Sebenarnya Bila merasa dunianya sudah hancur dengan perjodohan itu, bagaimana ia akan menjelaskan semua ini pada Edwin, bagaimana ia harus memupuskan rasa cintanya yang begitu dalam.
Ia baru saja merasakan kebahagiaan kembali cintanya yang telah hilang, namun dengan cepat cinta itu harus pupus karena keinginan orang tuanya.
Bila benar-benar ingin menjalani hidup dengan Edwin cinta pertamanya, akan tetapi ia tidak ingin menhadi anak durhaka dengan terang-terangan menolak keinginan ayahnya, karena baginya kebahagiaan orang tuanya adalah hal terpenting, lagi pula ayahnya telah menerima ajakan dari pak Baroto.
"Bila kamu setuju kan, untuk bertemu putra pak Baroto?" ayah menegaskan.
"Bila...Bila akan mencoba yah, tapi kalau setelah bertemu pria itu Bila ga sreg Bila boleh kan yah menolak perjodohan ini?" Bila bertanya dengan suara serak dan mata berkaca-kaca.
Melihat putrinya yang tertekan sebenarnya ayah merasa tidak tega, namun ia tetap bertahan demi memberi kejutan indah pada putrinya dihari yang bersejarah esok, ibu dan adiknya juga merasakan hak yang sama.
"Terserah kamu, tapi ayah hanya berharap kamu bersedia dengan perjodohan ini, kamu tahu menikah bukan hanya menyatukan dua orang saja, tapi perkawinan dua keluarga" ayah berbicara dengan lembut akan tetapi ketegasan tampak di wajahnya.
"Ya Bil...pak Baroto itu sayang banget sama kamu, beliau juga menghargai keluarga kita, walau kita berasal dari keluarga yang sederhana, jadi kamu pikirkan semua ini dengan baik" sahut ibu menguatkan suaminya.
"Ya bu, pak Baroto mang sangat baik, tapi ibu kan belum kenal sama putranya pak Baroto" Bila masih berkilah.
"Kalau bapaknya saja baik, anaknya pasti baik juga mbak Bila" sahut Zahra.
"Za...kamu tuh masih kecil diem kamu". dengan keaal Bila membentak Zahra.
Zahra tertawa kecut mendengar Bila memarahinya, iapun hanya terdiam "coba aja nanti kakak pasti bakal banjir kebahagiaan pas ketemu calon suami kakak" Zahra mengoceh dalam hati.
Waktu berikutnya berlalu dengan hening, sampai ayah bertanya pada Bila.
"Bila semalam kamu tidur di mana?"
"Di mes butik yah" Bila menjawab dengan lemas.
"Edwin?" ayah bertanya dengan nada curiga.
"Sama di mes juga, tapi di kamar yang berbeda kok" Bila menjelaskan "kak Edwin itu laki-laki yang baik yah, ga munhgkin memanfaatkan Bila" Bila mencoba mdngunggulkan Edwin supaya ayahnya berfikir ulang dengan keputusannya.
"Oh....syukurlah" jawaban datar ayah membuat dada Bila semakin sesak.
Bila melihat orang tuanya namun tak ada reaksi apapun, ahirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya, dengan kesal.
Melihat tingkah Bila keluarganya hanya tersenyum, setelah Bila tak lagi berada di ruangan itu.
Sementara di rumahnya Edwin juga mengalami hal yang tak jauh beda, keluarga besarnya sedang berkumpul untuk meminta Edwin segera menikah.
Bedanya dengan terang-terangan Edwin menolak perjodohan itu, dengan tegas ia berkata bahwa ia akan tetap memilih Bila.
Keluarganya tak bisa membujuk Edwin untuk menerima apa yang papanya inginkan, mereka merasa putus asa, akan tetapi berbeda dengan pak Baroto dengan santai ia menghadapi perlawanan dari Edwin.
"Pa...ini hidupku, aku yang akan menjalaninya jadi tolong biarkan aku yang menentukan sendiri, papa atau siapapun ga boleh ikut campur" dengan tegas Edwin menolak.
"Win...kamu jangan gitu sama papa Win, papa cuma mau yang terbaik buat kamu" Miranti menjelaskan.
"Mbak...gadis yang aku pilih juga gadis terbaik buat aku" jawab Edwin ketus.
"Win...bawa gadismu itu pulang kenalkan ke kami, baru kamu bisa ngomong" balas Edo.
"Sudah sabar, papa yakin setelah melihat gadis pilihan papa kamu pasti berubah pikiran Win" papa menantang.
"Tidak...sekali tidak, tidak" Edwin tetap bersikeras "sudah aku ke kamar dulu capek".
Dengan marah Edwin meninggalkan keluarganya yang sedang berkumpul, kakak-kakaknya merasa kesal dengan sikap Edwin, tapi pak Baroto bersikap santai malah senyum tersungging di wajahnya.
"Pa...papa ga kesel sama sikap Edwin?" Erwin bertanya.
"Ga santai saja, kalau dia ketemu gadis pilihan papa pasti Edwin bakal berterimakasih ga ada henti-hentinya sama papa" pak Baroto berkata penuh percaya diri.
"Serius pa?" tanya Rini istri Erwin "mencurigakan lho" sahut wanita beranak satu itu.
Pak baroto hanya tersenyum membuat anak-anaknya juga bertanya-tanya.
Di dalam kamar Edwin mengirim pesan pada Bila.
📩"Bila sayang apapun yang terjadi aku akan mempertahankanmu".
📨"Ada apa kak?". Bila merasa heran mungkinkah Edwin merasa ada seseorang yang akan mengambil Bila darinya.
📩"Ga ada, aku cuma mau bilang kalau aku sayang sama kamu". Edwin menutupi apa yang sebenarnya, supaya Bila tidak merasa sedih.
📨"Aku juga kak, tapi sekeras apapun kita berusaha, kalau Allah tidak mengizinkan maka hal itu akan mustahil". Bila mengingatkan, ada keputusasaan dalam kalimat itu.
📩"Bila, maksut kamu apa?". Edwin juga merasa curiga.
📨"Ga kok kak, aku hanya mengingatkan".
📩"Bila aku ga akan menyerah".
📨"Satu yang pasti kak, berdo'a".
📩"Baik sayang, kamu juga berdo'a ya supaya ga ada orang yang mau memisahkan kita"
Bila tak menjawab pesan terahir Eswin ia hanya mampu menangis mengingat laki-laki itu yang begitu menyayanginya dan juga sangat ia cintai.
"Maaf kak, aku belum bisa mengatakannya pada kak Edwin" air mata Bila menetes dengan derasnya.
"Ayah....mengapa ayahemutuskan semua ini tanpa pendapatku yah" Bila berkata dengan penuh keputus asaan.
Wih....makin berabe dah urusan perjodohannya.
Trimakasih atas suportnya dan selalu ditunggu.
Happy reading and love you all.