"Hai, Ditya. Perkenalkan nama aku Sarah. Mungkin kamu masih ingat, kita pernah bertemu sebelumnya." sapa Sarah.
"Oh, ya? Dimana ya, kak?" tanya Ditya bingung. Ditya ini tipikal orang yang memiliki long-term memory yang bagus tapi short-memory nya kadang dibawah rata-rata. Jadi dia sering melupakan hal-hal sepele atau hal-hal yang baru dia jumpai sekali atau dua kali. Jadi dia benar-benar tidak mengingat Sarah.
"Maaf ya, Sarah. Tapi Ditya ini memang pelupa. Jadi kadang dia nggak sadar atau ingat pernah ketemu sama siapa." Randy mencoba menjelaskan pada Sarah agar Sarah tidak salah paham.
"Oh, jadi begitu. Kamu lucu juga ya, Dit. Masih muda tapi pelupa. Kamu jadi terlihat menggemaskan. Kalau aku laki-laki mungkin aku udah tertarik sama kamu." kata Sarah sambil tertawa manis.
"Kak Sarah bisa aja. Mana ada orang pelupa terlihat menggemaskan." ucap Ditya dengan polos.
"Kita itu pernah ketemu di parkiran Fakultas Ekonomi. Waktu itu kamu sedang bersama Randy dan kalian pergi bersama." kata Sarah mengingatkan Ditya.
"Oh ya, aku ingat sekarang." kata Ditya. "Maaf ya, Kak, aku benar-benar lupa tadi."
"Tenang aja, Dit. Sarah ini orangnya baik kok. Jadi dia nggak mungkin marah hanya karena kamu lupa sama dia." hibur Randy.
Sarah tersipu malu mendengar perkataan Randy. Walaupun Sarah sering mendapatkan pujian dari orang lain, tapi semuanya terasa lebih manis apabila Randy yang mengatakannya.
"By the way, kamu sendirian disini? Kemana teman-teman kamu?" tanya Randy.
"Mereka tadi ke KOPMA dulu. Katanya mau pada makan, setelah itu baru mereka menyusul kesini."
"Kenapa kamu nggak ikut mereka makan dulu?" tanya Randy.
"Aku belum lapar, Kak. Lagipula aku kesini karena mau mengerjakan tugas. Biar cepat selesai."
"Kamu kalau udah ngerjain tugas suka lupa makan. Harusnya tadi kamu makan dulu baru mengerjakan tugas. Kamu kan baru aja sembuh, kalau kamu sakit lagi bagaimana?" omel Randy sambil menahan suaranya agar tidak menggangu pengunjung yang lain.
Sarah yang melihat perbincangan antara Ditya dan Randy merasa iri dengan Ditya. "Dit, kamu beruntung sekali ya, ada seseorang yang sangat peduli sama kamu dan mengkhawatirkan kamu. Selama aku berteman dengan Randy, baru kali ini aku melihat dia seperti ini." Sarah tiba-tiba merasa ada sesuatu dibalik hubungan Randy dan Ditya.
"Yang beruntung bukan aku, Kak. Tapi seseorang yang akan menjadi istrinya nanti. Orang itu pasti akan diperlakukan bak seorang ratu oleh kak Randy. Barangkali Kak Sarah mau jadi salah satu kandidatnya, sepertinya kalian cocok. Aku bahkan berani memberikan jaminan 100% kalau Kak Randy ini adalah tipikal suami idaman." Ditya tertawa seraya mempromosikan Randy dihadapan Sarah.
"Jangan dengarkan dia, Sarah! Anak ini kalau bicara kadang suka asal." omel Randy, "Kamu itu, diberi nasihat malah ngeledek! Lanjutin lagi belajarnya sana. Biar cepat selesai jadi kamu bisa makan."
"OK, Bos!" ledek Ditya sambil tertawa.
Akhirnya mereka bertiga pun larut dengan buku masing-masing. Sementara itu, tak jauh dari tempat duduk Randy, Sarah dan Ditya, terdapat beberapa orang mahasiswa yang juga berasal dari Fakultas Ekonomi. Mereka adalah mahasiswa semester 3 yang bernama Resta, David dan Septia.
Resta melihat ke arah Randy dan dengan spontan menepuk pundak Septia ketika dia menyadari siapakah yang sedang dilihatnya, "Sep . . . sep . . . sep . . . Lihat deh, bukannya itu Kak Randy ya?" bisik Resta.
"Oh my God. Itu beneran dia? Ya ampun Kak Randy kok makin lama makin nambah ya, tingkat ketampanannya." bisik Septia.
"Iya, Sep, kamu benar. Aku naksir banget sama Kak Randy semenjak kita masuk Fakultas ini. Bisa nggak ya, aku jadi pacar dia? Pasti aku bahagia sekali kalau mempunyai pacar seperti Kak Randy." kata Resta.
"Kalian ini, para perempuan paling nggak bisa lihat laki-laki ganteng!" kata David heran, "Nggak usah berkhayal yang aneh-aneh. Apa kalian nggak lihat orang yang ada disampingnya?" David melirik ke arah Sarah.
"Jadi apakah kabar mengenai hubungan mereka itu benar?" tanya Septia penasaran.
"Entahlah. Terlepas dari kabar yang beredar, kalau mereka ternyata benar-benar pacaran, maka mereka telah membuat sebuah kombinasi yang luar biasa." jawab David.
".Maksudnya?" tanya Resta.
"Kalian perhatikan aja. Sarah orangnya cantik dan Randy tampan. Mereka berdua juga mahasiswa berprestasi dan cukup populer di kampus. Maka jika mereka berdua benar-benar pacaran, mereka akan menjadi pasangan yang sangat serasi." jelas David. "Jadi kalian harus mengubur impian kalian dalam-dalam."
"Aku jadi iri sama Kak Sarah." ucap Resta sedih.
Sarah tersenyum mendengar percakapan mereka. Jarak antara mereka bertiga dengan Ditya, Randy dan Sarah terbilang cukup dekat. Jadi, walaupun mereka bicara dengan nada pelan dan berbisik-bisik, tetap saja Randy dan Sarah bisa mendengar percakapan mereka.
Sementara Randy justru merasa terganggu dengan komentar mereka dan memperhatikan wajah Ditya. Randy menerka-nerka dalam hati, apakah Ditya mendengar apa yang dikatakan oleh mereka bertiga atau tidak dan apa reaksi Ditya mengenai hal tersebut. Tapi, Ditya terlihat seolah tidak mendengar apapun dari sekitarnya. Dia terus membaca buku yang ada di mejanya sambil sesekali mengetik beberapa kalimat yang tertera pada buku di laptopnya.