"Dengar Baik-baik.. Aku tidak perduli dia Mei Lin atau Zhe Quan. Sebuah kebohongan tidak akan pernah bertahan selamanya. Catat itu! ". Tambah Xiao.
Hao Nan yang melihat perkelahian dingin antara dua saudara mendekat dan menarik Xiao.
"Xiao, sudah hentikan! Kita sedang berada dirumah sakit. Jangan sampai ayah terganggu dengan adanya kalian disini".
"Terima kasih Adik Hao sudah melerai mereka. Aku hanya tidak ingin mereka sampai membuat kegaduhan di rumah sakit.
"Terima kasih Adik Hao sudah melerai mereka. Aku hanya tidak ingin mereka sampai membuat kegaduhan di rumah sakit". Kata Mei Lin, dia melihat kemarahan Lie Ying menggandeng nya dan membawanya menjauh dari Xiao.
Dari dalam dokter keluar membuat Xiao mendekat dengan perasaan khawatir. Setidak sukanya Xiao, Wang Zeming baginya adalah satu-satunya keluarga didunia ini setelah Lie Ying dan ibunya meninggalkannya sendiri.
"Bagaimana keadaan Ayah saya Dok?". Tanya Xiao
"Karena tekanan yang berat membuat jantung tidak bisa memompa darah dengan lancar dan menyebabkan serangan jantung. Saya harap Keluarga lebih memperhatikan kesehatan Tuan Zeming, terutama tidak membuatnya tertekan untuk sementara waktu".
"Apakah kami boleh menjenguk nya?". Tanya Xiao.
"Silahkan, beliau sudah siuman dan mencari Putranya Xiao Hui". Jawab Dokter. "Saya Permisi". Dokter pergi berlalu meninggalkan mereka.
Xiao berjalan mendekati Hao Nan dengan perasaan bersalah, dia menundukkan badannya agar sejajar. "Sayang.. Sebenarnya aku ingin memperkenalkan kamu kembali pada Ayah. Tapi sepertinya.. ".
Belum selesai Xiao berbicara Hao Nan menutup mulut Xiao dengan jari telunjuk nya. "Jangan diteruskan lagi, aku tahu kesehatan Ayahmu adalah yang terpenting saat ini. Temui beliau dan tenang kan fikirannya. Aku tidak apa menunggu disisni". Hao Nan berkata dengan senyuman, dia berharap Xiao dapat memperbaikinya hubungan dengan ayahnya.
"Aku akan meminta Suster untuk mengantar keruanganmu. Kamu masih lemah, aku tidak ingin melihatmu tumbang karena ku. Jadi.. Istirahatlah".
Xiao masuk kedalam untuk melihat kondisi ayahnya. Hao Nan di antar Suster kembali ke ruangannya.
"Mari Nona, saya antar anda keruanganmu".
Baru saja Hao Nan sampai di depan ruangannya, dia melihat Chen Guang sudah menunggunya didalam sendiri, dalam fikiran Hao kedatangan Chen pasti bukan untuk hal yang baik.
"Suster terima kasih, aku akan masuk dan beristirahat".
Didalam ruangannya Hao berdiri dari kursi roda, hanya karena permintaan Xiao dia mau memakai kursi roda. "Ada perlu apa kamu kemari Chen, calon isterimu tidak ada disini". Kata Hao, dia berjalan ke kasur tanpa memperdulikan Chen yang memperhatikannya.
Chen yang merasa tidak di pedulikan berjalan kearah Hao dan memegang kedua tangannya. "Hao Nan.. Aku hanya ingin meminta maaf padamu. Waktu itu aku kalut dan tidak bisa mengendalikan diriku. Aku sudah mencarimu selama ini tapi tidak pernah membuahkan hasil, Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku mohon.. Kembalilah padaku".
Hao Nan menghempaskan tangan Chen yang memegang tangannya, dia bahkan tidak memandang wajah Chen. "Aku sudah memaafkan. Jangan ungkit masa lalu, dan kesalahan yang kamu perbuat sudah cukup menjadi bukti bahwa kita tidak ditakdirkan bersama. Ditambah lagi kamu sudah memiliki calon istri, aku tidak ingin membuat Rui terluka karena sikapmu ini".
"Tatap aku Hao, Apa penyesalan ku selama 3 tahun ini belum cukup untuk menebus 1 dosaku padamu?". Chen memalingkan wajah Hao kearahnya.
"Kamu fikir hatiku terbuat dari apa bisa kamu permainkan seenaknya? Kamu mengatakan kita akan segera menikah setelah 3 tahun lamanya menjalin hubungan. Tapi kenyataannya kamu bermain dengan wanita lain, bahkan membawanya keranjangmu. Walau perasaanku waktu itu hancur, aku bersyukur Tuhan masih menunjukkan ku kebenaran dan memergoki kalian sedang bercinta". Kata Hao panjang lebar.
Sebenarnya Hao tidak ingin menangis untuk pria yang telah mengkhianati nya, tapi air matanya mengaliri begitu saja. Chen yang melihat Hao Nan menangis, tangannya bergerak untuk menyeka air mata Hao. Tapi dengan cepat Hao tepis.
"Aku harus berbuat apa untuk membuktikan bahwa aku menyesal. Aku sungguh tidak ingin kehilanganmu". Kata Chen, tatapan nya terlihat antara sedikit penyesalan dan ambisi.
"Hari dimana kamu mengkhianati perasaanku di hari itu pula kamu telah kehilangan aku Chen. Jadi keluarlah sekarang juga, sebelum aku memanggil seseorang untuk mengusirmu". Tegas Hao.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu kembali ke sisiku". Chen tetap keras kepala tidak ingin meninggalkan ruangan Hao Nan sebelum dia mau kembali kesisinya.
"Kamu sudah gila! ". Hao Nan beranjak dari tempatnya dan memilih keluar dari kamarnya.
Langkah Hao terhenti karena Chen mencekal tangannya dan menutup pintu ruangan rapat-rapat. "Lepaskan aku Chen, jangan paksa aku melakukan hal yang tidak bisa hatiku terima! Ingat, kamu sudah mempunyai calon, dan akupun sudah memiliki tunangan".
"Kamu memiliki tunangan, Apa pria yang waktu itu adalah tunanganmu?". Chen menatap Hao dengan tatapan seperti serigala yang menemukan mangsanya. Dia menarik Hao kedalam pelukannya. Tubuh lemah Hao tidak bisa melawan.
"Dengar Hao Nan.. Kamu adalah wanita ku. Sampai kapanpun kamu tetap jadi milikku. Waktu dan keadaan boleh memisahkan kita, tapi aku tidak akan melepaskanmu pada pria manapun! ". Ancam Chen.
Chen memaksakan ciumannya pada Hao dengan buas, di mulai dengan mencium bagian leher. "Lepas, lepaskan aku Chen.. Kamu sudah keterlaluan! Kamu benar-benar sudah gila! ". Kata Hao yang mulai terisak.
Hao Nan mencoba memberitakan tapi tubuhnya terlalu lemah untuk bisa lepas dari genggaman Chen.
"Berhenti memberontak, dan jangan coba-coba untuk berteriak. Karena aku bisa melakukan apapun untuk membuat keadaan justru berbalik menguntungkan ku". Bisik Chen.
Ingin Hao Nan berteriak, tapi di tahu itu tidak akan membantunya lepas dari Chen dengan mudah. Yang ada dalam fikiran nya saat ini hanya Xiao.
'Xiao, Aku mohon Datanglah..!. Aku takut'. Batin Hao Nan.
Chen menarik Hao Nan dan menjatuhkan nya di kasur, dengan buas tangan kiri mencekal kedua tangan Hao sedangkan tangan kanannya mulai membuka kancing pakaian Hao.
"Karena kamu terang-terangan mengatakan akan menikahi pria lain. Maka sebagai gantinya biarkan aku menikmatimu ".
Pakaian Hao sudah terbuka setengah dengan wajah Hao yang basah karena air mata.
Braaak…!
Terdengar pintu di buka secara paksa.
"Lepaskan Calon Istriku! ".
Pagi kak.. Maaf baru up.
Akhirnya cobaan cinta untuk Hao Dan Xiao mulai tampak. Apakah mereka bisa saling menjaga hati Dan sampai pada altar pernikahan?
Ditunggu Komentar dan krisannya
Jangan Lupa Vote Dan rate full nya
HAPPY READING