Setelah puas melihat ikan-ikan yang menghabiskan makanannya, Kabayan memperhatikan golok kesayangannya ini, golok ini sebelumnya adalah hiasan saja yang dipajang di tembok rumahnya. Ayah Kabayan berkata bila golok ini sudah turun temurun, namun Kabayan sering menggunakannya untuk memotong tumbuhan liar dan mengupas kelapa saja setelah kepergian Ayahnya. Dia tidak menggunakan golok ini untuk hal lainnya, yang dia tau adalah golok ini sangat mudah digunakan mengupas buah kelapa dan buah durian.
Dia mencoba memotong batu dengan golok ini tapi tidak terjadi apa-apa, lalu dia berkonsentrasi dan mencoba mengalirkan mana dari dalam tubuhnya kepada goloknya, mana Kabayan sangat sedikit dan hanya bisa mengalir pelan sekali, lalu dia mencoba memotong batu itu lagi dan batu itu pun terbelah menjadi dua.
Penasaran dengan hal ini,dia mencoba mengambil dahan kayu dan mencoba hal yang sama tapi tidak terjadi apa-apa..padahal dia sudah mengalirkan mananya ke dahan tersebut. Meskipun golok itu tidak bercahaya biru seperti pedang James, namun dengan mana yang sedikit, golok itu menjadi lebih kuat, tapi kayu ini tetap sama seperti kayu biasa saja.
' Berarti yang kuat goloknya…' Kabayan memegang dan memandangi goloknya, golok ini terlihat seperti golok biasa saja dan tidak ada hal spesial selain tulisan yang ada di bagian pegangannya, disana tertulis Mpu Nja Gondrong.
Kabayan berpikir bahwa itu hanya tulisan iseng si pembuat golok, namun sepertinya ada cerita lain dibalik golok ini.
Setelah puas mengagumi goloknya, Kabayan melakukan meditasi untuk mengontrol mana sambil menunggu baju nya kering. Dia mengontrol mana yang berpusat di sekitar pusarnya untuk mengalir ke seluruh tubuhnya, dia membukakan matanya kembali 2 jam kemudian.
' Ga kerasa udah siang aja.. mana ini perut laper banget..' Kabayan merasakan sangat lapar karena sejak kemarin siang dia belum makan sama sekali. Dia ingin menyantap daging kambing gunung di gua nya namun tidak tahu cara membuat api.
Dia pun mencari buah-buahan yang ada di pepohonan dekat sungai dan menemukan buah sebesar kepala bayi dan memiliki warna ungu.
' Glek...bodo ah, perut udah laper banget! ' dia pun memutuskan untuk mengambil dan memakan buah-buahan yang berwarna ungu itu. Perutnya sudah tidak mengamuk lagi setelah dia memakan 5 buah ungu tersebut. Sejak saat itu Kabayan menjadi seorang dermawan dengan memberi makan ikan 5 kali sehari.
****
Malam di hutan Breeze sangatlah sunyi, namun malam ini terdengar suara kayu yang terbakar oleh api, dan hewan-hewan kecil seperti tupai dan serangga pun kabur dari tempat sekitar api itu dan mengamati api itu dari jauh.
Kabayan duduk di depan api unggun, dia merasa bangga dengan kayu yang berhasil ia bakar menggunakan sihir api nya, setelah bereksperimen dengan sihir, dia merasa ingin meneteskan air mata melihat api yang keluar dari telunjuk tangannya, api itu hanya sebesar api yang dihasilkan oleh korek gas, namun itu sudah cukup untuk Kabayan membakar daun dan kayu kecil. Namun kini dia tidak bisa menyantap daging kambing gunung itu karena dagingnya sudah sangat membusuk 2 hari yang lalu.
Kabayan menyayangkan daging yang banyak itu tidak bisa ia makan, dia sudah membuang tubuh kambing itu 2 hari yang lalu. Namun dia merasa senang, setidaknya dia bisa mengurangi jatah makan ikan-ikan setelah dia bisa memasak sesuatu, selama seminggu ini dia hanya bisa memakan buah itu dan menerima tugasnya memberi makan ikan 5 hari sekali.
Selama seminggu ini, Kabayan membuat kolam di dalam sungai dengan menumpuk dan menyusun batu di dasar sungai sampai ke permukaan sungai yang tingginya sampai lutut kakinya, batu itu membentuk tembok yang memiliki lubang agar ikan bisa masuk dan terjebak di dalamnya.
Dia melakukan ini agar dia bisa memisahkan ikan yang sudah diberi pakan spesialnya dengan ikan biasa di sungai. Meskipun tempat Kabayan memberi makan tersebut agak jauh, namun bisa saja ada ikan yang melawan arus dan naik ke aliran sungai dekat rumah barunya.
Ketika Kabayan duduk di depan api unggun dan tertawa seperti orang gila dengan baju compang-camping nya itu, seekor monster beruang berwarna coklat yang bertinggi 2 meter dan bertubuh besar mendekati Kabayan pelan-pelan dari belakang, matanya pun memandangi api unggun itu dengan penuh hati-hati. Dia memandangi punggung kabayan dan berjalan pelan-pelan ke arahnya dengan kaki dan tangannya, setelah dia berada 1 meter dari Kabayan, dia pun memberi suara geramannya pada Kabayan, Kabayan pun menoleh ke arah beruang itu, beruang coklat itu menunjukkan gigi-gigi tajamnya pada Kabayan.
" Eh...si Tedi, Tedi Duduk ! " Kabayan menunjuk ke sebelahnya, beruang itu pun duduk di sebelahnya,
" Ini Api.. A.. P...I "
" Grrrr "
" Jangan dipegang, kebakar nanti tanganmu " Kabayan melihat beruang itu yang terlihat akan menyentuh api itu karena penasaran.
" Sini ayo ikut Bayan ! " Kabayan memberi isyarat tangan kepada Tedi si beruang untuk mengikutinya, Tedi pun mengikuti Kabayan ke kolam sungainya dan membantu Kabayan membawa ikan. Kabayan menusuk kayu yang panjang dan kecil ke dalam tubuh ikan dan mulai membakar ikan di atas api unggun tersebut.
" Nah Ted, nanti tugas kamu bantuin Bayan ngambil ikan di sungai yang lain kalau ikan di kolam sudah habis ya ! Awas kalau ga nurut ! " Ucap Kabayan sambil menunjukan golok di pinggangnya, beruang itu mengeluarkan geraman yang seperti ketakutan dan mengangguk-anggukkan kepalanya pada Kabayan, dia hanya mengerti jika dia menganggukkan kepalanya maka Kabayan akan tersenyum dan tidak menakutinya lagi, dia masih teringat ketika dia bertemu Kabayan.
Kabayan waktu itu sedang berjalan di hutan dan beruang itu berniat untuk menyerang Kabayan, namun ketika dia mengikuti Kabayan, Kabayan berhenti dan berlari sekuat tenaga, mereka kejar mengejar selama beberapa saat, dan Kabayan pun terlihat takut, Kabayan mengeluarkan goloknya dan menebas-nebaskan goloknya untuk menakuti si beruang, lalu dia menebas pohon sekitarnya untuk memperlihatkan ketajaman goloknya. tebasannya mengenai pohon tua yang sangat seharusnya sangat keras, pohon itu pun terjatuh dan menimpa tubuh si beruang. Kabayan terlihat kaget, namun dia lalu terlihat senang melihat beruang ini tidak bisa bergerak, pohon yang menimpanya adalah pohon Elk tua yang sangat berat dan sudah berumur ratusan tahun.
Setelah itu Kabayan membawa beberapa batu besar dan keras, dia memotong semua batu itu menjadi irisan kecil didepan mata si beruang sambil tersenyum kepada beruang itu, semenjak saat itu si beruang ini merasa takut kepada Kabayan. Beruang ini hanya bisa menerima takdirnya dan menjadi pesuruh Kabayan, saat ini dia sudah mengerti kata duduk, berdiri, makan, dan tidur. Dia pun mengerti ketika Kabayan menyuruhnya untuk menirukan apa yang Kabayan lakukan setelah memberinya contoh. Kabayan melatih Tedi setiap hari dan Tedi pun terpaksa tinggal dirumahnya.
*****
" Ted nih kamu cobain ikan bakar nya, MAKAN ! "
Tedi sedang membersihkan sisik ikan dengan cakar tajamnya dan mendengar Kabayan menyuruhnya makan, dia pun memegang tongkat kayu kecil itu dengan aneh, dia meniru Kabayan memegang tongkat itu, dia mengendus-endus ikan bakar itu lalu menggigitnya, dia sedikit merasa aneh dengan rasa nya namun dia tetap menghabiskannya karena takut Kabayan marah.
" Nah gitu Ted, makannya dihabiskan. Kita harus mensyukuri apa yang ada, ga boleh pilih-pilih kalau makan, kata Bapak Bayan juga hidup itu Keras ! Terima apa yang ada apalagi kalau itu gratis, dan Yang lembek itu kotoran Ayam, dan kita ga boleh lembek kaya kotoran Ayam "
Tedi hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala berpura-pura mengerti dengan perkataan Bayan sambil mengunyah ikan yang gosong pemberian Bayan.
Selamat tahun baru !
Bayan kembali hadir setelah hiatus selama setahun
ayo tambahkan cerita Bayan ke library anda dan jangan lupa vote ya!
chapter awal masih dalam tahap rewrite, maapkan nubi ini.
thanks