ดาวน์โหลดแอป
98.96% JANJI / Chapter 191: ayah yang menyayangi putranya

บท 191: ayah yang menyayangi putranya

Meri duduk termenung memandang sendu ke arah rafa yang masih terbaring. Matanya sembab menangis semalaman dan berjaga tanpa memperdulikan betapa lapar perutnya.

Kakak iparnya bahkan membawakannya makanan namun tak terjamah sedikitpun. Junior bahkan ilham juga terus memaksanya namun tak seorangpun yang berhasil dengan paksaan mereka. Sememtara itu, andre tak bergerak sedikitpun dari depan ruangan dan tak berani untuk masuk.

Selain jumlah pengunjung yang di batasi karena masih berada di ICU, andre juga tidak merasa kehadirannya di sana akan berkontribusi besar. Jika iq nekad masuk, ia mungkin hanya akan semakin sakit hati melihat meri yang tidak perduli dengan dirinya dan lebih mengkhawatirkan rafa.

Dia sakit melihat wanita pujaannya seakan kehilangan sinar kehidupannya. Pebih sakit saat ia hanya bisa menonton tanpa melakukan apapun.

Tepat saat ia meradang karena ketidakmampuannya, seorang petugas kepolisian menghampirinya.

"selamat malam pak"

"selamat malam" andre berdiri menyambut penyidik itu.

"apa kau juga keluarga korban?"

Andre menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hubungannya dengan korban terlalu rumit untuk di jelaskan dan terlalu memalukan untuk mengakui bahwa mereka memperebutkan wanita yang sama dan masih memiliki hubungan darah dengan saingannya.

"dia mantan kakak iparku. Aku ayah dari anak kecil yang datang bersamaku" jawab andre.

Polisi itu mengerutkan alisnya. Bukankah ilham yadi memberi kesaksian dan mengatakan bahwa junior adalah putranya.

"ayah? Maksudmu ayah kandung?" polisi itu mencoba memastikan.

"benar. Aku ayah kandungnya. Pria yang tadi bersamaku, itu ayah tirinya" andre berusaha memperjelas statusnya sebagai ayah biologis dari junior.

"oke. Bisakah kau ikut denganku? Kami memerlukan pernyataan dari orang terdekat korban"

"baiklah" andre mengikuti langkah polisi itu setepah sesaat melirik ke arah meri melalui jendela kaca pada pintu ICU dan masih duduk terpaku memandang rafa.

Di ruang interogasi, andre memberikan kesaksian berdasarkan apa yang ia ketahui tanpa menyembunyikan satu hal pun. Baginya, menangkap pelaku adalah poin utama, mengenai siapa pelakunya itu bukan masalah baginya.

"apa anda juga mengenal pria bernama ilham?"

"maksud anda kakakku?" andre secara tidak langsung memberitahu identitasnya beserta ilham.

"kalian bersaudara?" penyidik itu lebih heran lagi mendengar pernyataan itu.

"Mmm, kami bersaudara dari ibu yang sama tapi ayah berbeda"

Penyidik melanjutkan mengorek informasi mengenai identitas ilham termasuk fakta bahwa ia adalah seorang mantan narapidana. Andre bahkan tidak menyembunyikan bagaimana mereka bekerja sama meruntuhkan kerajaan bisnis ilegal milik ayah ilham, termasuk kasus penculikan junior.

"terimakasih atas kerja sama anda"

"itu sudah keharusan"

Andre kembali ke rumah sakit dengan pengawasan kepolisian. Mereka kemudian meminta pernyataan dari meri dan menemukan bahwa pernyataan meri dan andre sama namun bertentangan dengan pernyataan ilham.

Dia kembali di tengah malam setelah menjawab sekitar 20 pertanyaan penyidik dengan cabang pertanyaan yang lebih banyak lagi tergantung tanggapannya.

Pandangannya sudah mulai buram saat kembali ke ICU dan dengan cepat mengisi perutnya dengan beberapa buah-buahan. Dia memakan sedikit bubur yang di peruntukkan bagi pasien namun pasien belum sadarkan diri.

Air matanya terus mengalir merasakan betapa hambar bubur yang ia makan. Meski begitu, kakaknya masih enggan membuka mata.

Dia menidurkan juniot di sofa dan tetap terjaga. Di pagi hati, ia di kejutkan dengan pasukan kepolisian yang datang dan menangkap ilham.

"tidak. Tidak. Bukan dia" meri menahan tangan ilham yang sudah terborgol.

"nyonya, kami akan menyelidikinya lebih lanjut. Dia hanya tersangka dan bukan terdakwa" ujar pimpinan dari regu kepolisian yang menangkap ilham.

"bukan dia. Dia suamiku dan tidak akan melakukan hal seperti ini" meri masih enggan melepaskan ilham dan semakin erat menarik tangannya.

"nyonya, tolong jangan mempersulit penyelidikan. Suami anda saat ini menjadi tersangka dan kami masih akan menyelidikinya"

Meri semakin histeris dan menahan ujung pakaian ilham seakan ia anak kecil yang takut terpisah dari ibunya.

"ilham, bicaralah. Bagaimana bisa kau membiarkan dirimu menjadi kambing hitam. Pak, bukan suamiku. Dia melindungi ayahnya, tolong jangan bawa dia"

"meri, berhentilah. Mereka akan tahu kebenarannya bahkan jika kita menyembunyikannya"

Meri terkejut mendengar hal itu. Kalimat itu tidak lebih sebagai pengakuan ilham atas kejahatannya. Dia masih berusaha melindungi ayahnya yang jelas bersalah.

"tidak. Apa yang kau katakan. Pak, dia berbohong. Ayahnya yang melakukan ini. Percaya padaku. Ilham, jangan memperlakukanku seperti ini. Bagaimana dengan anak kita. Bagaimana denganku? Aku mohon berhenti melindunginya. Apa ayahmu bahkan lebih berharga dari pada aku?" meri merasa putus asa dan hanya ingin memohon agar ilham tidak meninggalkannya lagi.

Jika itu benar kesalahan suaminya, dia tidak akan segan untuk melaporkannya. Tapi jika dia hanya korban dari kebohongan yang berkedok bakti seorang anak kepada ayahnya, dia tidak akan bisa menerimanya.

Pria tua tak bertanggungjawab itu sudah cukup menyiksanya saat ia bahkan mengandung junior. Saat ini dia tidak akan membiarkan hal itu terulang pada anak keduanya.

Dengan lemah dia berlutut memeluk kaki suaminya dengan air mata yang terus berderai. Andre yang menemaninya saat itu karena junior keluar untuk membeli sarapan bersama kakak ipar meri tidak sanggup melihatnya menangis. Terlebih melihat dia berlutut memeluk kaki suaminya hanya untuk memohon agar suaminya berkata jujur.

"pak, beri kami waktu. Aku harus menenangkan istriku terlebih dulu sebelum ikut denganmu"

Merasa iba, gerombolan polisi berseragam dinas itu keluar bersama dengan andre yang juga tidak sanggup mendengar tangisan meri lebih lama lagi.

Saat mereka sudag keluar, ilham menarik istrinya dalam pelukannya dengan perasaan sedih. Meri melingkarkan tangannya dan membenamkan wajahnya di pundak ilham masih dengan air mata yang mengalir.

"berhentilah menangis. Matamu sudah bengkak karena semalaman menangis dan begadang" ilham membelai puncak kepala meri yang sudah tertutupu dengan jilbab.

"jangan pergi"

Hanya dua kata itu yang keluar dari bibirnya dan tidak sanggup memikirkan yang lainnya.

"aku akan kembali setelah pelakunya tertangkap. Tapi jika itu benar ayahku, bisakah kau memaafkannya?"

Meri menggelengkan kepalanya lemah. Dia tidak akan memafkan apa yang si tua itu lakukan dan benar-benar akan membuatnya mendekam di penjara cukup lama.

"jadi bisakah kau melihatku menebus kesalahan yang dia lakukan?"

Meri kembali menggelengkan kepalanya. Dia bahkan akan lebih membenci pria tua itu jika sampai ilham yang harus menjadi kambing hitamnya.

"sayang, belajarlah memaafkan orang lain. Itu berat, tapi apa yang kau dapat dengan menyimpan kemarahanmu untuknya"

Setelah melepaskan pelukannya dan memberi kecupan ringan di bibir istrinya, ilham pergi dengan janji "aku akan kembali"

"kau harus menepatinya" kata meri melepas kepergian suaminya.

Dia kembali fokus merawat rafa bergantian dengan kakak iparnya. Sementara andre bergantian menjaga junior dan membeli keperluan seperti makanan untuk para wanita yang berada di dalam ruangan.

Di kantor polisi, ilham meringkuk di balik jeruji besi. Kedinginan dan memikirkan bagaimana dia bisa kembali.

Kepala penyidik bukan tanpa alasan menahannya. Dia tahu pelakunya kemungkinan bukan ilham, dia hanya menjadikannya umpan jika benar pelakunya adalah ayahnya sendiri.

Jika dia seorang ayah yang menyayangi putranya, dia akan muncul dengan sendirinya. Dia sudah lebih dulu meminta andre berkoordinasi agar kabar ilham yang di tahan sampai ke telinga ayahnya.

Sembari penyelidikan terus berlangsung dan mengumpulkan beberapa bukti baru termasuk catatan panggilan terakhir dari ketua geng yang menganiaya rafa. Dan benar itu adalah nomor luar negri dengan kode china.

"anak bodoh. Apa dia sebaik itu hingga mengorbankan dirinya untuk orang lain" rutuk ayah ilham setelah mendengar putranya di tahan karena kasus penyerangan.

"kakak, ini bisa saja jebakan. Bagaimana mungkin ilham menjadi tersangka padahal tidak memiliki hubungan dengan para gengster"

"dia tidak akan menjebakku. Jika polisi itu menggunakan putraku, itu artinya ilham tidak mengetahui hal itu dan hanya menerima semua tuduhan karena tahu itu aku"

Setelah pemikiran panjang, ayah ilham memutuskan untuk membebaskan putranya. Dia sudah cukup tua jadi bukan masalah besar jika akhir hidupnya ia habis kan di penjara. Tapi dia tidak membiarkan hal itu terjadi pada ilham.

"aku pikir hatinya sudah beku" seru bawahan ayah ilham.

"sekejam apapun dia, dia masihlah seorang ayah yang menyayangi putranya" jawab yang lainnya.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C191
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ