Ditya terpaku menatap Randy, seolah dia tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Ditya memang sudah merasa bahwa Randy berenda dari biasanya. Namun, dia berpikir Randy tidak akan menyatakannya secepat ini secara gamblang. Dan diwaktu yang sangat tidak tepat.
'Bagus. Urusan Kak Putra aja, aku masih merasa belum beres dan ada yang mengganjal. Sekarang ditambah dengan Kak Randy. Ya Allah apa yang harus aku lakukan. Aku bukannya tidak bersyukur karena banyak yang menyayangi aku. Tapi terlalu banyak pun tidak baik untuk masalah hati.' batin Ditya.
"Dit?" panggil Randy, membawa Ditya kembali ke alam sadarnya.
"Ya, Kak? Hmm . . . Kakak nggak bersungguh-sungguh kan? Kakak pasti cuma mau menghibur aku ya?" tanya Ditya ragu.
"Aku serius dengan apa yang aku ucapkan tadi, Dit. Aku mencintai kamu."
"Tapi, Kak . . ."