Semenjak Mr. K memberitahukan informasi dalang penyerangan pada Clara, dan membuat Clara mengingat traumanya, Mr. K kini tak berani sedikit pun mengungkit kembali hal tersebut.
Mr. K tak ingin Clara mengingat akan trauma nya yang berkepanjangan, terlebih sekarang ada rasa takut tersendiri bagi Clara jika bertemu dengan 2 orang tersebut.
"Kau tak ingin istirahat dulu Kev ?" tanya Clara pelan, sambil mengusap keringat Mr. K yang sedari tadi terus menerus berlatih berjalan.
Mr. K tampak tersenyum memandang wajah cantik kekasih nya itu.
"Tenang saja, aku baik baik saja ... kau lihat sendiri bukan aku sudah jauh lebih baik dari kemarin, dan lihat tubuh ku tidak lecet seperti kemarin" ucap Mr. K membela diri, yang dibalas dengan helaan nafas dan gelengan kepala oleh Clara.
"Terserah ... kurasa papa dan adikmu benar ... kau adalah manusia yang keras kepala" dengus Clara kesal sambil menyodorkan botol minum yang sudah disiapkan Clara untuk Mr. K.
Mr. K hanya menatap lekat Clara, dan mengusap tengkuk nya yang tak gatal, ia sebenarnya menyadari bahwa dirinya memang keras kepala, hanya saja alasan Mr. K keras kepala kali ini itu demi menjaga Clara, ia tak mau berlama lama dengan keadaannya sekarang, yang menjadikan dirinya tak leluasa seperti sebelumnya.
"Aku bukan keras kepala, aku hanya berkata yang sebenarnya" telak Mr. K yang menyanggah ucapan Clara itu.
Clara menghentakkan kaki nya pelan, dan melangkahkan kaki meninggalkan Mr. K yang masih menopang tubuhnya pada besi penyangga terapi yang berada disana.
"Maaf" lirih Mr. K pelan.
Ddrrt
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone Mr. K.
Perlahan Mr. K merogoh handphone nya yang berada disaku celana depannya.
'Ahh ... ternyata dia bisa dimanfaatkan juga' lirih Mr. K dalam benak.
...
...
Sudah 15 menit Mr. K menunggu di ruangan terapi nya akan kedatangan Clara yang sebelumnya melengos meninggalkan Mr. K sendirian di ruangan terapi nya.
Merasa Clara tak kunjung datang seperti yang dia harapkan, dengan terpaksa Mr. K mencoba berjalan perlahan tanpa alat bantu menuju kamar rawat inap VVIP nya.
'Kemana Clara ? apakah dia masih marah padaku sehingga ia tak mau mengunjungi ku kembali ke ruangan terapi ?' lirih Mr. K dalam benak.
Dengan sedikit kesusahan Mr. K berjalan menuju kamar nya itu.
Ceklek
"Clara !... Clara !"
Tak ada jawaban apapun, dan Mr. K tak menemukan keberadaan Clara disana.
Manik Mr. K langsung memeriksa keseluruhan ruangan kamarnya itu.
'Dimana Clara ? Mengapa tak ada disini ? mungkinkah ia di toilet ?' monolog Mr. K dalam benak.
Dengan perasaan khawatir Mr. K segera membuka pintu toilet tergesa gesa.
Brak !!
"Clara !" bentak Mr. K penuh kepanikan saat tak menemukan sosok yang ia cari di dalam toilet tersebut.
Dengan cepat Mr. K meraih handphonenya dan segera menelfon Clara.
Panggilan telefon pun tersambung, hanya saja....
Clara tak mengangkat panggilan telefonnya.
Mr. K mendadak panik dan gelisah, terlebih ia juga tahu bahwa Jackson maupun Jessi masih mengincar Clara, begitupun dengan wanita yang Mr. K yakini menjadi dalang utama dalam pengincaran tersebut, dan jangan lupakan Anthony juga sedang tak ada di tempat persembunyian yang sebelumnya David sembunyikan, melainkan ia telah di bebaskan karena perjanjian itu.
Walaupun memang Anthony saat ini bukan menjadi orang yang patut di takuti menganggu Clara, tapi bukankah kita tak bisa meyakini 100 % hal itu begitu saja pada Anthony ? mengingat background nya yang dulu menjadi penyerang Clara.
"Aish ... mengapa ia tak mengangkat telefon ku ? kemana dia pergi ?" gelisah Mr. K sambil mengusak rambut nya kasar.
Merasa janggal dan perasaan takut yang kini lebih menyelimuti hatinya, akhirnya ia memutuskan untuk beranjak menuju ruangan papa nya berada.
Dengan menahan sedikit sakit, dan bersusah payah melangkah menuju ruangan papa nya yang berada di ujung lantai yang memang berada di lantai yang sama dengan ruang rawat inap nya.
Tok Tok Tok
Ceklek
Prof. Hans yang kebingungan dengan keberadaan anaknya yang tiba tiba menghampirinya langsung terdiam dibuat nya, bahkan beberapa kali mengerjapkan maniknya pelan.
"Pa !" ucap Mr. K membuyarkan lamunannya.
"Ah iya ... ada keperluan apa kau mencari papa ?" tanya Prof. Hans pada akhirnya.
"Mmm .... Pa ... apakah kau melihat Clara ?" tanya Mr. K yang menatap lekat papa nya.
"Clara ?!" tanya balik Prof. Hans dengan dahi mengerut seolah tak percaya dengan apa yang baru di tanyakan putra nya itu.
"Iya Clara Pa.."
"Bukankah Clara sedari kemarin mengikuti mu kemanapun kau pergi ?"
Lagi lagi sebuah pertanyaan balik yang kini malah di utara kan balik oleh prof. Hans.
"Arghhh" geram Mr. K kesal menyalahkan dirinya sendiri.
Cairan bening yang sedari tadi ia tahan kini perlahan mulai membasahi pipi nya.
"Ini salahku ... aku membiarkannya sendiri karena sikapku" cicit Mr. K pelan.
Prof. Hans yang mendengarkan ucapan Mr. K langsung mendekat ke arah putranya itu.
"Apa maksudmu ?"
Sontak Mr. K semakin memerosotkan tubuhnya ke lantai, seketika pikiran buruk nya kini mendominasi dirinya.
"Kev ... hei .... tatap papa !" ucap Prof. Hans yang ikut terbawa panik dengan kondisi putranya.
Baru pertama kali Prof. Hans melihat kondisi terpuruk Mr. K tepat di hadapannya kali ini.
Sebelumnya Mr. K tak pernah seperti ini, bahkan untuk sekedar khawatir akan adiknya , atau dirinya saja Prof. Hans tak pernah melihat nya seperti itu.
Satu satunya yang sebelumnya yang prof. Hans lihat Mr. K dalam kondisi terpuruk adalah saat meninggalnya sang istri atau tak lain mama dari Mr. K.
"Pa ... ini salahku ... bagaimana jika terjadi sesuatu padanya ? kaki bodoh mengapa kau tak langsung sembuh ?" rutuk Mr. K yang teris menyalahkan dirinya sendiri yang diakhiri dengan memukul kaki nya pelan.
Melihat pergerakan Mr. K yang ingin terus memukuli kaki nya, alhasil Prof. Hans langsung menahan tangan Mr. K dan menyadarkan Mr. K untuk menenang kan dirinya.
'Aku tak tahu kau akan seperti ini hanya karena seorang gadis Kev ... kufikir hatimu tetap akan membeku disaat seperti ini ... kau sama rapuh nya dengan gadis itu' lirh Prof. Hans dalam benak.
——-
Leave comment and vote 😊