Beberapa menit kemudian, semua mahasiswa baru telah kembali ke barak masing-masing. Mereka dipersilahkan untuk mandi dan berganti pakaian. Tempat mandi perempuan dan laki-laki jelas terpisah mengingat lokasi tempat tidur mereka juga terpisah. Kebetulan Ditya dan Niar tadi melihat lokasi tempat mandi tersebut ketika mereka mencuci piring karena lokasinya tidak jauh dari tempat mereka berada.
Kamar mandi ini jauh dari kata modern. Hanya terdapat sebuah kloset dan ember kecil untuk menampung air serta keran air dimasing-masing kamar.
Kamar mandi ini semi permanen, terbuat dari kayu jati. Pintunya pun terbuat dari kayu dimana terdapat celah dibagian atas dan bawahnya dengan kunci slot yang sebagian terbuat dari paku.
Mereka saling menunggu teman mereka masing-masing karena takut sesuatu yang buruk terjadi apabila mereka meninggalkan teman mereka. Setelah selesai mandi, Ditya, Anisa dan Triana kembali ke barak untuk beristirahat, saat itu waktu menunjukkan pukul 6 sore. Pada saat itu, Ditya mendengar seperti ada seseorang yang mengikuti mereka. Dia pun menoleh untuk melihat siapa orang tersebut, namun dia tidak mendapati siapapun di belakangnya.
"Kenapa, Dit?" tanya Anisa.
"Nggak kenapa-kenapa. Aku tadi seperti mendengar ada langkah kaki di belakang kita tapi ternyata tidak ada."
"Ah, jangan nakut-nakutin dong, Dit." Triana ketakutan.
"Loh, siapa yang nakut-nakutin. Kan aku pikir ada orang di belakang kita, bukan hantu. Kenapa kamu jadi takut?" tanya Ditya.
"Masalahnya di belakang kita nggak ada siapa-siapa!" kata Anisa.
"Aku takut ah." Triana berteriak dan langsung berlari.
"Tri, tunggu aku!" Anisa pun berlari menyusul Triana.
"Hei, kalian kok, tega sih meninggalkan aku?!" protes Ditya sambil masih tetap berjalan.
Tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menyentuh pundaknya. Ditya melirik kesamping dan dia yakin tidak ada siapapun didekatnya.
"Oh, my God, please. Not now!" Ditya merasa bulu kuduknya merinding dan mempercepat langkah kakinya berusaha menyusul Triana dan Anisa.
Sesampainya di barak, napas mereka bertiga terengah-engah. Ulvia kebingungan melihat tingkah mereka bertiga.
Tidak lama kemudian, Citra dan Lani dan juga datang. Citra terlihat pucat sekali. Entah apa yang terjadi padanya.
"Cit, kamu kenapa?" tanya Anisa.
"Nggak." jawab Citra dengan nada sewajar mungkin.
"Udah, kok." jawab Anisa.
"Aku mau istirahat dulu, ya." kata Citra sambil berjalan ke tempat tidurnya.
"Ada apa dengan Citra, Lan?" tanya Triana.
"Aku juga bingung. Tadi kami diminta Kak Vina untuk memberikan beberapa mie cup untuk senior laki-laki. Begitu sampai di tangga, dia langsung bersikap aneh, seperti melihat sesuatu. Tapi begitu aku tanya, dia cuma diam."
"Apa mungkin Citra melihat hantu?" tanya Anisa.
"Ah, jangan nakutin dong!" kata Lani.
"Sepertinya tempat ini berhantu deh, barusan Ditya juga mendengar sesuatu diluar." tambah Triana.
"Aku hanya bilang kalau aku merasa ada seseorang di belakang kita. Kalian jangan melebih-lebihkan." protes Ditya.
"Aku dengar dari teman sekelasnya, katanya Citra itu anak Indigo. Kata mereka Citra sering melihat makhluk halus di sekitar kampus. Mungkin tadi juga dia melihat makhluk halus lagi." tambah Lani.
"Udah ah, aku mau istirahat aja." Ditya berusaha mengakhiri percakapan ini.
Dia duduk di atas tempat tidur yang terbuat memanjang sepanjang tembok dan terbuat dari kayu. Tanpa kasur dan hanya beralaskan tikar yang mereka bawa.
Ditya mengambil handphone dan melihat ada beberapa notifikasi WhatsApp. Salah satunya adalah dari Randy.
✉️ Dit, kamu lagi apa?
📤 Aku lagi istirahat aja kak. Rasanya lelah sekali padahal belum melakukan aktivitas apapun.
✉️ Kamu udah makan belum?
📤 Belum, Kak. Kakak udah?
✉️ Belum juga.
📤 Aku bawa roti manis nih. Kalau kakak mau, datang aja kesini. Kalau aku yang kesana nggak enak sama senior yang lain. Nanti disangkanya aku perempuan nggak bener lagi.
✉️ 😄 Siapa yang berani berkata seperti itu. Kalau ada, bilang sama kakak. 😁 Ok, sebentar lagi aku kesana.
Randy bangkit dari tempat duduknya. Baru saja dia akan menghampiri Ditya, namun Putra datang menghampiri dia.
"Kak Randy, ada waktu sebentar?" tanya Putra.