ดาวน์โหลดแอป
14.75% Cinta Monyet yang Berkesan / Chapter 9: Who is she?

บท 9: Who is she?

Tanpa disuruh, Farani lalu duduk di dekat Rere.

"Kok lama?" Rere bertanya sambil terus memperhatikan laptopnya.

"Biasa aja sih."

Sita datang sambil membawa gelas kosong. Dia yang telah berganti pakaian, terlihat mempesona dimata Farani. Kaos polos dan celana pendek.

"Ambil sendiri minumannya." kata Sita sambil meletakkan gelas untuk Farani, dijawab dengan anggukan oleh Farani.

Disudut ruangan, Kia terus saja melihat ke arah Farani. Farani yang menyadari tatapan Kia merasa tidak enak. Perasaannya berkata bahwa Kia seperti sedang memandangnya dengan perasaan tidak suka. Sekali lagi, perkataan Fareza benar tentang adik Sita, posesif.

"Boleh gue liat ke kolam renang?" tanya Farani kepada Sita. Berusaha lepas dari tatapan Kia.

Sita mendongakkan kepalanya ke arah Farani dan mengangguk.

Farani berjalan ke arah pintu samping menuju kolam renang di sisi lain rumah. Melihat air yang segar, membuat Farani ingin menyeburkan diri ke kolam, tapi diurungkan karena dia tidak membawa baju ganti. Sebagai gantinya, Farani mengitari kolam sambil sesekali memainkan air kolam.

"Are you my brother's girlfriend?" sebuah suara mengagetkan Farani.

"Hah?" Farani sedikit terkejut. "Ah, itu. Bukan. Aku adik Fareza."

Terlihat jelas raut wajah Kia sedikit berubah. "Why?"

"Why?" Farani mengulangi pertanyaan Kia. "Because i don't know your brother enough."

Kia hanya diam saja mendengar pernyataan Farani, lalu Kia duduk di kursi dekat kolam sambil memasang wajah murung.

"Did I say something wrong?" Farani merasa bersalah, sepertinya dia telah mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannya.

"No." sambil mengangkat bahunya, Kia berkata. "Aku hanya merasa iri dengan beberapa temanku."

'Lah, bisa bahasa Indonesia juga dia ternyata.' batin Farani, sedikit merasa lega, mengingat bahasa Inggris-nya tidak cukup luwes dibangingkan dengan Kia.

"Kenapa harus iri? Memang apa yang mereka perbuat sampai kamu harus iri?"

"Beberapa temanku sering cerita di sekolahan, mereka pergi dengan pacar kakaknya. Kenapa kakakku nggak pernah pergi dengan pacarnya?"

Mendengar pertanyaan Kia, Farani merasa iba. Dia juga pernah berada di posisinya dulu. Saat dulu Fareza tidak pernah menunjukkan sosok pacar kepada Farani. Terkadang dia merasa sedih, tapi disisi lain dia merasa senang.

"Why do you have to be jealous?"

"Aku nggak pernah punya cerita untuk dibagikan ke temen-temen. Mereka bilang kakakku nggak cukup ganteng, jadi dia nggak punya pacar." penjelasan Kia membuat Farani sedikit menahan tawa.

"Apa hanya orang ganteng yang boleh punya pacar? Kalo gitu, aku nggak cukup cantik karena aku nggak punya pacar."

Kia langsung menggelengkan kepalanya, "No, you are so beautiful."

"Aku dulu pernah berpikir kek gitu, tapi pada akhirnya aku sadar kalo itu bukan hal yang buruk."

"Why?" dengan suara lirih Kia bertanya.

"Karena dengan dia nggak punya pacar, kakak akan punya waktu yang banyak untuk bermain dengan kita. Kamu liat Abangku kan? Dia punya pacar, dan dia jarang di rumah karena meluangkan waktu dengan pacarnya."

"So, your brother's girlfriend isn't good enough to you and your family?"

"Bukan itu maksudnya." Farani menyadari beberapa perkataannya sedikit keliru, jadi dia berusaha mencari kata-kata lain yang lebih tepat. "Dia perempuan yang baik, tapi kita juga harus menghargai keinginan kakak untuk nggak punya pacar. Itu hak dia."

Kia masih diam saja. Entah dia memahami apa maksud Farani atau tidak, tapi jelas Kia merasa sedih. Farani lalu berinisiatif merangkul Kia dan tersenyum kepadanya. "Nggak usah dipikirin. Cuekin aja kalo ada temen kamu yang bilang kek gitu. Suatu saat, kakak kamu juga pasti akan punya pacar."

Di ruang tengah, Sita melihat adiknya bersama Farani.

Itu memang bukan pemandangan yang biasa. Terlebih Kia memang bukan orang yang gampang akrab dengan orang lain. Bahkan dengan Fareza dan Rere yang sering datang ke rumahnya pun Kia jarang berinteraksi. Kenapa dengan Farani, Kia cepat akrab?

Pukul 15.30 WIB

Tugas kelompok sudah selesai. Beberapa teman sudah pulang, yang tersisa hanya Rere dan Fareza.

"Bentar gue pesenin makan. Kalian mau makan apa?" tanya Sita sambil mengutak-atik HPnya.

"Pizza aja yang gampang." kata Fareza yang sudah menjatuhkan dirinya di sofa.

Dengan beberapa sentuhan, Sita memesan pizza untuk emngganjal perut mereka. Menggunakan otak mereka untuk mengerjakan beberapa tugas ternyata membuat mereka kelaparan.

"Mana adek tadi?" Rere segera mengedarkan pandangan, menyadari bahwa Farani tidak terlihat di ruangan tersebut.

Fareza lalu terbangun dan mengedarkan pandangannya. Terakhir kali dia melihat adiknya di kolam renang bersama dengan Kia. Sita yang menyadari bahwa adiknya juga tidak terlihat lalu berjalan keluar. Tidak ada siapapun terlihat.Sedikit panik, Sita lalu berlari ke kamar Kia untuk mengecek keberadaan adiknya itu.

Suara tawa Kia dan Farani terdengar. Seketika Sita merasa lega. "Disini ternyata kalian."

Secara berbarengan, Kia dan Farani menolehkan kepala, melihat kearah pintu.

"Is there something happen?" Kia langsung bertanya, melihat kakaknya datang dengan wajah yang sedikit khawatir.

"Nothing. Aku pikir kalian pergi kemana, karena nggak ada yang liat kalian di ruang tengah tadi." ucapan Sita terdengar lega. "Ayo ke bawah, tadi kita pesen pizza."

Dengan wajah sumringah, Kia langsung beranjak dari kamarnya untuk turun ke ruang tengah. Setelah membereskan beberapa buku yang tadi dibacanya, Farani mengikuti Kia.

"Permisi." kata Farani kepada Sita yang masih berdiri di depan pintu, menghalangi Farani.

Sita masih diam saja di depan pintu. Tak bergeming, bahkan setelah mendengar perkataan Farani untuk memberinya jalan. Melihat Sita yang diam saja, Farani merasa canggung, jadi dia juga diam saja.

Setelah beberapa lama keheningan, Sita akhirnya menepi, memberi jalan untuk Farani.

Sita melihat Farani berjalan turun. Untuk beberapa saat, Sita merasa sangat ingin menarik tangan Farani dan memeluknya. Entah sejak kapan perasaan ingin menguasai bersarang di hatinya.

*

"Farani is a cute girl. I like her."

Sita yang duduk di kursinya hanya bisa tersenyum mendengat perkataan Kia. "Why?"

"I don't know. Just like her."

"Apa yang kalian bicarakan tadi? Kakak liat kalian akrab." ini kesempatan baik untuk mengulik tentang apa yang mereka bicarakan tadi siang.

"Nothing. Kita cuma berbicara soal pacar kakak."

"Kakaknya siapa?"

Walaupun masih Kia masih kecil, jelas dia tidak bisa diremehkan. Melihat kakaknya yang bersikap tidak biasa, Kia menaruh sedikit kecurigaan. "I won't tell you."

Melihat adiknya yang sedikit genit, Sita lalu menghampiri Kia yang sedang berbaring di tempat tidurnya. "Really?" Dan teriakan Kia yang kegelian segera terdengar di penjuru kamar. Sita dengan gemasnya menggelitiki Kia, berusaha mendapat jawaban dari pernyataan Kia.

Sita memang bukan tipe orang yang mudah terbuka dengan orang lain. Dia juga jarang bercerita tentang masalahnya kepada orang lain, termasuk orangtuanya. Tapi saat Sita sudah menetapkan target, dia akan mengunci targetnya dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya.

Meski dia ingin sekali mendapatkan Farani, Sita tidak berani mengambil langkah yang terlalu berani. Dia mempertimbangkan perasaan Farani, juga Fareza sebagai temannya dan sebagai kakak Farani.


ความคิดของผู้สร้าง
dhiarestwd dhiarestwd

Selamat membaca.

Jangan lupa vote ya ;)

Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C9
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ