Di pagi yang cerah, pasangan suami istri dengan satu orang putra itu menuju bandara ngurah rai yang merupakan bandara yang berada di bulan bali. Sepakat setelah menyelesaikan urusan mereka kembali ke bangka dan akan segera bertolak kembali ke turki.
Ilham membawa istri dan anaknya kembali ke rumag mertuanya. Penerbangan itu tidak terlalu melelahkan karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Bali dan bangka belitung masih berada di negara yang sama karena itu mereka tidak akan menghabiskan waktu yang lama di pesawat.
Tiba di rumah, meri di sambut teriakan histeris ibunya.
"sayang, apa yang terjadi? Kepalamu, tangan dan kakimu. Ada apa ini?"
"ibu, aku baik-baik saja. Ini hanya insiden kecelakaan biasa. Tenanglah, anakmu ini punya anugerah nyawa tujuh. Jangan khawatir" meri sudah bisa menebak reaksi berlebihan ibunya ini.
Wanita penuh kasih sayang biasanya memang selalu bereaksi berlebihan karena rasa cinta berbanding lurus dengan rasa khawatir.
"istirahatlah. Ibu akan membuatkan foie gras kesukaanmu"
"ibu" meri memeluk tubuh wanita berisi itu. "aku merasa sangat lelah akhir-akhir ini. Rasanya masa kecilku dulu masih kurang, kehidupan orang dewasa sangat melelahkan"
Ilham yang berdiri tepat di belakang meri merasa keluhan istrinya itu merupakan kegagalannya memberi kebahagiaan kepadanya.
Bagaimana mungkin istri yang siang malam bersamanya kini mengeluhkan betapa sulit kehidupannya.
"hem, apa kau mau ibu menemanimu hari ini?" sebagai wanita berhati peka dengan keluhan anak perempuan semata wayangnya itu tentu tahu apa yang di inginkan putrinya itu.
"Mmm"
Keduanya pergi berjalan-jalan berdua hari itu tanpa memikirkan junior yang bersama ilham.
Puas berbelanja, mereka pergi ke salon untuk memanjakan diri sekaligus mengingat saat terakhir mereka melakukan hal itu bersama.
Walau ibunya selalu meminta agar meri menceritakan masalahnya, meri tetap enggan karena itu rahasia rumah tangganya. Membuka masalahnya pada ibunya akan membuat ibunya khawatir dengan masalah yang tidak henti menerpa anaknya itu.
Di rundung masalah bertubi-tubi, tubuh meri bukan menyusut dan justru naik. Itu membuatnya semakin stres karena saat ini ia masih belum bisa berolahraga.
Beruntung ia memiliki suami yang begitu pengertian dan tidak pernah mempermasalahkan bentuk tubuhnya. Pria yang selalu mendekatinya selalu mengatakan bahwa bahkan jika meri gemuk, mereka akan tetap menyukainya. Tapi sebagai istri, meri tentu tahu pentingnya menjaga tubuh untuk suami.
"kau akan kemana setelah ini? Libur junior masih sekitar satu minggu lagi" tanya ayah meri saat makan malam.
"aku akan membawa meri ke turki segera, karena pembukaan desa penyembuhan tersisa empat hari lagi" ilham menjawab pertanyaan mertuanya itu.
"itu bagus. Kalian harus banyak berinvestasi di bidang kesehatan selain itu bidang yang kalian geluti juga itu bentuk sosial kalian. Hidup kaya tanpa berbagi tidak ada gunanya"
Nasihat sederhana tapi penuh makna dari seorang pria bijaksana yang tidak hanya mengutamakan mencari keuntungan tapi juga bagaimana menyeimbangkan keuntungan itu dengan berbagi kepada sesama.
Ke esokan harinya, ilham membawa istri dan anaknya untuk segera berangkat ke izmir. Mereka melakukan penerbangan dengan jet pribadi tapi kali ini ada yang berbeda. Ilham lah yang menjadi sponsor yang membiayai penerbangan privat itu. Ia merasa sudah lebih mampu jika hanya untuk menyewa sebuah jet pribadi untuk anak istrinya tanpa bantuan kakak iparnya.
Di izmir, meri di kejutkan dengan perubahan pada rumahnya, ia hanya pergi selama dua minggu dan rumah sederhana itu sudah berubah menjadi sebuah istana dengan desain eropa. Entah dari mana ilham mengetahui bahwa meri mengidamkan rumah seperti itu.
Ia bahkan tidak pernah menceritakan impiannya itu pada ayah dan ibunya bahkan tidak pada andre. Jika andre memberinya apartemen ala eropa, kali ini ilham memberinya sebuah rumah berlantai dua dengan warna putih kombinasi gold.
Ruang tamu yang begitu luas dengan lampu kristal menggantung dari lantai dua. Tangga dengan gaya eropa, menuju dua arah ruang kamar di lantai dua. Kamar utama berada di lantai satu dan lantai dua adalah kamar anak.
Walau ia belum memiliki seorang putri, ruang kamar anak itu di desain dengan walpaper princes dengan berbagai pernak pernik yang di khususkan untuk anak perempuan.
Kamar junior seperti biasa hanya akan di penuhi buku dan komputer terbaru.
Kamar utama itu sendiri memiliki luas hampir seluas gabungan ruang tamu dan ruang keluarga. Di kamar meri terdapat tempat gym, ruang belajar, salon, kamar mandi dengan peralatan super mewah, terdapat ruang badrobe serta bar mini terhubung ke area nonton pribadi yang terpenting adalah di kamar itu terdapat sebuah ruang laboratorium dan perawatan.
"dari mana kau tahu aku menginginkan kamar seperti ini?" mata indah kecoklatan itu tampak berkilau karena air mata haru yang menggenang.
"aku tahu segala hal yang kau inginkan. Dan akan berusaha semampuku untuk mewujudkannya" tangannya mulai di subukkan menghapus air mata meri yang tak ingin berhenti mengalir. "aku melakukan ini untuk melihat senyummu, bukan tangisanmu"
"ini terlalu mahal. Kau pasti menghabiskan uang banyak untuk semua ini"
"jika aku bisa membagikan uangku kepada orang lain, lalu mengapa tidak jika ku habiskan uangku untuk menyenangkan istriku. Kau hanya perlu berbuat baik padaku dan jadilah ibu yang baik untuk keluarga kita" permintaan sederhana setelah menghabiskan uang hingga lima ratus ribu dolar.
Bahkan jika ia tidak diberi hadiah sebesar ini, meri tetap akan menjadi istri serta ibu yang baik. Saat ini hanya ilham dan junior yang menjadi prioritasnya jadi ia tidak akan menyianyiakan apa yang menjadi tujuannya.
Keluarga bahagia, karir luar biasa dan kehidupan sejahtera, itulah yang ia dambakan.
"apa kau sudah sebaik ini sejak dulu?" meri berniat memuji kebaikan suaminya tapi ia lupa ilham adalah pria dengan tingkat kepercayaan diri berlebihan.
"aku memang seperti ini, jika ini dunia film mungkin aku sudah jadi super hero" ujar ilham dengan senyum bangga di bibirnya.
"hahaha, kau cukup jadi super hero untukku dan anak-anak kita. Aku serakah jika mengenai dirimu jadi aku tidak akan berbagi dengan siapapun"
"setuju"
Baik meri maupun ilham, keduanya merasa bahagia hingga melupakan junior sesaat. Junior sedang belajar berenang di kolam belakang rumah meri. Ilham benar-benar menyulap rumah itu bak istana tuan putri. Walaupun tak semewah rumahnya di paris tapi jika di lihat dari rumah tetangga lain, rumahnya sangat mencolok.
Semua pintu rumah sudah di ubah dengan pintu dan kunci yang baru. Hampir tidak ada yang tersisa dari rumah lama meri, hanya tinggal sebuah kotak musik klasik yang tetap di pertahankan ilham.
"rumah ini sangat luas jadi aku menyewa seorang asisten untukmu. Aku juga menyediakan sopir untuk junior, apa kau tidak keberatan?" tanya ilham pada meri ketika mereka duduk di taman belakang memperhatikan junior yang sibuk belajar berenang.
Kolam renang itu terdiri dari dua bagian, kolam anak dan kolam dewasa. Di kolam anak junior tidak perlu khawatir akan tenggelam karena tinggi kolam hanya sebatas lehernya.
"jika suamiku sudah memutuskan maka aku akan menyetujuinya tanpa protes" jawab meri
"ini sesuatu yang langka untuk seorang yang keras kepala sepertimu. Awww" sindir ilham yang kemudian di balas cubitan kecil di perutnya. "aku masih memiliki satu hadiah lagi untukmu"
Ilham mengeluarkan sebuah kotak yang ia simpan di saku jaketnya.
"ini... Dimana kau menemukannya? Terima kasih" meri memberi sebuah ciuman karena rasa bahagianya melihat jam tangannya yang hilang kini sudah kembali"
"buruh bangunan yang menemukannya saat membongkar rumah ini. Mereka segera menelfonku jadi ku minta mereka menyimpannya" jawab ilham mencari alasan, yang benar adalah ia meminta pada asistennya untuk mengambil jam itu dari tangan si pencuri.
Hari itu di lewati dengan kekaguman sosok istri terhadap sang suami. Ilham adalah sosok suami yang romantis dengan caranya sendiri. Dia tidak akan membawa bunga atau boneka untuk kekasihnya tapi lihat bagaimana dia bisa membangun sebuah istana untuk dewinya.
Meri tidak pernah tahu ilham menyiapkan segalanya saat mereka bahkan masih sibuk dengan masalah yang tak kunjung kenal henti. Bersyukur saat ini mereka sudah menyelesaikan masalah di masa lalu.
Mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Merancang kehidupan yang lebih baik dan penuh kebahagiaan. Ia tidak perlu memikirkan masalah lagi selama ilham berada di sampingnya hingga suaminya sendiri yang meminta bantuan darinya.
Maaf, author lagi di kampung suami dan sinyal susahnya minta ampun. Perlu perjuangan sampe bisa dapat jaringan internet.