Hanbin cuman bisa memanut dirinya didepan cermin tatkala melihat penampilannya sekarang yg sudah memakai jas muslim disertai peci yang melekat pada kepalanya, dapat dilihat dengan jelas jika hari ini akan menjadi moment spesial bagi hanbin dimana ia akan melepas status lajang untuk yg pertama kali dalam hidupnya.
"Bin, elo yakin sama keputusan elo?" Jinhwan menghampiri hanbin sambil membenarkan posisi peci hanbin.
"Hm, bismillah ane siap nan" hanbin melangkah pasti memasuki ruangan jennie yg kini sudah didandani, sungguh hanbin tak dapat berkata apapun jennie memang terlihat cantik dan penuh karisma meski dirinya sedang terbaring lemahpun jennie masih menebarkan karisma yg selalu meluluhkan pertahanan hanbin.
Hanbin berjalan perlahan menghampiri tempat kosong disamping jennie, kedua orang tua mereka kini sidah berkumpul disertai kerabat dekat mereka masing masing. Hanbin mulai mengatur nafasnya dan meraih lengan tagan sang penghulu, jennie sendiri hanya bisa menatap sendu hanbin meski tak mempungkiri jika hatinya bersorak senang mendapati hanbin yg masih mempertahankannya.
"Saya terima nikahnya Jennie Kim binti kim jiyoung, dengan emas kawin 100 gram serta seperangkat alat solat dibayar tunai" ucap hanbin mantap dengan satu tarikan nafas.
"Bagaimana seluruh saksi? Sah?"
"SAH !"
"Alhamdulillah..."
Sementara itu disisi lain lisa kini tengah meringkuk sambil menangis nangis mendengar kabar dari kakanya ten jika hari ini hanbin akan menikah dengan perempuan yg bernama jennie tersebut, lisa merasa hatinya makin terasa nyeri dan ngilu mendapat kabar seperti itu. Apakah harus dengan mudahnya hanbin melupakan ciuman tempo lalu? Lupa sama janjinya yg bakalan terus ada buat lisa? Dan apakah hanbin benar benar menunjukkan sisi kebrengsekannya sekarang ini?.
"Kenapa semua hanya bisa nyakitin lisa? Hiks..... Semua jahat.... ka ten ! Ka ten !" Teriak heboh lisa yg kini berada di ruanga gelap terisolasi tanpa benda apapun.
*****
Setelah melangsungkan pernikahan hanbin langsung membantu jennie untuk melakukan terapi pengobatan dengan sesekali mereka berbicara simple menghilangkan rasa canggung diantara keduanya, hanbin sungguh merasa bahagia karena sekarang ia bisa mewujudkan keinginan keluarganya serta janjinya pada jennie untuk menikah.
Hanbin tak pernah melepaskan pegangan jennie sedikitpun, ia terus menerus memegang jemari hangat tersebut sambil sesekali ia usap dan ia ciumi. Hanbin benar benar merasa beruntung karena mendapatkan jennie, perempuan yang paling mendekati kata sempurna.
"Bin, aku tau kok kamu gak bahagia"
"Kamu tuh bicara apa sih jen, aku bahagia banget malah"
"Seriusan? Jangan bohong ah"
"Ngapain bohong sih, kenapa? Kamu mau kita cepet bikin hanbin junior ya????????"goda hanbin sambil nyengir usil yg kemudian mendapat tabokan dippinya dari jennie.
"Kamu nih yah.... baru tadi juga nikah, aku masih sakit yh..."
"Ah masa kok tadi naboknya kuat banget yak?"
Jennie cuman diam mesem lalu dia jalan perlahan meninggalkan hanbin yg masih menggodanya, kok jennie merasa kek sedikit ada rasa bersalah ya sama perempuan pasien hanbin itu. Jennie memang senang kini ia dan hanbin bisa mengikat janji suci mereka, tapi jennie juga seorang perempuan. Ia mengerti betul apa yang dirasakan perempuan tersebut, ia pasti kecewa dan mungkin marah.
"Hanbin"
"Hm?"
"Kalo aku minta kamu nikahin pasien kamu itu mau gak?"
TBC