Suasana malam di tempat peresmian pusat seni Gangnam masih sangat ramai. Liu Yu dan Daijun masih saling berbagi kasih bersama keluarga, teman, pegawai dan para tamu yang datang. Senyum Liu Yu semakin mengembang walau lelah sudah menghampiri dirinya. Yoongi dan Chaerin sibuk berfoto dengan teman mereka masing-masing, mereka berdua seperti orang yang sedang mencari stok foto untuk di upload di media sosial. Sedangkan Johan sedang berbincang dengan gadis manis di dekat toko es krim, mungkin gadis itu bisa jadi pacarnya nanti, karena mereka terlihat serasi. Ayah ibu Daijun dan ibu Liu Yu sedang berbincang-bincang hangat membicarakan keputusan Liu Yu dan Daijun yang akan menikah.
"Daijun, aku duduk sebentar ya, kakiku lelah," ucap Liu Yu pada Daijun. Daijun mengangguk dan mencarikan tempat duduk untuk Liu Yu. Mereka duduk bersama di salah satu kursi yang kosong.
"Kakimu sakit? Biar aku pijit ya, sayang," ucap Daijun menawarkan pada Liu Yu.
"Jangan, sayang. Disini masih banyak pegawai, aku masih agak malu dilihat mereka," jawab Liu Yu sedikit malu.
Daijun mengerti dan membelikan minum untuk Liu Yu.
"Minumlah, sayang. Pasti kau haus sekali sejak tadi," Daijun menyodorkan gelas lemon tea dingin pada Liu Yu.
"Terima kasih, sayang," ucap Liu Yu. Liu Yu meminumnya dengan tenang dan anggun. Hal itu membuat Daijun menyentuh pipi Liu Yu dengan lembut.
"Kau, minum saja terlihat manis sekali," ujar Daijun, sambil menyentuh lembut pipi Liu Yu dan sedikit mencubitnya.
Liu Yu tersenyum, makin manis saja wajahnya.
"Usiaku sekarang sudah 25 tahun, sudah dilamar dan bertunangan juga dengan direktur perusahaan Hwang Departement, sudah bekerja menjadi sekretaris pribadi Direktur, aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri untuk membantu ibu," gumam Liu Yu di sebelah Daijun.
"Jadi, apa kau senang, Liu Yu, sayang?" tanya Daijun memandang Liu Yu.
"Tentu, aku senang sekali, seperti menerima hadiah yang bertubi-tubi," jawab Liu Yu senang sambil bertepuk tangan untuk dirinya.
Daijun mengusap puncak kepala Liu Yu dan mengecup pipinya yang merah.
"Ah, jangan disini dong," ucap Liu Yu malu, dia mencubit pelan pinggang Daijun. Daijun yang geli mengulangi kecupan itu lagi.
"Ih, sudah dibilangin, malah diulangin lagi, nakal ya," Liu Yu sebal dengan tingkah Daijun yang manja dan tak tahu tempat untuk bermesraan. Seperti muda mudi yang dimabuk cinta saja.
"Liu Yu, sayangku yang cantik, aku lapar, bisakah kita makan?" ucap Daijun sambil memanyun-manyunkan bibirnya dan bersikap seperti anak kecil yang manja karena kelaparan pada Liu Yu.
"Ululuh, bayi besarku, lapar ya? Yuk kita cari makan yuk," balas Liu Yu dengan menggoda Daijun. Daijun tertawa geli melihat Liu Yu yang menirukan gayanya.
Mereka berdiri dan menuju ke food court memesan beberapa makanan kemudian duduk di salah satu meja yang kosong.
"Liu Yu, kenapa kau suka makan?" tanya Daijun pada Liu Yu yang memesan beberapa makanan kesukaannya.
"Kau ingin tahu?" goda Liu Yu sambil tertawa.
"Jika, tak mau memberi tahu ya sudah," ucap Daijun cemberut.
"Hehehe, jangan begitu dong. Dulu ada orang yang selalu bilang, aku harus makan banyak, tak boleh pilih-pilih makanan biar pipiku chubby dan dia suka mencubitnya," ucap Liu Yu menjelaskan. Daijun termenung dan berpikir, kata-kata itu berputar di kepalanya, seperti ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Tapi sulit untuk Daijun mengingat hal itu terjadi kapan dan dimana.
"Daijun, makanannya sudah datang, ayo makan," ucap Liu Yu memegang lengan Daijun. Daijun yang sedang bengong terkejut saat Liu Yu memegang lengannya.
"Ah, oh, iya ayo makan," jawab Daijun linglung. Ia menyantap beberapa makanan yang sudah ada di meja.
"Jangan sering melamun ya," ucap Liu Yu sambil menyentuh pipi Daijun.
"Hehehe, iya, sayang," jawab Daijun sambil menatap Liu Yu.
Mereka berdua masih berbincang-bincang setelah makan, entah rasanya percakapan mereka cukup nyambung dan berlangsung lama.
"Kakak, kak Daijun dan kak Liu Yu nggak mau foto bareng?" tanya Chaerin dan Yoongi yang menghampiri mereka berdua.
"Ah, harus ya yang seperti itu?" tanya Daijun, karena Daijun tipe orang yang sangat jarang sekali berfoto.
"Tentu, biar kakak bisa memasang foto kakak bersama kak Liu Yu jadi wallpaper foto di handphone kakak masing-masing," ucap Chaerin semangat pada kakaknya.
"Ayolah, kak. Kakak kan sangat jarang berfoto, paling kakak berfoto hanya untuk kartu identitas saja," ucap Yoongi menarik tangan Daijun. Liu Yu yang melihat mereka bertiga tertawa sambil menutup bibirnya dengan kepalan tangan.
"Aih, baiklah, baiklah. Ayo, sayang," Daijun menarik tangan Liu Yu ke salah satu booth foto di dekat mereka. Liu Yu merapikan jas dan dasi Daijun sebelum mereka berfoto. Mereka berpose dengan Daijun merangkul pinggang Liu Yu dan Liu Yu menyerong ke arah Daijun.
"Begini?" tanya Liu Yu pada Yoongi dan Chaerin.
"Ya kak, good," Chaerin memberi tanda jempol dua untuk mereka.
"1.. 2.. 3.. " ucap Yoongi.
"Coba pakai ini kak," Chaerin menyerahkan buket bunga mawar merah kepada Daijun, yang entah itu dia dapat dari mana.
Daijun menerimanya dan berpose berlutut menyerahkan buket bunga itu pada Liu Yu, dan Liu Yu berekspresi senang menerima buket bunga itu.
"Ya, 1.. 2.. 3..," ucap Yoongi lagi untuk mengambil foto. Daijun dan Liu Yu berganti-ganti pose untuk berfoto. "Nanti aku kirim ke handphone kakak ya," ucap Yoongi pada Daijun.
"Aih, ya, ya," ucap Daijun gemas sambil merangkul Liu Yu.
---
"Ayah, ibu, kami pamit dulu ya," ucap Daijun pada ayah ibunya dan ibu Liu Yu.
"Kalian mau kemana?" tanya ibu Liu Yu.
"Biasalah, bu, anak muda. Mau kencan, hehehe," Daijun tertawa geli dengan ucapannya sendiri. Semua orang tua mengangguk mengerti dengan maksud mereka.
Liu Yu tersenyum dan mengikuti Daijun. Ia penasaran sebenarnya, Daijun mau mengajaknya kemana, karena wajah Daijun terlihat bersemangat.
"Daijun, sayang, kita mau kemana?" tanya Liu Yu penasaran.
"Nanti kau juga tahu," ucap Daijun pada Liu Yu sambil membukakan pintu mobilnya. Liu Yu hanya menurut dan masuk ke dalam mobil.
Mereka melaju ka tempat yang disukai Liu Yu, Namsan Tower.
"Bagaimana kau bisa tahu tempat kesukaanku?" tanya Liu Yu pada Daijun dengan mata berbinar.
"Rahasia dong, aku bisa tahu semuanya tentangmu, manis," Daijun mengajak Liu Yu turun. Angin berhembus sedikit kencang membelai rambut Liu Yu dan membuatnya merinding dingin. Daijun langsung sigap melepas jasnya dan memakaikannya di bahu Liu Yu.
"Ah, terima kasih," ucap Liu Yu pada Daijun.
"Oh, ya, tunggu disini sebentar," Daijun kembali ke mobil, sepertinya ada yang ketinggalan. Karena sudah agak malam, keadaan sekitar sedikit sepi, tak banyak muda mudi yang ada di sana padahal hari ini hari kasih sayang.
"Sudah kembali? Kamu bawa apa?" tanya Liu Yu yang melihat Daijun datang membawa sesuatu.
"Tada.. katanya jika mengunci sepasang gembok disini dan membuang kuncinya, hubungan bisa awet," ucap Daijun memperlihatkan yang dibawanya pada Liu Yu.
Mereka berjalan menuju sebuah sisi salah satu pagar dan mengunci sepasang gembok dengan nama mereka berdua itu, dan membuang kuncinya ke air.
"Semoga, kita bisa terus bersama," gumam Liu Yu.
Daijun mengangguk setuju dan merangkul pinggang Liu Yu sambil melihat hamparan air di depan mereka.
Daijun meraih pinggang Liu Yu dan mencium bibir Liu Yu lembut. Liu Yu menerima hal itu dengan perasaan berbunga-bunga.
*dar dar dar*
Terdengar suara kembang api, mereka melihatnya dengan gembira.
"Tunggu, masih ada lagi, sesuatu untukmu," ucap Daijun. Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri Liu Yu dari belakang dan memberinya bucket bunga lily kemudian anak itu pergi begitu saja, bunga kesukaannya.
"Terima kasih," Liu Yu memeluk Daijun dengan senang. Daijun membalas pelukan Liu Yu dan mengecup bibir Liu Yu lagi.