"Sudah selesai?"
"Ya, sisanya kami serahkan pada warga desa."
Kami mengumpulkan benih yang menghasilkan BioPlant yang dibangkitkan oleh Motoyasu.
Kamu punya segenggam benih, dan aku membiarkan perisaiku menyerap tanaman yang layu saat kami bekerja.
BioPlant Shield: persyaratan terpenuhi
PlantRiwe Shield: persyaratan terpenuhi
Mandragora Shield: persyaratan terpenuhi
BioPlant Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: pembaruan tanaman
Efek Khusus: Hook
PlantRiwe Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: resep peracikan tingkat menengah +2
Mandragora Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: analisis tanaman
Perisai tipe tanaman membuka sebuah cabang yang terhubung pada tipe perisai yang lain. Kayaknya ada hal lain yang bisa ku akses juga, tapi pohon perisainya belum cukup maju.
"pembaruan tanamanPlant Reform?"
Aku mendapatkan kemampuan yang kelihatan menarik dari BioPlant, tapi aku harus sedikit bereksperimen untuk melihat gimana cara kerjanya.
Sebuah ikon muncul yang mengindikasikan aku harus memilih benih untuk diimbuhi dengan sihir.
Aku memutuskan untuk mencobanya pada benih BioPlant yang baru saja kuambil.
Benih itu perlahan-lahan naik dan melayang di udara.
Kemampuan Khusus:
perambatan 9produksi 9vitalitas 9imunitas 4kecerdasan 1pertumbuhan 9mutasi 9
Apa-apaan semua itu? Aku memutuskan untuk menaruh benih itu.
Ada serangkaian kedipan cepat, dan angka-angkanya menurun dengan cepat. Hmm... Aku gak paham.
Aku memutuskan untuk mencoba menurunkan statistiknya dan cuma meningkatkan 1 poin saja.
Kemampuan Khusus:
perambatan 1produksi 1vitalitas 1imunitas 1kecerdasan 1pertumbuhan 43mutasi 1
Oh, oke, jadi aku cuma harus berfokus pada meningkatkan statistik pertumbuhannya.
Oh, woi—saat aku menggunakan skill itu, MPku menurun drastis.
"Tuan Naofumi?"
Aku menaruh benih BioPlant yang sudah dimodifikasi di tanah kering.
"Woah!"
Hampir bersamaan, tanahnya terbelah dan dipenuhi tanaman hijau.
Tapi....
"Huh?"
Tanaman itu tumbuh sekitar tiga meter sebelum tiba-tiba mengering.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku mendapatkan kemampuan baru ini, Plant Reform, dan aku ingin mencobanya pada benih ini disini."
"Kamu jangan melakukan sesuatu yang berbahaya!"
Raphtalia marah padaku. Terserahlah. Kalau aku melihat seseorang melakukan apa yang kulakukan, aku mungkin akan marah juga.
Tapi kemampuan apa sih ini! Kalau kupikirkan baik-baik, aku mungkin bisa membuat sebuah benih ajaib yang sebenarnya.
"Tuan Naofumi... Wajahmu menampilkan senyum aneh."
Waduh... dia menyadarinya.
"Ya sudahlah, ayo kembali ke desa."
"Baik."
Kami menuju ke tanah kering berwarna coklat yang sepi dan berjalan ke kamp.
* * * * *
"Terimakasih banyak, Pahlawan!"
Orang-orang berterimakasih padaku. Setelah aku menyelamatkan desa mereka, seperti inilah mereka, melambaikan tangan padaku.
Tetap saja, desanya masih butuh banyak pembersihan sebelum bisa ditinggali lagi. Itu akan jadi pekerjaan yang banyak. Kami menghabiskan sepanjang hari untuk membersihkan tanaman yang mati.
Tubuh utama dari tanaman itu sudah mengering, tapi buah dan ubinya masih bagus. Itu akan jadi makanan sementara.
Tapi aku sedikit kuatir dengan tanahnya. Apa tanaman itu sudah menyerap semua nutrisi yang ada di tanah itu?
"Yah, ini kebalikan dari bencana kelaparan, kan?"
"Kurasa begitu."
Dalam waktu dekat, desa ini mungkin harus berkemas dan pindah.
Aku kepikiran tentang hal itu, dan itu menginspirasiku untuk melihat lebih dalam pada kemampuan Plant Reform. Aku masih nggak tau apa artinya "kemampuan khusus".
Aku mencoba melihatnya, dan sebuah ikon muncul mengatakan bahwa aku membutuhkan kemampuan analisis tanaman.
Itu adalah bagian dari Mandragora Shield, jadi aku harus menunggu kemampuan itu terbuka.
Sebenarnya aku berpikir bahwa kemampuan Mandragora Shield akan terbuka lebih cepat, jadi aku mengubah perisaiku menjadi Mandragora Shield sebelum aku tidur. Saat aku bangun esok harinya, kemampuannya sudah terbuka, jadi aku mengubahnya kembali menjadi BioPlant Shield dan mencoba menggunakan Plant Reform lagi.
Kemampuan Khusus:
perambatan 9produksi 9vitalitas 9imunitas 4kecerdasan 1pertumbuhan 9mutasi 9
Dried Seed Growth: perluasan jangkauan mutasi
Aku mulai memahaminya... Ini pasti kemampuan dari BioPlant.
Itu pasti berarti bahwa benih itu dikembangkan untuk menghasilkan banyak makanan, tapi tingkat mutasinya sangat tinggi hingga benih itu lepas kendali.
Gak disangka, alkemis tua itu sampai-sampai meninggalkan pesan peringatan juga... dia nggak mungkin sejahat itu.
Dan tingkat imunitasnya rendah, yang mana kenapa pembasmi gulma sangatlah efektif.
Aku menatap ikon kemampuan khusus, dan saat aku memilihnya, sejumlah pilihan yang berbeda muncul disertai dengan beberapa pesan khusus. Itu mungkin untuk mengorbankan atau menambahkan atribut yang berbeda.
Akan sangat buruk kalau desa ini kembali mengalami kelaparan.
Jadi aku memutuskan untuk sedikit bereksperimen.
Perambatan ... 4. Ini sederhana. Itu hanya seberapa cepat tanaman ini memyebar. Kayaknya terlalu tinggi, jadi aku menurunkannya.
Produksi ... 15. Yang ini gak diragukan lagi mengendalikan seberapa banyak makanan yanh dihasilkan. Ini harus cukup tinggi untuk memecahkan masalah kelaparan.
Vitalitas ... 6. Ini akan membantu tanaman tumbuh di jenis tanah apapun. Aku menurunkannya sedikit.
Imunitas ... 4. Inilah yang melawan penyakit tanaman. Pada level ini, pembasmi gulma masih bisa bekerja dengan efektif. Jadi aku membiarkannya apa adanya.
Kecerdasan ... 1. Untuk apa ini? Kecerdasan seekor monster? Kenapa juga aku harus meningkatkannya?
Pertumbuhan ... 15. Inilah yang menentukan seberapa cepat tanaman akan tumbuh setelah ditanam. Aku meningkatkannya.
Mutasi ... 1. Pasti ini yang merubah tanaman menjadi monster.
Kemampuan Khusus: aku menghilangkan tanda centang pada kotak yang akan memperluas jangkauan mutasinya dan memutuskan untuk menambahkan kemampuan peningkatan kualitas.
Dried Seed Growth: peningkatan kualitas
"Selesai."
"Apa yang kamu lalukan?"
Raphtalia menguap saat dia menanyai aku.
"Oh, aku cuma mengerjakan perubahan sedikit pada hal yang kemarin."
"Kamu masih main-main dengan itu?"
"Yah, kita nggak bisa meninggalkan semuanya begitu saja."
Kalau kami melakukannya, kelaparan pasti akan terjadi lagi. Jadi kami harus melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Aku berpikir tentang pergi ke desa lain dan membeli makanan untuk tempat ini, tapi terlalu banyak orang yang tinggal disini yang mana pilihan itu nggak bisa dilakukan. Akan sulit untuk menyuruh mereka berkemas dan pergi... mengingat seberapa tenang mereka disini.
"Baiklah kalau begitu...."
Aku turun dari kereta dan menaruh benihnya di tanah kering.
Itu terjadi begitu cepat. Sebuah tanaman besar muncul dari benih itu dan menutupi sebagian tanaman yang sudah kering.
"Apa yang terjadi?!"
Para warga yang beristirahat mendekat pada kami sambil terkejut.
"Oh ya—maaf. Aku cuma sedikit bereksperimen."
"Apa yang kau lakukan?"
Mereka pasti takut pada tanaman itu, karena suara mereka bergetar saat mereka bertanya.
"Aku mencoba mengubah ini menjadi sebuah versi yang aman."
Aku mengatur rendah tingkat perambatannya, jadi setelah tanaman itu tumbuh, tanaman itu nggak akan tumbuh lagi setelah mencapai ukuran tertentu.
Dan kemudian....
Buah-buahan berwarna merah yang kaya akan air seperti tomat bermunculan di sepanjang dahannya. Mayoritas buahnya seperti tomat.
"Kayaknya aku berhasil."
"Woah....."
"Masalah utamanya adalah bahwa tanaman ini cuma menghasilkan buah satu macam saja. Terserah kalian apakah kalian mau menggunakannya atau enggak. Tapi kalau kalian nggak menggunakannya, maka pastikan kalian memperhatikannya dengan baik biar nggak lepas kendali."
Jadi mutasi dan peluasan jangkauan mutasinya adalah masalah yang sebenarnya... mereka bisa menghasilkan berbagai macam buah, tapi ada resiko tanaman itu berubah menjadi monster.
Aku menyiramkan pembasmi gulma pada tanaman itu dan tanaman itu kembali menjadi benih. Aku mengambilnya dan memberikan benih itu pada seorang pria yang kayaknya pemimpin desa.
"Baiklah, pekerjaan kami disini sudah selesai. Sampai jumpa lagi."
Filo bangun dan menjejali mulutnya dengan tomat yang tersisa sebelum berdiri didepan kereta.
"Tunggu sebentar!"
"Huh? Apa?"
"Kami belum menunjukkan rasa terimakasih kami, jadi silahkan ambil ini...."
* * * * *
"Para idiot itu.... Mereka cuma berusaha menyerahkan kelebihan makanan mereka padaku, kan?"
"A-Aku nggak tau."
Kereta kami sekarang sepanjang tiga mobil.
Filo menarik kereta depan, tapi sekarang kami punya dua kereta tambahan yang bermuatan buah dan sayuran dari BioPlant digandeng dibelakang.
Mereka memberi kami kereta dan makanan, mungkin karena makanan itu akan busuk kalau mereka nggak menyingkirkannya. Mereka memberikannya padaku dan bahkan memintaku untuk kembali kapanpun.
Wajah mereka berseri-seri saat mereka memberikan semua itu padaku, jadi aku nggak akan menolaknya.
Meski begitu, aku tetap merasa bahwa mereka cuma membebankan masalah mereka padaku.
Oh ngomong-ngomong, meskipun kami punya tiga kereta penuh sekarang, Filo sama sekali nggak kerepotan menarik kami.
"Begitu berat, aku suka ini!"
Para Filolial memang monster yang aneh.
Kereta kami berderak mengikuti jalan, dan perjalanan kami berlanjut.
Tapi semua ini membuatku berpikir. Aku bisa menggunakan pembasmi gulma ini sebagai senjata, kan? Jika demikian, aku berniat mencobanya pada monster yang kami temui.
Tapi saat aku punya kesempatan, ternyata nggak berhasil.
Sepertinya pembasmi gulma cuma bekerja pada tanaman yang memiliki kecenderungan bersifat parasit.
Peraturan ini lebih seperti acak sembarangan.
Mungkin BioPlant sendiri bukanlah monster melainkan cuma sebuah tanaman.
Apapun itu, itu bukanlah masalah. Dengan seberapa kuatnya Filo dan Raphtalia, aku nggak perlu kuatir soal penyerangan.
Hal pertama yang harus kami lakukan adalah mencari cara menyingkirkan semua makanan ini. Jangan sampai semua makanan ini membusuk. Tapi—Filo memakannya dengan cepat.... mungkin ini bukanlah masalah.
"Kita akan pergi kemana selanjutnya?"
Kami membicarakannya dan mencoba mencari tau kemana kami harus pergi selanjutnya saat kami mulai mendengar rumor tentang daratan di timur yang mengalami masalah karena suatu jenis wabah menular.
Jadi kami memutuskan untuk membuat banyak obat dan menuju ke arah itu.
"Baiklah, kita akan pergi ke timur!"
"Oke!"
***
Malam itu ujung-ujungnya kami berkemping.
Kami membiarkan semua makanan berada di kereta, tapi Filo kayaknya membawanya sedikit, jadi kami biarkan saja seperti itu untuk sememntara waktu.
Selama perjalanan, kami mendengar rumor tentang kelaparan yang lain di wilayah Utara. Kamu memutuskan untuk mengambil jalan memutar ke barat daya untuk mengambil lebih banyak makanan. Gimanapun juga mereka akan kesulitan menyimpannya, dan kami mungkin bisa menjualnya dengan harga yang bagus.
"Aku laper!"
Filo memasukkan kepalanya kedalam kain penutup yang kami gunakan untuk menutupi kereta itu dan mulai mengambil makanan.
"Oh, uenaaaaaaaakkkkk!"
Aku sudah pernah mendengar sebelumnya.
Filo sudah tumbuh maksimal, tapi tetap saja makannya banyak. Jumlah makanan yang dia habiskan dalam sehari sangat sulit dipercayai. Dia mambayarnya dengan menarik kami dengan cepat. Hampir terlalu cepat, beneran. Kami harus sering-sering berhenti dan melakukan perbaikan pada kereta.
"Apa yang terjadi?"
Aku berpikir tentang mengganti bagian kereta yang terbuat dari kayu dengan logam. Filo selalu mengeluh kereta ini terlalu ringan. Tapi berpikir tentang peningkatan daya tahan kereta membuatku bertanya-tanya seberapa banyak biaya yang diperlukan.
Raphtalia sudah mulai mengatasi mabuk kendaraannya, tapi Filo berlari dan melompat sesuka dia di jalanan yang mana hampir semua dari penumpang kami berakhir muntah. Kami mungkin harus menambahkan per atau sesuatu pada gardannya, sesuatu untuk meredam guncangan.
Kami menghasilkan cukup banyak uang baru-baru ini. Aku menantikan untuk mengunjungi toko senjata.
Setelah menghabiskan beberapa waktu berkeliling negeri, aku sekarang bisa mengatakan dengan pasti bahwa pria tua itu memiliki toko senjata terbaik di seluruh kerajaan.
Aku nggak tau darimana para pahlawan yang lain mendapatkan equipment mereka, tapi dalam semua perjalananku, aku belum pernah menemui satu toko pun yang sebagus punya dia.
"Master!"
Ugh... Filo berlari mendekat dan memelukku dengan sayapnya yang berat.
"Ehehehehehe."
"Ugh..."
Raphtalia, karena suatu alasan, mendekat padaku.
"He, he, he.... Kami kedinginan dan ingin dipeluk."
"Sebenarnya aku kepanasan."
"Filo, kamu menjauhlah. Kalau kamu menjauh maka kami akan sangat nyaman."
"Nggak mau! Raphtalia lah yang harus menjauh! Kamu gak boleh menguasai Master sendirian."
"Aku nggak menguasai dia sendirian!"
"Kalian berdua tidur sana!"
"Tapi....."
"Tapi kita harus tidur bersama! Masterrrrrrrrrr!"
Aku melihat persediaan obat kami dan segera menyadari bahwa persediaan kami nggak akan cukup. Aku segera mulai bekerja membuat lebih banyak obat. Itu meresahkan aku bahwa nggak mungkin mengetahui yang kubuat sudah cukup atau enggak... tapi kurasa itu cuma bagian dari pekerjaan.
"Bu....."
Filo merajuk dan keluar.
Pada saat yang sama, Raphtalia naik ke kereta. Kurasa nggak nyaman tidur di tanah yang keras.
"Baiklah."
Sekarang giliranku untuk berjaga, jadi aku duduk dan mulai meracik.
"Tuan Naofumi."
"Huh?"
Aku berbalik untuk melihat kearah kereta. Rahptalia ada disana, memberi isyarat padaku untuk mendekat.
"Ada apa?"
"Ayo tidur bersama."
"Kamu juga! Kalian berdua memang manja. Apa kamu mengalami mimpi buruk atau semacamnya?"
Dia biasanya mengalami mimpi buruk yang mana dia gak bisa tidur tanpa ada seseorang disamping dia.
Sudah sewajarnya dia mengalami mimpi buruk mengingat bagaimana dia kehilangan kedua orangtuanya.
"Enggak!"
Dia memprotes. Tapi nggak peduli meskipun dia mungkin kelihatan seperti orang dewasa, dia masihlah anak-anak. Dia pasti menginginkan sosok orangtua.
"Nggak mimpi buruk? Kamu suruh saja Filo berubah jadi seorang gadis, dengan begitu kamu bisa tidur dengan dia kalau kamu kesepian."
"Ini bukannya aku kesepian."
Raphtalia tiba-tiba malu, mengarahkan matanya ke lantai.
Itu mengingatkan aku, kapan dia berhenti menangis dimalam hari? Sepertinya sudah lama sekali.
"Tuan Naofumi... Saat di duniamu... apa ada seseorang yang... kamu sukai?"
"Huh? Gak ada."
Apaan sih yang dia bicarakan? Aku nggak tau apa yang dia inginkan.
"Ada apa denganmu?"
"Nggak ada. Aku... Tuan Naofumi? Menurutmu aku gimana?"
Huh? Ugh... Tiba-tiba sebuah gambaran dari Lonte itu melintas dalam benakku, dan aku jadi jengkel. Itu bukan salah Raphtalia sih. Kenapa juga aku kepikiran Lonte itu di saat seperti ini? Aku nggak paham.
"Aku merasa seperti aku sudah membuatmu bekerja terlalu keras. Aku terlalu menekanmu sebagai seorang budak."
"Yang lainnya?"
"Aku ingin menjadikanmu sebagai orang yang hebat. Kamu tau, aku ingin mengambil peran sebagai orangtuamu."
Aku menjawab, tapi nada suaraku membuatnya jelas bahwa aku sedikit bingung dengan semua pertanyaan itu. Raphtalia menampilkan wajah aneh juga.
"Kamu bilang bahwa kamu percaya padaku... jadi aku menganggap kamu seperti putriku. Aku ingin mengurusmu."
Kami bersama belum selama itu kalau kau memikirkannya dalam periode waktu.
Tapi aku kenal dia sejak dia masih kecil.
Seperti yang tadi kusebutkan, dia kelihatan seperti orang dewasa sekarang, tapi didalam dia masih anak-anak. Dia berusaha keras untuk bertindak seperti orang dewasa, tapi tanpa seseorang yang melindungi dia, sudah pasti ada hal-hal yang gak akan bisa dia tangani sendiri.
"Oh, um... Oke! Tunggu sebentar, bukankah itu aneh?!"
"Itu nggak aneh. Perjalanan kita besok akan panjang. Tidurlah."
"Baik."
Dia mengangguk dan tersenyum, tapi aku bisa bilang kalau dia masih memiliki beberapa keraguan dalam benaknya. Dia kembali kedalam kereta dan tidur.
Dan aku kembali meracik lagi.
Oh, itu mengingatkan aku, saat kami bepergian, kami masih melawan monster.
Kami naik level agak lambat.
Naofumi: Level 37
Raphtalia: Level 39
Filo: Level 38
Bahkan Filo lebih kuat daripada aku sekarang. Kenapa aku naik levelnya begitu lambat?
Tidak, itu karena mereka berdua adalah penyerang. Dan Filo begitu cepat dan lincah hingga dia bisa menjatuhkan musuh dalam sekejap mata. Itu sebabnya dia naik level begitu cepat. Raphtalia juga, menerjang masuk kedalam pertempuran—bahkan sampai mengabaikan perintahku. Meski begitu, dia nggak secepat Filo.
"Master!"
"Ada apa Filo?"
Aku masih meracik obat saat Filo yang mengantuk berubah ke wujud manusianya dan datang bersandar padaku.
"Master! Apa kamu belum ngantuk?"
"Aku belum selesai meracik semua obat ini. Aku akan tidur setelah aku menyelesaikannya."
"Oh...."
"Kamu istirahat saja. Gimanapun juga kamu yang paling banyak bekerja dari kita semua."
Meskipun dia bilang bahwa dia suka menarik kereta, itu nggak merubah fakta bahwa itu merupakan pekerjaan fisik yang berat. Dia mengatakan itu mudah, tapi aku tetap harus memikirkan tentang kesehatannya.
"Apa kamu nggak kesepian, terjaga sendirian?"
"Itu cuma pikiranmu saja. Aku bisa memperhatikan kalian berdua tidur, jadi aku nggak terlalu kesepian."
"Sungguh? Ahahahaha."
Filo kelihatan senang, dan dia tertawa. Dia nggak kelihatan sangat gembira sih. Mungkin cuma imajinasiku.
"Ada apa?"
"Master... Anu, kalau kamu nggak kesepian saat kamu memperhatikan aku tidur, maka itu bagus!"
Apa-apaan sih?
"Um... Master? Apa yang kamu pikirkan saat kamu memilih aku?"
"Apa?"
Aku nggak memikirkan apa-apa. Aku memilih dia secara sembarangan.
Terlebih lagi, saat aku mengambil telur aku berpikir bahwa aku nggak peduli apakah aku mendapatkan apa yang kucari atau enggak.
"Apa kau tau? Aku merasa betul-betul beruntung bahwa aku dipilih olehmu."
Yah, saat kau berpikir tentang itu, aku merasa sangat beruntung juga. Dia adalah seorang penyerang kuat. Dia menyenangkan dan manis juga, dan aku merasa diriku semakin sayang pada dia juga. Aku nggak bisa membantah itu.
Baik Filo maupun Raphtalia masih anak-anak, meskipun mereka kelihatan seperti orang dewasa.
Aku tau bahwa aku nggak betul-betul harus menyuruh mereka untuk bertarung untukku. Nggak peduli didunia mana kau berada—dunia apapun itu, gak seorangpun yang memiliki hati yang baik akan memaksa gadis-gadis kecil berdiri di barisan depan pertempuran.
Apa nggak apa-apa kalau mereka memang menginginkan seperti ini? Aku yang salah, dan aku sadar akan hal itu.
Apa yang betul-betul harus kulakukan, jika memungkinkan, adalah untuk membuat tempat yang aman untuk Raphtalia dimana dia bisa lolos dari kengerian pertempuran.
Tapi kekuatannya adalah bahwa aku nggak cukup kuat untuk melakukan itu— dan aku nggak punya uang yang cukup.
Adapun untuk Filo—dia adalah seorang gadis normal sekarang, dan aku nggak betul-betul punya urusan untuk membuat dia bertarung juga. Kalau kami bebas melakukan apapun yang kamu mau, aku ingin membebaskan dia. Para monster harusnya bisa melakukan apapun yang mereka mau. Seperti... menarik kereta? Kurasa itu nggak jauh beda dengan apa yang kami lakukan.
Terserahlah... Bagaimanapun kau melihatnya, akulah orang jahatnya.
"Kau tau apa yang kudengar? Kudengar bahwa aku ini murah."
"Huh?"
* * * * *
Filo mulai bercerita.
Dihari aku meninggalkan dia di tenda penjual budak, dia mengulurkan tangannya kearahku dan menangis serta memanggilku. Si penjual budak bergumam:
"Ini aneh sekali... Telur yang kujual pada dia cuma barang murah... Kenapa bermutasi sebanyak ini?"
"Qweh?!"
Si penjual budak mungkin nggak tau bahwa Filo bisa memahami perkataan manusia, jadi dia mengabaikannya dan berbicara pada asistennya.
"Ayo kita periksa ulang hal ini. Filolial ini adalah dari dua burung yang gak bisa terbang... dan seharusnya dipelihara untuk diambil dagingnya, kan?"
Si asisten mengangguk.
"Yah, telurnya seharga 50 silver... sama dengan seekor spesimen dewasa...."
"Gwehhhhh!"
Filo mengepakkan sayapnya dalam kemarahan saat dia mengetahui segera murahnya dia. Dia mulai mengamuk.
"Apa semua ini dari kekuatan Pahlawan? Atau karena daging monster yang dia makan? Dia berubah menjadi berwarna putih polos juga... Ya... Kalau kita cermat disini, kita mungkin bisa menghasilkan banyak uang."
"Apa yang harus kita lakukan pada Filolial ini?"
"Kita harus mempelajari dia. Coba pikirkan—seekor spesimen seharga 50 silver telah berkembang sebanyak ini! Apa yang akan terjadi jika kita menyerahkan sebuah sampel dengan kualitas yang lebih tinggi pada Pahlawan itu? Kita bisa menghasilkan lebih banyak uang lagi. Yang terburuk yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki spesimen kota yang lebih lemah dan menjual mereka dengan harga yang lebih tinggi... tapi pikirkan apa yang bisa kita lakukan jika kita memberi dia seekor Filolial yang lebih baik... atau bahkan yang lebih baik lagi... seekor naga?"
"Qwehhhhhhhhhhhhhh?!"
"Oh tidak! Kandangnya!"
Filo menjadi begitu marah hingga dia merusak kandangnya. Kurasa dia ingin menunjukkan seberapa kuatnya dia.... terutama mempertimbangkan cara mereka membicarakan tentang dia.
Dia ingin aku memutuskan seberapa berharganya dia. Dia melakukan apapun yang kuminta. Jika aku nggak melakukannya, dia nggak mengerti dimana dia akan cocok di dunia ini. Yang dia inginkan, lebih dari apapun, pengakuan bahwa dia adalah Filolial milikku.
"Master... Jangan tinggalkan aku. Aku ingin bersamamu..."
Matanya dipenuhi air mata. Aku mencoba menenangkan dia.
"Kalau kau bisa menjaga sikap, aku nggak akan meninggalkanmu."
Aku memilih dia secara acak, tapi kau juga bisa bilang bahwa karena tindakanku, dia sekarang dihadapkan pada nasib yang berbeda daripada yang seharusnya.
Aku bertanya-tanya jika dia dibeli oleh seorang pelanggan normal dan menjalani kehidupannya di sebuah peternakan di suatu tempat. Tentunya, jika dia dipelihara untuk diambil dagingnya, itu bukanlah sebuah kehidupan yang ideal, tapi mungkin memang seperti itulah kehidupan untuk para Filolial.
Saat kau berpikir seperti itu, ini semua adalah salahku. Ini adalah salahku hingga dia harus melibatkan diri pada pertempuran seperti ini.
Apa itu... kebahagiaan? Dipilih untuk suatu peran tanpa pendapatmu merupakan sesuatu yang sulit untuk dihadapi. Aku tau itu. Siapa yang memintaku untuk menjadi Pahlawan Perisai?
"Kau janji? Jika kakiku patah atau semacamnya, kau nggak akan menjualku dan membeli seorang cewek baru?"
"Ya, aku janji. Aku nggak bohong... kau gadis baik."
"Ya! Aku akan berjuang."
"Kuharap begitu."
Dan kemudian dia bersandar pada punggungku dan mulai mendengkur.
Kurasa akar masalahnya adalah aku. Selalu bersama dengan aku dan Raphtalia, dia pasti semakin terbiasa diberitahu tentang seberapa hinanya kami, dan nggak pernah menerima kata terimakasih.
Mungkin dia takut bahwa aku berpikir dia nggak berguna, seperti anggapan seluruh negeri pada kami? Mungkin dia takut akan hal itu sejak awal.
Tapi akulah yang betul-betul takut. Gimana kalau Raphtalia dan Filo memutuskan mereka nggak mau bertarung lagi?
Aku menentang diriku sendiri. Satu-satunya alasan bahwa aku bisa bertarung adalah karena Raphtalia dan Filo ada bersamaku. Mungkin awalnya mereka nggak harus bertarung sama sekali. Tapi saat aku memilih mereka dari tempat si penjual budak, aku mengubah nasib mereka.
Itu sebabnya aku harus berpikir tentang tanggungjawabku terhadap mereka.
Setelah dunia ini mencapai kedamaian, aku harus membuat tempat untuk mereka, sebuah tempat dimana mereka bisa menjalani kehidupan mereka dengan bahagia.
* * * * *
Kami sampai di wilayah timur.
Pepohonan semuanya layu dan retak-retak, dan udaranya terasa berat. Harunya nggak terlalu dingin disini, tapi langitnya hitam, dan seluruh tanah diselimuti kegelapan.
Aku menatap langit, yang mana ditutupi lapisan awan yang tebal. Kami mendekati pegunungan. Itu terasa nggak menyenangkan.
"Um...."
Kami sampai di persimpangan jalan dan berhenti untuk memeriksa peta.
"Filo, menuju ke pegunungan."
"Oke!"
"Kalian berdua pakailah kain untuk menutupi mulut kalian—untuk berjaga-jaga. Seharusnya ada wabah yang menyebar disekitar sini."
"Baik."
Aku menutupi mulutku dengan sehelai kain juga, dan menyiapkan syaraf-syarafku untuk pertahanan, untuk berjaga jaga kalau kami membutuhkannya. Kami sampai di desa pertanian.
Untuk menggambarkan desa itu secara sederhana: Gelap. Langitnya tertutupi awan tebal, dan seluruh desanya hitam dan gelap.
"Apa kau seorang merchant? Aku benci mengatakan ini padamu, tapi.... desa kami dilanda penyakit. Kau harus pergi... uhuk... mumpung kau masih bisa."
Seorang warga desa yang kelihatan menyedihkan memberitahu kami tentang situasinya sembari batuk batuk.
"Aku tau tentang semua itu. Kami datang untuk menjual obat pada kalian."
"Apa kau punya obat? Menakjubkan!"
Warga itu berlari, memberitahu semua orang bahwa seorang penjual obat telah tiba.
Sejujurnya, tempat ini kelihatan sangat buruk. Aku nggak yakin apakah kami punya obat yang cukup untuk mengobati semua orang.
Seolah untuk merangsang ketidakamananku, sebuah gelombang suara dari desa terdengar, meminta obat.
"Kereta dewa burung! Kita selamat!"
Oh tidak... Dengan semua harapan ini, gimana kalau obatku nggak berpengaruh? Mereka akan kehilangan semua kepercayaan padaku.
Terserahlah.
"Siapa yang butuh obat?"
Aku turun dari kereta, menjelaskan bahwa obatku paling efektif ketika aku yang memberikannya sendiri secara langsung.
"Sebelah sini, orang suci tercintaBeloved Saint."
Duh, mereka memanggilku orang suci... sesuatu tentang itu membuatku nggak nyaman. Meski begitu, itu masih lebih baik daripada Pahlawan Perisai tercela.
Mereka memanduku ke sebuah bangunan panjang yang dipenuhi dengan orang sakit. Bangunan itu sendiri berada terpisah dari bangunan-bangunan lain di desa.
Sebuah pemakaman ada dibelakang bangunan itu, dan ada sejumlah kuburan baru disana.
Kalau aku mengatakan bahwa itu beraroma seperti kematian, kau akan tau apa yang kumaksudkan, suasana mengerikan itu menyelimuti rumah sakit dan pemakaman. Aku yakin bahwa itu sama.
Aku nggak yakin apakah obatku bisa memecahkan masalah yang ada disini.
Obat-obat itu cuma resep tingkat menengah, jadi aku nggak boleh terlalu percaya diri pada obat-obat itu. Kalau obatnya nggak bekerja, nggak ada rencana cadangan. Atau tidak... Itu akan mahal, tapi aku bisa menerapkan obat yang lebih mahal pada mereka.
Kuharap aku bisa lebih fleksibel dengan produk-produkku. Kuharap aku bisa membuat obat yang lebih kuat. Itu lebih baik daripada kehabisan pilihan. Lain kali aku mampir ke toko obat itu, aku akan bertanya apakah dia bisa menjual buku resep dengan tingkat yang lebih tinggi.
"Tolong, obati istriku!"
"Tentu."
Ada seorang wanita disana, batuk-batuk tanpa henti. Aku menarik dia ke posisi duduk dan memberi dia obat.
Poof... Sebuah cahaya menyilaukan muncul memancar dengan wanita itu sebagai pusatnya.
Rona wajah kembali ke wajahnya. Bagus. Obatnya bekerja.
"Selanjutnya!"
Aku mengangkat wajahku untuk melihat penduduk yang berdiri disana, penampilan tercengang terpampang jelas di wajahnya.
"Ada apa?"
"Aku...um..."
Pria itu menunjuk pada seorang anak yang berbaring disamping wanita itu.
Anak itu tadi batuk-batuk sama seperti wanita itu, tapi sekarang batuknya tiba-tiba berhenti.
Kenapa? Apa dia mati?
Aku mendekat untuk memeriksa apakah anak itu bernafas. Dia bernafas. Bagus, dia masih hidup.
Tapi anak itu tadi batuk-batuk keras. Sekarang dia kelihatan sangat tenang.
"Apa yang terjadi?"
"Saat kau, Beloved Saint, mengobati istriku, disaat yang bersamaan, batuk yang diderita anakku berhenti."
Hm... mungkinkah itu karena kemampuan perluasan jangkauan efesiensi obat (kecil)?
Peluasan jangkauan obat... Itu adalah kemampuan yang menakjubkan.
Sepertinya obatnya akan efektif pada siapapun yang berada dalam radius satu meter.
Perisai ini telah mengakses pada segala macam speaifikasi tersembunyi yang rumit, kan?
Tapi aku yakin bahwa kemampuan itu nggak akan banyak membantu dalam pertempuran karena seberapa seringnya kami bisa berada dalam jarak satu meter dari yang lainnya dalam pertempuran? Itu bisa saja kalau musuhnya sangat lemah.
"Yah itu membuat semuanya lebih mudah! Siapapun yang butuh perawatan, berkumpullah! Obat ini akan bekerja pada siapapun yang berada didalam lingkaran ini. Kami bisa menyembuhkan semua orang sekaligus. Bergegaslah!"
"Baik!"
Nggak cukup orang yang bisa membantu, jadi Raphtalia dan Filo membantu menggendong orang-orang yang sakit ke tengah ruangan, dimana aku menerapkan obat pada seseorang yang berada di tengah.
Hal itu menolong kami menghemat obat, dan itu sangat mudah dan cepat. Dengan satu botol, kami bisa menyembuhkan seluruh pasien yang ada diruangan.
Setelah beberapa saat berlalu, kami melihat bahwa seraya kondisi semua orang membaik, nggak seorangpun yang sepenuhnya sembuh dari penyakit itu. Aku nggak yakin apa yang harus dilakukan mengenai itu.
"Kurasa cuma segini saja yang bisa kulakukan dengan obat yang kumiliki."
"Terimakasih banyak!"
Senang mendapat rasa terimakasih, tapi sejujurnya aku nggak betul-betul puas dengan hasilku ini.
Masih ada resiko infeksi, dan kami nggak bisa menghilangkan penyakitnya.
"Bisakah kau beritahu aku darimana penyakit ini berasal? Apakah epidemik? Atau penyebaran, dan kau tertular dari seorang pengelana?"
Kalau obat yang kumiliki nggak bisa menyembuhkannya, maka itu pasti penyakit yang sangat parah. Siapa yang tau kapan kami akan terjangkit juga? Dalam kasus terburuk, kami harus berputar arah dan pergi dari sini.
"Yah, seorang dokter memberitahu kami bahwa penyakit ini dibawa oleh angin dari pegunungan. Pegunungan itu penuh dengan monster."
"Beritahu aku lebih banyak lagi."
"Kau bisa menanyai dia secara langsung."
Di duniaku, seorang dokter memahami ilmu pengetahuan dan bagaimana caranya menggunakannya untuk menyembuhkan orang. Disini, seorang dokter menggunakan sihir dengan efek yang sama.
Dia bekerja di desa ini selama beberapa saat, mencoba meracik sebuah obat yang akan efektif pada penyakit baru ini. Saat kami tiba, dia ada di bangunan yang dipenuhi pasien dan dia membantu kami.
"Hei, bisakah kau membuat obat yang lebih baik daripada seorang pembuat obat?"
"Ya, aku sedang membuatnya sekarang ini. Namun, setelah melihat apa yang bisa kau, Saint, lakukan dengan obatmu sendiri, dan peningkatan dramatis pada penduduk, kurasa proyekku nggak dibutuhkan lagi."
"Kau bisa melanjutkannya lagi sesegera mungkin. Kami belum bisa sepenuhnya menyembuhkan penyakitnya, yang mana itu artinya penyakit itu mungkin akan kembali."
"Ya."
"Tunggu."
Dokter itu kembali ke peralatannya dan hendak menenggelamkan diri kembaki secara antusias pada pekerjaannya saat aku memanggil dia untuk menunggu.
"Kau bilang bahwa penyakit ini berasal dari angin dari pegunungan. Kenapa kau berpikir demikian?"
"Ya.... sekitar sebulan yang lalu sang Pahlawan Pedang berada di wilayah sini, dan dia membunuh seekor naga yang kuat yang memiliki wilayah di pegunungan itu."
Oh ya... kurasa aku mendengar sesuatu tentang itu.
"Para naga biasanya membuat sarang mereka jauh dari desa-desa manusia, tapi ini adalah seekor naga yang aneh."
"Apa itu ada hubungannya?"
"Yah, pada saat itu, sejumlah besar petualang berkumpul disini untuk menyaksikan sepak terjang Pahlawan Pedang. Mereka naik ke gunung setelah itu, dan semua orang mengambil potongan-potongan naga itu."
Kurasa kau bisa membuat senjata dan equipment yang sangat bagus dari material naga...
Sebenarnya aku agak iri.
"Dan?"
"Segalanya masih baik-baik saja sampai para petualang itu mencingcang naga itu sampai ke tulang-tulangnya. Sebenarnya itu memberi cukup banyak uang untuk desa yang miskin ini. Masalahnya dimulai saat sisa-sisa naga itu mulai membusuk. Beberapa petualang pergi untuk melihat tubuhnya, dan mereka kembali dalam keadaan sakit."
"Jadi tubuh naga itu adalah sumber dari semua penyakit ini?"
"Aku yakin begitu."
Jika mereka pergi kesana untuk mengambil apa yang bagus untuk equipment maka aku bisa membayangkan apa yang tersisa. Dagingnya. Nggak peduli seberapa kuatnya seekor naga, daging seekor naga yang mati pasti akan membusuk.
Mungkin ada orang-orang yang sedikit tertarik pada dagingnya, tapi mayoritas dagingnya akan dibiarkan membusuk. Aku membacanya dalam kisah-kisah bahwa daging naga sangat lezat sampai-sampai gak ada yang terbuang sia-sia. Tapi dengan standar dunia ini, siapa yang tau? Mungkinkah itu beracun atau semacamnya?
Dan juga ada organ-organnya. Hati membusuk dengan sangat cepat.
Ren pasti mengambil material-material yang paling berguna, jadi aku yakin mereka meninggalkan organ-organnya begitu saja.
Bagaimana dengan jantungnya? Aku merasa seperti jantungnya pasti memiliki semacam kegunaan sihir.
"Kalau kau tau apa yang jadi masalahnya, kenapa kau nggak mengurusnya?"
"Pegunungan itu penuh dengan monster-monster yang kuat. Kalau kau bukan seorang petualang yang sangat berpengalaman jangan coba-coba datang kesana dan berharap bisa kembali hidup-hidup. Nggak satupun dari para petani ini yang mampu mengerjakan tugas seperti itu."
"Lalu kenapa nggak minta bantuan pada para petualang saja?"
"Saat kami menyadarinya, seluruh ekologi pegunungan itu sudah tidak seimbang. Udaranya berubah menjadi racun, dan penyakitnya begitu kuat—para petualang normal nggak akan yang berhasil. Mereka nggak ada yang mau datang. Semua orang takut akan penyakitnya, dan nggak ada yang mau datang lagi."
Sialan kau Ren.... harusnya kau yang menyelesaikan kekacauan yang kau buat sendiri.
Ren adalah pahlawan termuda diantara kami. Kalau aku seorang siswa SMA, aku pun mungkin juga nggak akan kepikiran pada efek berkelanjutan dari naga yang mati. Efek-efek ini nggak akan terjadi dalam game-game yang biasa dia mainkan, jadi kurasa itu sudah wajar.
"Apa yang harus kami lakukan, Beloved Saint?"
"Apa kau mengirim laporan pada Raja?"
"Ya, kami sedang menunggu pengiriman obat."
"Bagaimana dengan... para pahlawan?"
"Mereka sangat sibuk, jadi kami mungkin bukanlah sebuah prioritas yang tinggi bagi mereka."
Entah itu Motoyasu atau Itsuki atau Ren... siapapun itu. Mereka membuatku jengkel.
"Apa kau sudah mengirim uang pada Raja untuk bantuan mereka?"
"Ya...."
"Kalau kau membatalkannya, akankah uangnya dikembalikan?"
Dokter itu menatap mataku, melihatku dengan lurus dan mendalam.
"Apa kau akan mengurusnya, Beloved Saint?"
"Yah, kalau masih ada waktu sebelum obatnya tiba, mungkin aku bisa melakukannya. Kalau aku berhasil, aku minta bayaran."
"Baiklah... Yah, uangnya harusnya datang setidaknya setengah hari lagi."
"Oke bagus. Aku akan mengurus sisa-sisa naga itu . Aku akan mengambil uang yang kalian kirim sebelumnya pada raja."
"Baik."
Dengan begitu kami pergi ke pegunungan untuk melihat apa yang bisa kami lakukan mengenai sisa-sisa naga itu.
***
ความคิดเห็นย่อย
คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ
นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า
เข้าใจแล้ว