Dengan mesra Edwin kembali memeluk Vita akhirnya mereka saling berpelukan dan kini mulai saling mengecup bibir satu sama lain, semakim lama mereka semakin tak terkendali kecupan bibir merekapun berubah menjadi lumatan penuh nafsu, mereka benar-benar telah dikuasai oleh hasrat dan rayuan surgawi.
Takhanya berhenti disitu entah siapa yang memulai terlebih dahulu beberapa saat kemudian tangan Edwin telah membuka kancing gaun Vita yang segera terjatuh dan memperlihtkan kemolekan tubuh Vita yang hamya berbalut pakaian dalam.
Sebaliknya Vitapun mendapat keberanian untuk membuka celana panjang yang Edwin kenakan, mereka benar-benar hanyut dalam lautan asmara.
Tanpa mereka sadari tubuh mereka kini berada diatas kasur empuk Vita dan sudah setengah tel****ng, setelah saling mencium satu sama lain mereka hampir saja melakukan hal yang lebih buru, namun seseorang mengetuk pintu dari luar.
" Mbak Vita...itu temen-temene mau pamit" Sahut asisten rumah tanggan keluarga Vita.
"Ya mbok....tunggu sebentar lagi aku turun" dengan salah tingkah Vita menyaut.
Setelah kesadaran mereka kembali kini Vita merasa sangat malu berada disatu tempat tidur dengan seorang lelaki walaupun ia adalah kekasihnya.
Vita menutupi tunuhnya dengan selimut dan menundukan mukanya, sambilengatur kembali nafasnya yang memburu agar segera tenang.
Sementara Edwin yang juga merasa malu tak mampu berkata apapun kecuali meminta maaf " Vit....maaf, aku ga sengaja melakukannya"
Vita mengangguk " Iya Win.... ini bukan cuma salah kamu, aku juga salah"
" Maaf...." Edwin kembali meminta maaf lalu meraih celana dan memakainya kembali " Aku pinjam kaos kamu ya"
"Ya..."
Edwin segera mengenakan baju dan merapikan diri, setelah itu ia keluar dari kamar Vita dan langsung menuju ruangan dimana teman-temannya berada.
Sedangkan Vita yang masih bingung dengan kejadian tadi, masih merasa malu pada diri sendiri dan juga bersyukur bibi mengetuk pintu diwaktu yang tepat, ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika bibi terlambat walau hanya lima menit, mubgkin saat ini ia tengah tenggelam dalam lautan asmara yang menyesatkan.
Ia melamun sesaat lalu segera ke kamar mandi untuk membasuh muka, ia mengenakan kembali gaunnya dan merapikan diri aekedarnya, ia tak sempat lagi memakai riasan karena teman-temannya akan segera pulang waktu sudah menunjukan pukul 10.30.
Ketika Vita masuk mendekati teman-temannya nampak Edwin yang sedang salah tingkah berada diantara mereka, terlebih saat Vita datang, ledekan langsung menyasar bak anak panah lepas dari busurnya.
" Nemenin ganti bajunya lama amat Vit, apa kamu sekalian ganti baju ya?"
Vita tak tahu harus menjawab apa, ia hanya tersipu malu, lalu mengalihkan topik.
Setelah bercanda sebentar mereka berpamitan pulang satu persatu temannya keluar dari rumah Vita Edwinlah yang terakhir, saat didepan pintu unt uk mengantar Edwin pulang ia mengatakan sesuatu pada Vita.
" Bit untuk kejadian tadi maaf ya....., aku janji ga akan melakukannya lagi, aku akan menjaga kehormatan kamu, maaf"
"Ya...Win sama-sama, pulang gih udah malam"
Ingatan Vita akan masa lalu membuat luka hatinya kembali basah, kata-kata Edwin yang manis seolah bagai silet yang menyayat hati, ia teringat sehari sebelum ulang tahun Edwin caca datang menberi tahu semua yg sebenarnya dan menunjukan rekaman suara ketika Edwin sedang bertaruh.
Air mata Vita tak mampu ditahan kini matanya telah basah " aku benci Ca kalau ingat waktu itu, aku nyesel"
" Udah Vit... itu semua sudah terjadi"
" Begitu bodohkah aku?" Vita bertanya " begitu mudahnya aku percaya dengan rayuannya"
" Vit...ini semua salah aku, waktu itu tanpa aku tahu yang sebenarnya aku kasih kamu rekaman itu" Caca mulai mengeluarkan air mata buayanya" ternyata mereka hanya bercanda Vit, maaf.....," Caca memeluk Vita.
Melihat kejujuran dan ketulusan Caca membuat Vita merasa bersalah dan menyesali perbuatannya " maksut kamu apa Ca?"
"Ya....Vit, itu semua salah aku, waktu aku mau jelasin semua ke kamu, kamu udah pergi, asal lamu tahu Vit, Edwin sangat terpukul setelah kamu pergi" Caca terdiam sejenak sambil memyeka air matanya " terlebih lagi beberapa hari setelah kamu meninggalkannya mama Edwin meninggal karena kecelakaan".
Vita semakin menyesal setelah mendengar pernyataan Caca, sakitnya Edwin atas kemarahan yang ia lampiaskan waktu itu pasti terasa begitu memukulnya, tanpa mendengarkan penjelasan ia langsung memutuskan hubungan dan tak mau lagi menemui Edwin.
Kini rasa bersalah mulai mencengkram pikiran Vita, luka yang dulu ia rasakan mungkin sama besarnya dengan luka yang Edwin rasakan.
Edwin berjalan menuju kelasnya dengan tergesa-gesa, langkahnya terhenti ketika dalam jarak beberapa meter dari pintu ia bertemu Vita, Vita telah menunggunya siang itu.
Ia melihat wajah cantik Vita yang tersenyum ramah membuatnya terpesona, Edwin tak mampu melakukan sesuatu ia hanya membalas senyuman gadis itu.
Vita menghampiri Edwin dan menyapanya " Selamat siang Win...ternyata kita kuliah ditempat yang sama, dan anehnya selama ini kita ga pernah saling ketemu"
" Ya Vit... kamu apa kabar?" dengan gugup Edwin bertanya.
" Aku baik...., Win aku cuma mau minta maaf atas kejadian waktu itu, aku udah salah sangka sama kamu".
"Maksut kamu?"
"Kejadian pas kamu ulang tahun.Win, aku begitu mudah tersulut amarah sehingga tanpa aku cari tahu kebenarannya, aku langsung mengakhiri semua dan pergi dari kamu,"
" Ga papa Vit, kejadian itu sudah lama berlalu, aku sudah melupakannya, dan seharusnya akulah yang minta maaf sama kamu"
"Ga Win... aku juga salah"
"Ya udah Vit.... kita lupakan semua itu Ok!"
Vita mengangguk tanda menyetujui saran Edwin.
Setelah berbincang sebentar Vita berpamitan pada Edwin, namun sebelum pergi, ia mengajak Edwin untuk makan siang bersama esok hari
Perasaan Vita sangat senang dan seolah cinta masa remajanya bersama Edwin krmbali lagi.