-sama keras kepala," keluh Hayabusa.
"Apa kau tahu tentang sihir milik Aaron? Bagaimana dia bisa mendapatkannya?" tanya Alucard mulai mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak tahu persis. Yang kutahu sejak kecil Aaron berbakat dalam ilmu sihir dan kemampuan bertarungnya. Tapi untuk sihirnya kali ini aku juga baru mengetahuinya."
"Kenapa King Estes bisa merasakan energinya sedangkan aku tidak? Padahal aku lebih peka dari siapapun," ungkapnya penuh bertanya-tanya.
Hayabusa tak bisa menjawabnya. Dia juga sama halnya tidak mengerti. "Aku jadi berpikir, bagaimana jika hal ini membuat kita dalam bahaya."
"Maksudmu?"
"Ya, hanya pemikiran dari sisi negatif. Jika musuh mengetahui kemampuannya, bisa jadi dialah yang diincar dan dimanfaatkan. Atau justru dia sendirilah yang akan berbalik menjadi musuh kita."
"Bukankah kalian sudah mengenalnya sejak lama? Bagaimana mungkin kau bisa memiliki pemikiran seperti itu padanya?" Kali ini Alucard merasa kurang setuju dengan pemikiran sang ninja muda.
"Kau tahu, bukan hanya demon. Insting seorang ninja juga lebih peka dari siapapun. Aku hanya merasakannya saja. Aku merasa apa yang kutakutkan ini akan terjadi suatu saat nanti. Dan jika sudah terjadi, maka semuanya akan terlambat."
Alucard terdiam memikirkan ucapan Hayabusa. Memang semuanya tidak menutup kemungkinan hal itu bisa saja terjadi. Namun rasanya sulit bila menuduh Aaron secara sepihak.
"Kalau begitu, kita cegah saja dari awal sebelum ketakutanmu itu benar-benar terjadi," kata Alucard akhirnya.
"Caranya?"
"Dengan bicara pada Raja."