ดาวน์โหลดแอป
32.14% Because Of Love / Chapter 9: 8. Malaikat Penolong

บท 9: 8. Malaikat Penolong

"Batalkan kontrak kerjasama kita dengan perusahaan Wijaya sekarang juga!"kata Rayhan dengan nada suara yang tak ingin dibantah.

"Baik, Tuan!"jawab Simon yang hanya bisa mengikuti perintah atasannya.

Setelah mendengar jawaban Simon, Rayhan meninggalkan kafe tersebut tanpa berkata-kata. Amarahnya sudah sampai pada ubun-ubunnya,"Lebih baik aku pergi dari sini sebelum batas kesabaranku habis. Tunggu saja hadiah dariku Rihana Wijaya sudah merendahkan gadis yang sudah kucap jadi milikku!"kata Rayhan dalam hatinya dengan memancarkan kemarahan di matanya.

🍃🍃🍃

Kinan hanya bisa terus menangis di tengah perjalanan pulangnya, meratapi nasib yang harus ia jalani saat ini.

- Flashback On -

"Ada apa ini ribut-ribut?"tanya laki-laki gembul dengan perut besar dan setelan jas formal melekat di tubuhnya.

Seluruh mata langsung mengarah ke laki-laki gembul itu. Kinan menggelengkan kepalanya dengan raut memohon.

"Apakah kamu manager kafe ini?"tanya Hana dengan nada sombongnya.

"Iya, betul saya manager kafe ini. Apa ada masalah dengan kafe kami?"kata manager kafe dengan sopan sambil melirik dengan iba ke arah Kinan yang hanya bisa pasrah.

"Saya ingin pelayan ini dipecat sekarang juga karna pelayan kotor ini sudah mengotorkan bajuku yang mahal."perintah Hanan dengan nada sombongnya.

Manager kafe cukup kaget dengan permintaan Hana. Manager kafe yang sering disapa Pak Amran itu mengenal baik pegawainya yang sudah bekerja dua tahun lebih itu. Menurutnya, Kinan adalah anak yang baik, pekerja keras, dan selalu hati-hati dalam mengerjakan pekerjaannya.

Pak Amran hanya menghela napas dengan pasrah mengikuti kemauan pengunjung kafe yang sombong itu,"Baik, Nona. Saya akan menyelesaikan masalah ini dengan pegawai saya."

Hana merasa puas dengan ucapan manager kafe itu dan menampilkan senyum smirk yang membuatnya terlihat begitu sombong. Hana beranjak meninggalkan kafe tersebut. Sedangkan Kinan pasrah dengan keadaannya dan segera bangkit untuk menunduk hormat meminta maaf kepada atasannya itu. Tanpa mendengar jawaban bosnya itu, Kinan segera meninggalkan posisinya dan menuju ruang pegawai untuk mengemasi barang-barangnya yang ada di dalam lokernya.

- Flashback Off -

Mengingat kejadian tadi siang membuat Kinan menghela napasnya. Menyusuri jalan kota yang cukup lengang itu. Mencari sebuah pekerjaan yang dapat menyesuaikan jadwal kuliahnya agar dapat membiayai pendidikan dan membantu bunda Riana dalam menghidupi keluarganya di panti. Walaupun sebenarnya Bunda Riana sudah melarang keras untuk memberikan gajinya kepada bunda Riana. Namun, mengingat keuangan panti yang mulai surut membuat Kinan bersikeras pula memberikan kepada Bunda Riana untuk kebutuhan panti.

"Aku harus cari kerja dimana lagi? Hufftt... Mana biaya kuliahku harus aku bayar bulan depan. Sedangkan bunda juga lagi butuh uang untuk keperluan di panti. Ya Allah, aku harus bagaimana?"gumam Kinan dengan nada putus asa.

🍃🍃🍃

Terangnya sinar mentari telah hilang digantikan dengan sinar rembulan yang memantulkan cahayanya ke bintang. Namun, entah kenapa malam ini bintang-bintang tak ada hati untuk menampakkan keindahannya. Sama halnya dengan gadis yang sedang duduk di depan jendela dengan posisi kedua tangan terlipat di jendela dan memangku wajahnya.

Sudah berulang kali melakukan kegiatan rutinnya, menghela nafasnya secara kasar. Tanda seseorang yang sedang putus asa.

Di tengah lamunannya, suara deringan ponsel di meja kayu terdengar disertai dengan getaran yang cukup terdengar hingga ke telinga.

📞Leo is calling...

Melihat nama penelfon itu, Kinan menekan tombol hijau di ponsel jadulnya itu.

"Hmm... Ada apa Leo?"tanya Kinan dengan nada tidak bersemangat.

"Kalau kamu jawab telfon kayak gitu, aku nggak bakalan kasih tau informasi berharga ini untuk kamu."kata Leo seperti mengancam Kinan.

"Terserah kamu ajalah! Yang penting kamu bahagia."jawab Kinan yang acuh tak acuh.

"Oke kalau itu mau kamu. Padahal aku pengen nyampein kalau kamu nggak dipecat sama Pak Amran."

Langsung saja Kinan bangkit dari duduknya dan bola mata Kinan yang cokelat tiba-tiba membulat seakan ingin lepas dari kelopaknya ketika mendengar perkataan Leo.

"Kamu ngomong apa barusan, Leo? Aku cuman samar-samar denger ucapan kamu tadi."tanya Kinan dengan begitu semangat.

"Aku nggak mau ada siaran ulang. Aku tutup tel-"ucapan Leo terpotong dan segera saja menjauhkan ponselnya dari telinganya akibat suara Kinan yang memekakan telinga.

"Jangaaaannn!!!!"teriak Kinan.

"Jangan... Jangan.... Kamu tuh yang jangan teriak-teriak. Gendang telinga aku bisa pecah gara-gara suara kamu yang cempreng itu."kesal Leo setelah mendekatkan kembali ponselnya di telinganya.

Kinan menggaruk kepalanya yang tak gatal,"Hehehehe... Maafin Kinan donggg!!!"kata Kinan yang meminta maaf dengan nada manja.

"Jijik gue denger suara kamu kayak gitu!!!"ketus Leo.

"Iya-iya. Maafin Kinan kalau gitu!"kata Kinan meminta maaf lagi tapi dengan nada tulus.

Leo hanya bergumam menandakan menerima maaf dari Kinan,"Mmmm...."

"Jadi apa maksud kedatangan telfon kamu tengah malam gini?"tanya Kinan dengan nada yang cukup serius.

"Oke, gini... Aku nggak mau ngejelasin kedua kalinya, jadi dengerin apa yang aku bilang. Oke?"kata Leo yang membuat kesepakatan.

"Oke... Okee.. Deal..."jawab Kinan yang mulai tak sabaran.

Leo berdehem sebelum memulai berbicara,"Ehem... Gini... Kamu itu nggak jadi dipecat sama Pak Amran si gendut. Cuman, kamu disuruh pindah sama Pak Amran ke cabang yang satunya lagi."

Kinan yang mendengar ucapan sahabatnya itu bersorak gembira sambil melompat-lompat bahagia di dalam kamarnya,"Uhuyyy...". Namun, di tengah kebahagiaannya, ia mulai tersadar,"Tapi kok bisa aku nggak jadi dipecat?"Tanya Kinan penasaran.

"Yang aku denger dari Pak Amran, katanya ada malaikat penolong kamu yang datang mengancam Pak Amran kalau kamu dipecat. Mau nggak mau sih Pak Amran nggak jadi mecat kamu, tapi malah kamu dipindahtugaskan gitu sama Pak Amran."jawab Leo yang cukup panjang lebar menjelaskan.

"Malaikat penolong aku? Kira-kira siapa yah?"tanya Kinan dalam hatinya sambil memikirkan siapa orangnya dalam otaknya.

"Nan, udah dulu yah. Aku harus istirahat, soalnya ada kuliah pagi besok."

"Ohiya, thanks yah Leo udah ngasih kabar baik buat aku."

"Oke, no problem. Bye..."

"Bye..."

Panggilan mereka berdua terputus. Pikiran Kinan mulai berkelana memikirkan siapa yang menjadi malaikat penolongnya itu sambil duduk termenung di depan jendela kembali.

'Siapa yah udah berbaik hati untuk jadi malaikat penolong aku?'batin Kinan mempertanyakan kembali.

🍃🍃🍃


ความคิดของผู้สร้าง
codeblue_ codeblue_

Nah untuk hari ini dua chapter ajah. Untuk besok author nggak bisa mastiin bakalan update atau nggak. Tapi tetap sabar yah nungguin author update lagi. Hehehehe...

Untuk para pembaca setiaku, author minta tolong untuk diberi ulasan mengenai cerita aku dan juga bantu author untuk naikin rating cerita ini. Maaf yah kalau author ngerepotin. Bye-bye....

Salam cinta author untuk kalian semua......

Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C9
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ