28 September 1274 AG - 09:00 Am
Kota Tigris - Pasar Alun-Alun
—————
Conna memang memiliki warna rambut dan pupil khas seorang Stauven. Tapi dia bukan anggota keluarga itu. Conna adalah anggota keluarga Lumiere sekaligus pewaris tahta sah di Kerajaan Ysdeville. Mascara kenal betul siapa Conna sejak kecil. Walaupun ciri fisiknya seperti anak-anak, tapi dia adalah gadis matang yang setahun lebih tua dari Simian. Si imut itu adalah teman main Simian yang selalu akrab sejak usia kanak-kanak.
Conna dan Simian memiliki banyak sekali persamaan. Keduanya sama-sama belagu, juga suka mengerjai orang kalau sedang bosan. Dua bocah itu juga sama-sama manja sehingga Mascara harus jadi kakak yang sabar untuk mereka. Gadis imut itu juga memiliki prestasi gila yang tidak kalah mentereng dari si rambut merah.
Jangan remehkan penampilannya. Selain sebagai tuan puteri, Conna adalah cendekiawan paling berpengaruh di seluruh Benua Meropis. Gadis jenius itu jauh lebih maniak membaca dari kedua orang tuanya.
"Wah banyak sekali hasil rampokanmu hari ini," kata Simian saat mengintip karung besar yang Conna bawa.
"Bisakah kau gunakan kata-kata yang lebih sopan? Itu upeti dari rakyat-rakyatku, tahu!"
"Hei, ini Kerajaan Arcadia. Jangan bawa urusan keluargamu di sini."
"Kamu mau bagian, enggak? Kalau enggak mau ya sudah."
"Baiklah, Yang Mulia!"
Mascara geli melihat tingkah keduanya. Meskipun Conna adalah bangsawan besar, tapi dia gemar sekali mengumpulkan barang-barang gratisan. Kucing kecil itu hobi memamerkan keimutannya demi mencari para simpati pedagang.
"Mascara, kamu mau, enggak?"
"Iya, Yang Mulia."
Barang-barang itu pun dibagi rata. Conna menghampiri kursi panjang yang paling dekat dan mengajak kedua sepupunya duduk bersama.
"Ugghh ... ahh ... siapa sih yang bikin kursi ini? Merepotkan sekali!"
Setelah bersusah payah duduk di kursi itu, dia ayunkan kakinya karena kursi itu terlalu tinggi untuk dua kaki pendeknya. Tingkah lucu itu kontan membuat Mascara dan Simian terbahak-bahak.
"Bukan salahku kalau tubuhku kecil! Berhenti tertawa!"
Conna buang muka dan menggembungkan pipinya. Tingkah kekanakan itu justru mengundang gemas dua sepupunya. Dia meronta ketika pipi bulat itu dicubit dua orang dari arah berlawanan.
"Kalian jahat!"
"Sudahlah, jangan ngambek, nanti pulangnya aku gendong."
"Aku pegang kata-katamu, Simian!" kata Conna menunjuk-nunjuk. Dia menoleh Mascara dan bertanya, "Sejauh mana urusan kalian sama Kota Maylon?"
Mascara menyandarkan badannya ke punggung kursi. Dia menceritakan semua pengalamannya mulai dari panggilan ayahnya sampai tugas yang harus dia emban bersama Simian. Conna pun mendengarkannya dan mengangguk-angguk seperti orang dewasa.
"Wajahmu terlalu imut, enggak usah sok bijak." Simian meledek lagi.
"Awas kalau kamu nanti di kerajaanku."
"Kamu belum naik tahta sudah jadi diktator."
"Suka-suka aku lah, aku ratunya," ucap Conna pamer. Dia sodorkan jemarinya ke Simian untuk dicium. "Tunjukan baktimu padaku, Hamba sahaya!"
"Ogah!"
Mascara semakin kegelian melihat tingkah dua orang itu yang kekanakan.
"Sudahlah, kami menemuimu karena ada urusan penting yang harus kamu tahu, Conna." Mascara melerainya dengan menyodorkan selembar surat. "Kami butuh bantuanmu untuk misi terakhir sebelum kita pergi ke Maylon. Kamu bisa bantu?"