Ivanka meninggalkan makam Riqky dengan hati yang lebih ikhas. Jika di kehidupan ini mereka hanya bisa bersama untuk waktu yang singkat, Ivanka berharap dikehidupan berikut mereka bisa mempunyai waktu yang lebih panjang.
Ivanka menyadari kehadiran Riqky telah memberi warna tersendiri buat hidup nya.
Ivanka hanya ingin Riqky tenang dan bahagia disana.
"Ka... Kebetulan lagi di cirebon mau jalan-jalan bareng kita semua?"
"Tonny dan Ferry ada di mana?"
"Bukan cuma mereka Christian dan Anton juga ada. Mendengar mu drop mereka semua terbang dan Meninggalkan kesibukan mereka untuk menghibur mu."
"Kita pergi bernostalgia ber enam lagi. Kami mengkuatirkan mu. Kamu harus tahu masih banyak yang peduli padamu."
"Ia, maaf...
Tapi Riqky... aku..."
Ivanka tidak dapat melanjutkan kata-katanya lagi.
"Aku tahu, kita bukan melupakan nya hanya merelakan nya. Dia tetap akan menjadi kenangan yang indah dan tak terlupakan."
"Hmmm..."
"Ivanka kita memang yang terbaik. Aku yakin kamu akan dapat melaluinya dengan baik."
Budi menyusap kepala Ivanka dengan lembut.
HP Ivanka berdering.
"Mamah Riqky."
"Hallo...Tan."
"Ivanka bagaimana keadaan mu?. Barusan tante ke rumah sakit tapi suster bilang kamu sudah pulang kemarin."
"Aku sekarang sudah lebih baik. Bagaimana kabar tante dan om ?".
"Kita harus merelakan nya walau berat. Ivanka bisa kamu ke rumah kami sebentar?."
"Ia, tentu Tan. Kebetulan saya dari makam nya Riqky dekat dengan rumah tante. Saya sudah di jalan."
"Baiklah, kami tunggu."
Budi dengan cekatan meluncur ke rumah Riqky.
Tiba di rumah Riqky, Ivanka di sambut dengan pelukan.
"Duduk lah, ada yang ingin tante berikan."
Ivanka dan Budi duduk.
"Ini barang-barang Riqky, tante rasa lebih baik memberikan ke kamu."
Ivanka menerima kotak ukuran kotak sepatu itu.
Dia membukanya dan tak kuasa menahan lagi air matanya.
Ini adalah foto-foto dia sewaktu SMA. Ada banyak foto dirinya yang Riqky curi dengan diam-diam.
Dia saat di kantin, di lapangan, di kelas, di aula bahkan saat dia di hukum di ruang guru. Isi kotak itu foto dirinya dengan berbagai macam situasi.
Tapi bukan itu yang membuat Ivanka menangis. Yang membuat dia menangis saat melihat foto-foto yang sengaja di gabungkan. Foto dirinya dengan Riqky. Riqky membuat seolah-olah mereka berdua berada di saat dan di situasi yang sama.
Budi memeluk Ivanka dari samping, seolah ingin memberi nya kekuatan.
"Terima kasih tan, aku menerima nya. Ini sangat berharga untuk ku."
"Ivanka, tante senang Riqky sempat mengenalkan mu pada tante. Tante berharap kamu bisa menjadi menantu keluarga ini tapi kenyataan berkata lain. Dan sayang nya kami juga hanya punya satu anak. Kami memberimu kebebasan untuk mendapatkan pengganti yang lebih baik dari Riqky. Kami berharap kamu berbahagia."
"Tan, sebenarnya aku dan Riqky, kami hanya bersahabat. Malam itu Riqky meminta ku berbohong untuk menjadi pacar nya dan mengenalkan ke Tante. Saya minta maaf atas nama saya pribadi juga Riqky."
"Tentu saja tante tahu. Gerakan kalian masih buruk, kalian bukan aktor yang handal."
"Tapi tante..."
"Tante hanya mengikuti permainan anak tante saja. Dan lagi tante juga tahu kalau Riqky memang menyukai mu dari dia masih SMA.
Saat melihat mu malam itu tante langsung mengenali mu. Foto-foto ini tersusun dengan rapih di dinding kamarnya."
"Maaf Tan, aku..."
"Tante mengerti, terkadang karena kita begitu menyayangi seseorang kita terpaksa tidak berani melangkah lebih karena takut akan kehilangan. Kadang dengan berganti status dari teman jadi kekasih buat sebagian orang itu sangat beresiko. Kami sekeluarga berterima kasih, Ivanka sudah membuat Riqky beberapa bulan ini sangat bahagia. Tante sebagai orang yang melahirkannya dapat melihat jelas. Malam itu matanya sangat berbinar-binar."
"Aku pun merasa yang sama Tan. Riqky telah memberi warna di hidupku. Terima kasih sudah melahirkan Riqky dan membesarkan nya dengan baik Tan."
Ivanka dan Budi lalu pamit.
Lalu Budi membawa Ivanka menuju ke salah satu mall tempat yang biasa dulu mereka ketemuan.
Di area bermain sudah ada keempat sahabat Ivanka.
Melihat Ivanka datang Tonny, Ferry, Anton dan Christian langsung memeluk nya.
Ivanka merasa kalau dirinya adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. Mempunyai sabahat terbaik seperti mereka adalah anugerah dari yang maha kuasa.
"Baiklah hari ini tugas kita adalah membuat Ivanka kita menunjukan lesung pipi nya."
Di hari itu Ivanka menghabiskan waktu bersama para sahabatnya. Dan di hari itu senyum manis Ivanka kembali merekah.