ดาวน์โหลดแอป
7.44% CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 102: Undangan Nizam

บท 102: Undangan Nizam

Begitu pesawat terbang mendarat dibendara Nasional Azura, maka turunlah serombongan pria dan wanita bule sambil berwajah ceria. Para wartawan langsung mengabadikan momen langka. Selama ini Kerajaan Azura cukup tertutup untuk pendatang luar. Semua tempat di Azura hampir tertutup untuk semua wisatawan. Selain gedung perkantoran, mesjid, museum dan tempat tinggal, pusat perbelanjaan, hanya ada beberapa tempat hiburan untuk anak-anak. Tidak ada gedung bioskop atau kafe umum. Yang ada hanya kafe untuk para pria saja. Yang bersifat umum seperti restoran atau tempat makan yang bisa dikunjungi oleh pria dan wanita asalkan menggunakan pakaian tertutup dan sopan.

Rombongan yang sudah bisa ditebak itu adalah teman-temannya Nizam, Alena dan Cynthia. Mereka berangkat atas tanggungan dari Nizam. Bahkan mereka benar-benar heran luar biasa ketika kedatangan mereka disambut oleh jepretan kamera para wartawan. Berita hadirnya kawan-kawan Nizam di Azura tentu saja tidak bisa dilewatkan begitu saja. Ketika Ketua rombongan dari teman-teman Nizam yang bernama Robby melihat ke arah papan yang dibawa oleh petugas kerajaan. Di atasnya tertera tulisan. Tamu dari Nizam. Maka Robby segera menghampiri petugas itu.

Teman-teman Nizam langsung riuh ketika mereka dijemput 5 buah Limousine yang besar dan mewah. Sambil terkagum-kagum mereka langsung naik ke atas Limousine tersebut. Diantara rombongan terdapat Elsa dan George. Sedangkan Justin tentu saja tidak ada, karena dia masih ada di penjara.

"Apa Edward tidak jadi ikut?" Tanya Bella teman sekelas Nizam dan Alena pada Robby.

"Apa kamu pikir, Edward berbesar hati mau menghadiri pernikahan wanita pujaannya. Terakhir kali Aku mendengar Dia tour bersama grup musiknya keliling Asia. Kelihatannya dia benar-benar ingin melupakan Alena. "

"Aku tidak menyangka kalau Azura begini indah. Sayangnya Azura tidak punya tempat wisata sehingga jarang dikunjungi wisatawan." Bella berkata sambil terkagum-kagum.

"Elsa... tentunya Kamu sangat ingin berjumpa dengan Alena" Kata Robby.

"Yaah..gadis itu telah mengubah hidupku. Dan Ia adalah gadis yang paling pemaaf. Aku beruntung dia tidak menuntut George" Kata Elsa sambil menggenggam tangan George.

"Iya..Aku sempat akan melakukan hal bodoh hanya karena ingin menolong Elsa, Untungnya Nizam bergerak cepat. Aku benar-benar tidak menyangka si wajah datar berhati beku itu benar-benar akan menikah dengan Wanita." George tertawa terbahak-bahak.

"Iya benar, Aku pikir dia homo" Robby dan Bella tertawa geli.

"Pria mana yang tidak akan luluh dengan gadis seseksi Alena. Ia benar-benar menggoda semua pria dengan gayanya yang polos tapi menantang " Robby tiba-tiba teringat dengan tingkah Alena dikelas.

"Jangan-jangan Kamu naksir dia juga" Bella menatap Robby dengan curiga.

"Aku sih tidak akan menolak kalau Alenanya juga mau sama aku"

"Jangan berhayal tingkat tinggi Kamu, Alena sudah jadi istri orang"

"Aku tidak keberatan nunggu dia jadi janda"

Begitu Robby selesai berkata tiba-tiba mobil direm mendadak. Mereka langsung kaget hingga yang wanitanya sampai menjerit. Petugas yang duduk disamping sopir menoleh ke belakang lalu berkata dengan dingin.

"Mohon maaf Tuan dan Nona, Sebentar lagi Kita akan tiba di istana. Harap dijaga sikap dan perkataan Tuan dan Nona, karena yang sedang kalian bicarakan itu adalah Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura Nizam beserta istrinya Yang Mulia Tuan Putri Alena."

Robby dan yang lainnya langsung pucat. Mereka kaget karena beberapa hal. Yang pertama tidak mengira kalau petugas dan sopirnya paham bahasa Inggris dengan begitu baik. Kedua mereka kaget ternyata Nizam bukan kaya biasa. Ternyata Dia seorang calon raja. Pantas saja Nizam sangat kaya dan banyak wartawan yang menfoto mereka

"Ma..maafkan tingkah kami yang keterlaluan. Kami hanya bercanda. Walau candaan Kami kasar dan tidak lucu. Mohon kalian memaafkan kekurang ajaran kami. Kami sungguh sangat menyesal." Robby terbata-bata meminta maaf. Teman-temannya yang lain juga langsung terdiam kaget.

Petugas kerajaan hanya mengangguk lalu kembali menyuruh sopir untuk melajukan kembali mobilnya.

Iring-iringan mobil Limousine segera memasuki istana kerajaan Azura. Pada jendela-jendela mobil yang beriringan itu tampak kepala-kepala yang ingin melihat secara langsung suasana istana. Para pelayan yang berlalu lalang membawa berbagai macam perhiasan pesta. Bunga-bunga mawar yang berwarna-warni. Beberapa membawa peralatan dan perlengkapan untuk dekorasi pesta. Hingga mobil berhenti di depan pintu istana.

Decakan kekaguman langsung keluar dari mulut-mulut orang bule tersebut. Mereka sama sekali tidak mengira kalau Nizam ternyata seorang pangeran. Mereka tadinya mengira Nizam hanya orang kaya biasa. Mereka lalu dipersilahkan untuk memasuki kamar masing-masing. Dilantai dua, istana dibagian Utara ada sekitar seratus kamar mewah yang penuh terisi oleh tamu-tamu undangan. Walaupun teman-teman Nizam dan Alena kebanyakan orang kaya tetapi mereka tetap saja bersikap norak ketika memasuki istana.

Elsa berulang kali meraba lukisan-lukisan yang berjejer koleksi kerajaan. Ia juga tampak kagum dengan setiap desain interior ruangan yang dilewatinya. Betapa beruntungnya Alena menjadi istri Nizam. Nizam seribu kali lebih kaya dari Edward. George sambil berjalan tak henti-hentinya ia memegang lehernya. Ia juga merasa sangat beruntung kalau Nizam tidak menghukumnya karena Ia sudah berani menyentuh Alena. Diam-diam Ia sekarang merasa yakin. Dibalik kasus terpenjaranya Justin ada Nizam dibalik semuanya.

Mereka diminta untuk beristirahat setelah menikmati makan siang. Bahkan mereka juga diijinkan untuk berkeliling istana ditemani guide istana. Cuma ada beberapa daerah yang tidak boleh dimasuki seperti ruangan-ruangan yang ada penghuninya. Apalagi ruangan tempat para raja dan keluarganya. Bahkan mereka juga tidak bisa bertemu Nizam apalagi Alena. Mungkin mereka bisa bertemu besok. Setelah upacara adat pernikahan Alena dan Nizam dilaksanakan.

****

Cynthia menatap Alena yang sedang bersiap untuk istirahat. Hena ditangannya sudah mengering. Para pelayan menyiapkan pakaian tidur Alena. Bahkan ada yang sudah menyiapkan minyak zaitun untuk memijat Alena. Alena membutuhkan fisik yang prima besok. Upacara adat yang lama dan rumit membutuhkan stamina yang kuat. Sampai sekarang Alena masih belum mengetahui apa yang dimaksud dengan perayaan kesucian. Para pelayan atas suruhan Nizam tidak boleh ada satupun yang mengatakan pada Alena. Karena khawatir Alena menjadi stress.

Pelayan membuka pakaian Alena hingga Alena hanya mengenakan kain penutup tubuh. Ia lalu dipijat dari atas ke bawah.

"Aduh..jangan keras-keras" Alena berteriak sambil menggeliat ketika tangan pelayan itu memijatnya terlalu keras.

"Maafkan hamba yang Mulia" Pelayan itu tampak melembutkan pijatannya.

Tiba-tiba Handphone Alena berbunyi. Dilihatnya nama panggilan Nizam tertera di layar Hpnya. Alena segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum Alena..."Suara Nizam terdengar sedikit parau. Pasti karena kelelahan dengan banyaknya acara.

"Ya waalaikumsalam..Kamu capek ya? Suaranya terdengar serak" Kata Alena sambil menggelinjang geli ketika Pelayan menyusuri punggungnya lalu ke pinggangnya.

"Ouch..geli.. pelan-pelan.." Alena berkata pada pelayannya. Nizam mengerutkan keningnya.

"Kamu sedang apa Alena?" Tanyanya.

"Aku sedang dipijat" Jawab Alena dengan wajah datar.

Nizam langsung membayangkan Alena yang sedang dipijat.

"Apa kamu dipijat sambil telanjang?"

"Iya.."

"Pasti kamu terlihat sangat cantik tanpa baju"

"Maksud Kamu kalau Aku memakai baju maka Aku tidak cantik?" Suara Alena tampak tidak suka.

Nizam jadi garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu cantik kalau memakai baju apalagi kalau telanjang"

"Bukankah Kamu dulu sudah pernah melihatnya, waktu aku terkilir."

"Waktu itu Aku panik melihat Kamu terkilir jadi tidak sempat untuk melihat dengan jelas"

"Apa perlu Aku Videocall denganmu sekarang, Agar Kamu bisa lihat tubuhku?" Alena berkata tanpa tendeng aling-aling. Nizam langsung terbatuk-batuk dan para pelayan yang mendengar termasuk Cynthia menjadi jengah.

"Tidak usah Alena, Kamu mau membuat Aku mati berdiri sekarang?"

"Kenapa mati berdiri? memangnya kenapa? Laki-laki itu biasanya suka tidak malu kalau lihat perempuan, Beda dengan perempuan. Kalau perempuan biasanya malu kalau lihat yang laki-laki. Betulkan Cynthia?" Alena berteriak pada Cynthia.

"Shut Up Alena" Kata Cynthia malah pergi menjauhi ranjang Alena. Bisa gila Ia mendengar kekonyolan Alena.

Alena malah tertawa mendengar Nizam mengomeli dirinya.

"Besok jangan harap kamu bisa melepaskan diri dariku" Mulut Nizam berdesis. Ia benar-benar kesal Alena menggodanya disaat Ia sedang sangat menginginkan Alena.

"Aku tidak akan melarikan diri, tenang saja." Alena malah semakin menggoda Nizam.

"Kamu benar-benar wanita penggoda" Wajah Nizam memerah Ia menjadi sangat tegang. Tubuhnya terasa sangat bergelora. Ia merasa Jiwa kelaki-lakiannya telah ditantang Istrinya sendiri.

"Kalau besok kamu meronta Aku akan menguncimu oleh kakiku" Nafas Nizam terasa sesak. Nafasnya mulai memburu, terengah-engah.

"Aku tidak takut, Ingat tidak Aku pernah mengatakan sesuatu kepadamu"

"Apa??"

"I have lost my virginity"

Nizam membelalakkan matanya, Ia benar-benar takjub dengan kekonyolan Alena. Beraninya Ia mengatakan hal itu lagi. Padahal Ia sudah tahu dari Cynthia kalau Alena berbohong.

Tapi Nizam ingin tahu sejauh mana Alena mengajak bercanda pada dirinya. Ia kini pura-pura bego.

"Oh ya Kamu sudah mengatakan hal itu waktu di Amerika. Aku lupa mau bertanya lagi padamu. Sebetulnya Aku tidak keberatan samasekali."

Alena tercengang, Refleks Ia bangkit dari telengkupnya. Sambil memegang selimut didadanya. "Apakah kamu benar tidak apa-apa?"

"Tentu saja tidak, Bukankah sekarang kita sudah di Azura. Berarti Aku tidak keberatan" Nizam tersenyum penuh kemenangan. Alena sekarang yang heran.

Di negaranya kehilangan kegadisan sebelum menikah bisa jadi aib yang besar. Bahkan bisa mengakibatkan si istri diceraikan oleh suaminya pada keesokan harinya. Terdengar seperti bego. Tapi begitulah adanya. Para pria dinegaranya banyak menganut paham "Don't accept if seal is broken" Padahal si prianya sendiri kadang sealnya udah broken duluan.

"Kamu sungguh berhati besar Nizam, Aku mencintaimu" Kata Alena sambil tersenyum manis. Nizam hanya tersenyum geli. Sekali-kali tidak ada salahnya Ia mengimbangi kekonyolan Alena.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C102
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ