"aku ingin kau melakukan dua hal untukku apa kau bersedia?"
"apa?" tanya meri, ia tidak menyetujuinya tanpa tahu permintaan itu. Pikirannya melayang memikirkan bagaimana jika ilham ingin pergi darinya kali ini.
"pertama, bicaralah dengan andre. Kalian masih harus menyelesaikan masa lalu yang sepertinya belum usai. Aku sudah mencoba berbicara dengannya tapi anak itu sama kerasnya denganmu. Ku pikir sesama keras kepala kalian pasti bisa menyelesaikannya"
"lalu bagaimana jika dia memaksa untuk kembali?" meri sebenarnya sejak awal khawatir mengenai hal itu. Dia tidak ingin memiliki komunikasi yang baik karena tak ingin membuka jalan untuk mereka saling menyakiti lagi.
Ilham tak menjawab, hanya membelai lembut wajah istrinya itu dan mulai menciumnya dengan lembut.
"kau sudah dapat jawabanmu" ujar ilham tersenyum licik.
"itu kalimatku. Kau mencurinya" protes meri merasa apa yang di katakan oleh suaminya adalah miliknya yang sudah ia patenkan.
"hahaha, oke, oke. Jika dia memaksamu maka lakukan sesuai caramu tapi aku ingin akhir yang tidak menyakiti siapapun. Aku ingin hidup tenang denganmu dan mengawasi anak-anakku tubuh besar"
"akan ku usahakan. Bagaimana dengan permintaan yang kedua?"
"...."
Keduanya menghabiskan waktu menunggu malam dan segera turun untuk makan malam.
Tak banyak percakapan yang terjadi di ruang makan itu, mereka lebih banyak diam memikirkan masalah yang mereka alami. Hanya junior yang makan tanpa rasa terbebani.
Ilham masih memikirkan cara terbaik menyelesaikan masalahnya dengan jackob. Ia awalnya ingin meledakkan kepala pria itu, tapi mengingat meri membuatnya tak ingin lagi berakhir di penjara. Enam tahun sudah cukup membuatnya gila dengan keinginan bertemu wanita pujaannya.
Setelah semua yang ia lakukan dan kebahagiaannya berasam keluarga kecilnya, ia tidak akan melakukan kesalahan yang bisa menghancurkan semuanya. Lagi pula ia telah berjanji pada meri untuk tidak melakukan kesalahan lagi di masa depan.
Saat makan malam selesai, meri meminta andre keluar untuk membicarakan sesuatu.
Di teras, pasangan yang sudah lama berpisah itu kini duduk berhadapan mencari kemungkinan rasa yang sama di masa lampau. Meri melepas cadarnya memberi kesempatan terakhir kepada andre untuk melihat wajahnya. Karena setelah malam ini, ia berharap semua tekad yang di miliki pria itu untuk kembali akan benar-benar hilang.
"apa ada sesuatu yang penting untuk di bicarakan?" tanya andre memulai perbincangan.
"aku hanya ingin menyelesaikan apa yang belum selesai, mengucapkan maaf untuk kesalahanku dan berterimakasih untuk semua yang kau beri padaku"
"apa ilham yang memintamu?"
"tidak sepenuhnya. Dia hanya ingin aku menyelesaikan masalahku dengan mu. Permintaan maaf dan ucapan terima kasih itu tulus dari hatiku. Jadi mari kita selesaikan sampai di sini. Katakan apa maumu dan berhentilah mengganggu keluarga ku"
"aku mau kau" jawab andre singkat tanpa basa basi. "aku tidak yakin ada kesepakatan lain yang lebih baik dan lebih ku inginkan dari pada kau"
"aku menawarkan kehidupan putramu, tidakkah dia sama berharganya denganku?"
Andre "..."
"aku akan membuka akses komunikasi untuk kalian, aku juga lelah bersembunyi darimu atau yang lain. Junior tidak akan mau berpisah dariku jadi tetaplah berkomunikasi dengannya. Sesekali kau boleh membawanya dan aku tidak akan membatasi ruang bagi kalian selama itu tidak buruk untuk pertumbuhannya. Bagaimana menurutmu?" meri menawarkan sesuatu yang tidak hanya berharga bagi andre tapi juga baginya.
Tak perduli betapa bahagianya ia jika bisa memiliki anak dari ilham, junior tetap putra pertamanya yang dengannya ia belajar menjadi dewasa. Jadi tidak akan mudah melepaskan harta berharganya itu.
Di sisi lain, meri ingin melihat apakah andre adalah orang yang lebih mementingkan wanita dari pada putranya sendiri. Jika andre menyetujui maka itu menguntungkannya namun jika di menolak tetap saja itu tidak merugikan untuknya.
"tidurlah denganku malam ini. Setelah itu, aku akan melepasmu bersamanya"
"kau terlalu percaya diri hanya karena aku membiarkanmu melihatku. Andre, aku bukan meri mu yang dulu. Aku bahkan tidak akan membiarkanmu memegang tanganku jadi jangan berharap padaku" tolak meri.
Tidak masuk di akal ia tidur dengan pria lain sementara suaminya berada di sebelah kamarnya, sekalipun ilham tidak ada, ia tetap tidak akan tidur dengan pria yang bukan suaminya.
"meri, tidakkah kau dulu sangat mencintaiku?"
"aku mencintai suamiku dulu dan sekarang. Kau pasti mengerti maksudku"
Andre cukup pintar untuk tahu bahwa meri tidak menepis bahwa ia pernah mencintainya seperti saat ini meri sangat mencintai ilham. Prinsip hidup yang baik dengan mencintai siapapun yang menjadi suamimu. Jika dulu itu andre maka sekarang orang itu adalah ilham.
"masuklah, kesepakatan yang tadi. Aku setuju. Aku tidak akan mengganggu kalian, tapi jika dia mengecewakanmu maka jangan ragu kembali padaku. Aku masih akan menerimamu"
Karena kesepakatan sudah di buat, meri bangkit kembali ke kamarnya masih dengan tongkat di tangannya. Dia tidak merasa perlu menanggapi kalimat terakhir yang di katakan andre karena akan memperpanjang masalah lain.
"apa kau sudah bicara dengannya?" ilham langsung menyambut istrinya dengan pertanyaan.
"Mmm, aku lelah dan ingin tidur"
"kemarilah" ia tahu meri merasa tertekan karena harus menghadapi andre yang keras kepala. "apa yang kau berikan padanya sebagai gantinya?" ilham sangat mengenal adiknya, ia tidak akan melepas sesuatu tanpa memperoleh sesuatu.
"junior" jawab meri dalam pelukan suaminya.
Mereka duduk di tepian ranjang untuk melepaskan penat dan beban pikiran sebelum menghempaskan tubuh ke kasur.
"mengapa kau memilih mengorbankan junior?"
"aku tidak punya pilihan yang lain agar dia membiarkan ku hidup tenang" jawabnya dengan tangisan tertahan. Hatinya terasa panas mengingat bagaimana ia akan membiarkan junior pergi jika andre ternyata memintanya dan junior tidak menolaknya.
"tapi kenapa junior. Kita bisa memikirkan hal lain"
"ilham berhentilah bicara. Kepalaku rasanya mau pecah mendengarmu mengoceh dan tidak berhenti bertanya. Apa lagi yang bisa ku pikirkan? Kau yang memaksaku bicara dengannya"
Air mata yang sekian lama terbendung akhirnya tumpah. Ia tidak bisa membayangkan jika waktu itu benar-benar tiba dan junior harus pergi darinya. Ia mungkin akan kembali terkena serangan mental.
"maafkan aku" ilham mempererat pelukannya, menenangkan wanita yang sedang terluka memang tak semudah menghadapi puluhan preman. "apa dia memintamu kembali?"
Meri hanya bergumam di bahu yang selalu jadi sandarannya itu di kala lelah.
"apa dia mengatakan hal lain? Kau tampak tertekan"
"tidak ada. Aku hanya lelah dan ingin tidur. Berhenti mengoceh dan selesaikan urusanmu besok. Aku mau lusa kita sudah ada di pesawat"
Malam itu meri tidak tidur di kamarnya, ia tidur di kamar junior. Rasa bersalah dan penyesalannya selalu menghantui pikirannya karena itu ia akhirnya pindah kamar. Ilham tentu memahami ke khawatiran istrinya itu.
Ke esokan harinya, ilham pergi ke bar di mana boy dan andre berada. Bar itu masih di buka untuk para turis asing dan bukan sebagai tempat wanita malam. Hanya sekedar minuman dan tempat memekakkan telinga di kesepian malam.
"aku mau kalian bubarkan genk ini hari ini juga" perintah ilham.
Sebagai ahli waris dari ayahnya yang maha berkuasa atas kelompok kriminal yang berada di beijing dan juga di bali, hanya ilham yang bisa membubarkannya secara resmi.
"bagaimana dengan jack?" tanya boy
"aku sudah menemuinya, tidak akan ada masalah lagi dengannya. Cukup dengan tidak saling mengusik. Mengenai persenjataan yang kita miliki, andre akan mengurusnya dan bekerjasamalah dengan pemerintah setempat"
Setelah membubarkan organisasi perkumpulan para kriminal itu, ilham menemui jack di tempat yang sudah mereka sepakati kemarin namun tertahan oleh meri.
"kau datang lebih awal" ujar jack
"aku tidak suka terlambat" jawab ilham datar. "mari selesaikan masalah kita di sini"
"aku tidak merasa punya masalah denganmu"
Memang benar mereka seperti tidak memiliki masalah, masalah mereka hanya pada jika jack memutuskan mengatakan semuanya kepada meri dan membuat keluarga bahagia itu hancur.
"kami sudah cukup bahagia saat ini, mengenai kelainanku itu masih bisa ku atasi sendiri jadi ku harap kau tidak ikut campur"
"berapa lama usiamu tersisa? Kau tampak yakin akan hidup lama bersamanya"
"aku tidak tahu, selama otakku masih bisa memproses semua informasi yang masuk maka tidak akan ada masalah dan kemungkinan umurku lebih panjang darimu" jawab ilham dengan senyum licik.
Seorang yang mengidap Low Litent inhibition hanya akan membahayakan jika otaknya tidak mampu memproses informasi yang diterimanya. Selama kelainan itu di sertai IQ tinggi maka tidak akan ada masalah. Ia justru membuat kelainan itu sebagai suatu kelebihan.
Mereka terlahir seperti mutan dengan kemampuan otak dalam menerima informasi, sensitifitas panca indera serta daya ingat yang kuat. Tidak ada yang merasa bahwa itu semua adalah masalah kecuali jika mutan itu mendadak gila.
Beberapa kasus orang cerdas dunia berakhir sakit jiwa karena mengidal penyakit tersebut. Tapi itu tidak terjadi pada ilham setidaknya sampai saat ini.
"lakukan fisiotherapi. Aku akan membantumu dan kau tidak perlu memberi tahu meri jika menurutmu ia akan terluka mengetahui kebenaran tentang kondisimu" jack bersikap bijak karena ia juga merasa prihatin pada kondisi seniornya itu.
Ya, mereka berasal dari jurusan yang sama. Hanya saja ilham masuk di universitas tempat jack kuliah tepat ketika ia sudah hampir selesai. Mereka tidak kenal dekat, hanya sesekali jika sesuatu mengharuskan mereka bertegur sapa.
"akan ku pikirkan"
Ilham awalnya akan menghabisi jack jika ia tetap bersikeras memberi tahu semuanya kepada meri. Otaknya cukup cerdas untuk menybunyikan pembunuhan itu seperti saat ia membersihkan jejak kematian bawahannya yang menciderai kepala meri saat menculiknya dari omaha.
Menurunkan ego serta bersikap tenang membuat masalahnya selesai tanpa harus saling melukai. Ia hanya perlu menutup rapat kondisinya dari meri dan semua akan baik-baik saja. Mereka akan hidup damai bersama dengan keluarga kecil mereka.