ดาวน์โหลดแอป
90.14% Topeng / Chapter 64: Bab 64 Menghilang

บท 64: Bab 64 Menghilang

___ flash back tiga jam yang lalu___

"Persilahkan dia masuk Teo". Perintah Adam.

Adam dan Akira tengah duduk diam membisu satu sama lain di sofa ruang kerja milik Adam. Hanya sesekali gerakan mereka berdua terlihat saat menuangkan wiski ke gelas masing-masing dan saat mulai menghisap rokok, lagi dan lagi. Seperti enggan memecahkan kesunyian di antara mereka.

Sesekali tatapan dingin dan tidak bersahabat mereka bertemu di akhiri dengan seulas senyum sinis yang tipis.

"Dia...." Akira memecah keheningan.

Alis Adam spontan bertaut membuat guratan halus di kening. Saat mendengar suara pria paling di bencinya angkat suara.

"Hemm... Dia... Maksud ku La... Laura..." Ulang akira sedikit gurat ragu.

"Jagan sebut namanya dengan mulut sialan mu!". Desis Adam diantara ketidak sukaannya.

"Tsk! kau tau... semua masalah ini berakar dari kau sendiri. Sinis

"....."

"Aku tau kita sama-sama brengsek waktu itu, tanpa sadar melukai seorang wanita yang ternyata sama-sama... kita cintai.

"Kita? cinta?" Alis Adam naik bertaut dengan sinis. "Jagan Drama di depan ku Akira! Hardik Adam, "Atau kau mau aku melubangi dada mu sama seperti lima tahun yang lalu?" Desis Adam murka.

"Hey, dia yang meninggalkan mu dan datang mencari ku." Kilah Akira.

"Mencari mu? Kau memanfaatkan kepolosannya SIALAN!". Kau menculiknya!"

"Tsk!" Mengangkat bahunya tak perduli. "Bisakah kita melupakan masalah itu".

"Masalah ini tidak akan pernah aku lupakan, Karena kau dia menghilang entah kemana brengsek!. Kau menghancurkan hidup ku melaluinya."

"Aku tidak menculiknya...". Ada nada getir di dalam suara akira.

"Dengar Akira... sampai kapan pun, mau cepat atau lambat. Nyawa sialan mu itu ada di tangan ku, Semua belum berakhir. Kau masih bernafas karena bantuan Bos Tua.

"Aku sudah berusaha mencarinya, dan aku tau kau juga sudah mencarinya tanpa henti selama lima tahun ini. Tapi dia... Laura... seperti hilang tertelan bumi. Aku sekarang memiliki tunangan". Melirik sekilas kearah adam. "Dia sangat penting untuk ku, dan... tentu saja aku tidak ingin berbagi dengan orang lain." Memperhatikan wajah Adam dan menyerahkan foto di meja di hadapan Adam.

"Persetan dengan tunangan mu, itu bukan urusan ku! Tanpa mau melirik foto yang di sodorkan Akira. Bangkit berdiri, berniat meninggalkan ruangan kerjanya. Meninggalkan Akira yang masih duduk santai disana.

"Kembalikan dia Adam". Ucap Akira dingin.

Adam berhenti melangkah, keningnya berkerut mencerna perkataan Akira yang tidak dia pahami. "Tidak ada yang musti aku kembalikan, karena aku tidak mengambil apa pun dari mu. Cari tunangan mu dan angkat pantat sialan mu itu dari hadapan ku!". Melanjutkan langkahnya meninggalkan Akira.

"Kau yang mengambilnya". Desis akira, Namun suara itu tertelan dengan suara bantingan pintu yang di lakukan Adam. tepat saat ucapan Akira terlontar. Yakin Adam tidak mendengarnya.

Akira tersenyum sinis, apa pun akan di lakukan untuk membawa tunangannya kembali. Walau harus kembali berhadapan dengan pria menyeramkan seperti Adam. Akira siap, siap mengulang drama lima tahun yang lalu. Demi Langkah besar yang telah dia persiapkan cukup matang. Memandang sekilas kearah foto di atas meja, tanpa berniat untuk mengambilnya. Membiarkannya disana. Dengan tatapan yang begitu licik.

__________

Wajah Adam menegang, suram dan begitu dingin, terbawa perasaan yang tengah menerpanya saat ini. Melirik sekilas jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangganya. Pukul Sepuluh malam, berarti hampir dua jam ia berkutat dengan pikirannya yang kacau di ruang belajarnya sepeninggal Jade dari sini dengan tragedi drama yang membuat Adam sedikit gelisah untuk mengingatnya kembali. Ia begitu termakan emosi, dan tanpa sadar meluapkan pada gadis itu. Namun gadis itu juga begitu lancang tanpa izin masuk ke ruangan pribadi miliknya, terlebih berani menyentuh barang-barang yang ada disini. "Argggh!" Desis Adam dalam keadaan frustasi.

Meraih selembar foto sedikit usang yang tergeletak sembarang di atas meja. Mata Adam meredup seketika, sedih saat memandang sosok wanita cantik di dalam foto itu. Membelainya seringan bulu, begitu takut membuatnya semakin lusuh. "Laura...".

Tok... Tok... Tok...

"Tuan muda"

Adam mengalihkan perhatiannya kearah sumber suara yang berada di balik pintu. "Masuk!" Sedikit geram.

"Tuan, apa anda ingin makan malam atau sekedar kudapan ringan?" Ucap kepala pelayan santun. Mengingat sejak awal petang tadi tuan mudanya tidak meninggalkan ruangannya dan mengabaikan jam makan malam.

"Hmm... Apa gadis itu sudah makan? Ucap Adam dingin, tanpa mau melihat lawan bicara di depannya.

Dahi kepala pelayan berkerut heran. "Maksud tuan nona Jade?" Ragu.

"Menurut mu siapa lagi hah?!" Jawab Adam sedikit tidak suka.

"Astaga! Maaf tuan, tapi... Nona Jade..."

"Kenapa lagi dengan gadis itu!" Geramnya menahan emosi yang masih tersisa.

Kepala pelayan terbata-bata. "Nona... Nona Jade... Itu, tadi dia meninggalkan mension, saat... Tuan muda memerintahkannya pergi dari sini".

Sekarang dahi milik adam yang berkerut, bingung dan mencoba mencerna setiap kata-kata yang di ucapkan kepala pelayan berberapa detik yang lalu. "Pergi? Maksud mu gadis itu pergi dari mension?! dan kau tidak mencegahnya!" Geram Adam. "Ada apa ini!".

Kepala pelayan berusaha tenang melihat kilatan kemarahan tuan muda di hadapannya. "Maaf tuan, Tadi saat anda datang dan tiba-tiba keributan terjadi kami semua mendengar anda memarahi nona Jade dan anda memerintahkannya untuk pergi. Kami tidak mencegahnya".

"Shit! aku menyuruhnya meninggalkan ruang belajar! Bukan mension! Hardik Adam. Bangkit dan berlari kearah kamar pribadi miliknya yang selama ini di tempati oleh Jade. Berharap gadis itu bersembunyi disana, disalah satu sudut ruangan penuh dengan wajah ketakutan dan linangan air mata, Namun hasilnya KOSONG! Kamar itu sepi tanpa ada tanda-tanda keberadaan gadisnya.

Braaak! Adam dengan penuh kemarahan bercampur frustasi menghantam pintu kayu kamar pribadi miliknya dengan kepalan tangan. Seolah menumpahkan semua emosinya disana. "Beraninya gadis itu pergi dari ku!". Kilatan kemarahan begitu kentara.

Meraih benda pipih hitam di saku jasnya.

"Teo, cari gadis itu sekarang!".

"...."

"Siapa lagi brengsek!"

"...."

"Waktu mu sampai tengah malam ini!". Desisnya geram. Hampir saja membanting benda itu ke lantai.

...Dr. Abraham calling...

Rahang Adam mengeras melihat nama yang tertera di layar pipih miliknya. "Ada apa lagi ini". Batin Adam.

"Dokter?"

"...."

"Maksudnya?"

"...."

"Shit!, Pingsan? Rumah Sakit? Bagaimana bisa?!". Adam gelagapan, wajahnya pias karena terkejut.

"...."

"Ok!".

_________

... Rumah Sakit Pertama Kota D ...

Disana di dalam ruangan kerja pribadi Dr. Abraham, sudah menunggu dan kedua sahabatnya. David dan Simon tiba terlebih dahulu karena posisi mereka berdua tengah berada di pusat kota yang dekat dengan rumah sakit saat Adam menghubunginya di perjalanan. Agar melihat keadaan Jade sebelum Adam tiba disana.

Ruangan itu sunyi, hanya suara deru nafas Adam yang menggebu panik. "Bagaimana dia?". Menatap tajam kearah tiga pria di dalam ruangan itu.

"Pingsan, Ada benturan cukup keras di kepala saat terjatuh saat tidak sadarkan diri, Kelelahan, malnutrisi dan berberapa luka lecet. Dan gadis itu masih di dilakukan pemeriksaan lebih lanjut". Ucap dr. Abraham dengan tegas namun santun.

"Bagaiman bisa?".

Dahi dr Abraham bertaut bingung. "Bagaimana bisa? Seharusnya kau yang tau Adam, kenapa gadis itu bisa seperti ini.

"Apa Lee tau gadis itu ada disini?". Tanya Adam resah.

"Hmm? Tidak, dia ada seminar di luar kota".

Adam bernafas lega. "Bagus!".

"Namun pertanyaan yang bagus, Ternyata gadis itu memiliki riwayat medis disini berberapa bulan yang lalu. Dan Dr. Lee lah dokter penagungg jawabnya.

"Maksudnya?!" Tanya Adam tidak suka.

"Nanti kita bahas, saya harus ikut bergabung dalam pemeriksaan gadis itu. Sepertinya cukup serius. Kalian bertiga diam lah disini". Menepuk bahu Adam dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.

"Aku ikut...". Pinta Adam.

"Hey... Kau bukan dokter, disini kekuasaan mu tidak mempan. Tunggu saja hasilnya ok!".

Simon melangkah mendekati Adam, menepuk bahunya dengan sedikit keras.

"Apa yang kau lakukan dengan gadis belia itu?. Saat kami melihatnya, gadis itu sangat kacau sialan!. Rutuk simon.

Adam mendengus marah mendengar rutukan siomon. Hendak melangkah keluar ruangan.

"Kau pikir kau mau kemana Adam?"

Adam menatap tangan Simon yang menahannya di siku dengan kencang.

"Tentu saja aku mau melihat Jade!". Hardik Adam sinis.

"Kau ingin membuat kehebohan disana tuan muda? Lebih baik kau duduk di sofa, tenangkan pikiran mu dan kita tunggu hasil dari dr. Abraham ok!. Pinta Simon dan di dukung oleh David yang hanya memandang kearah Adam penuh diam.

Mata Adam suram, di hiasi senyum tipis skeptis. Namun mengiyakan perkataan simon. Berjalan kearah sofa, menghempaskan tubuhnya disana dengan kasar.

"Lihat wajah mu, sangat pucat hampir sama dengan gadis tak berdaya itu". Goda David dingin. "Katakan apa yang kau lakukan pada gadis itu? Kau membuatnya sangat buruk Adam. Dia masih belia, apa kau tidak pernah berhenti membuatnya lelah?!.

"Tutup mulut mu! Jangan ikut campur urusan ku Dav!. Geram Adam.


ความคิดของผู้สร้าง
albyy albyy

Nanggung ya ceritanya, maap keun autor yang doyan nanggung dan timbul tenggelam ini. Biar ga galau² amat bisa baca novel autor yang lain aja untuk sementara, cerita ga kalah ciamik juga kok yuh cek ke novel "METAMORFOSA"

Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C64
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ