ดาวน์โหลดแอป
49.45% Just you / Chapter 45: Chapter 10 [Part 2]

บท 45: Chapter 10 [Part 2]

Chapter 10 [Part 2]

"Wah, sawahnya banyak!" ucap Seorang gadis kecil yang tengah melihat kearah luar kaca mobilnya. Gadis itu pun membuka kaca mobilnya dan mengeluarkan kepalanya. Angin berhembus menerpa wajahnya, gadis itu tersenyum lebar dan menikmati setiap hembusan angin itu.

"Bella, jangan keluarkan kepalamu begitu… bahaya loh!" ucap seorang wanita.

Ia pun menarik Bella kepangkuannya lalu mengelus-elus kepalanya. "Mama, apa masih jauh?" tanya Bella kecil.

Wanita itu tersenyum lalu berkata "Tidak kok, sebentar lagi juga sampai."

"Sabarlah Bella. Sebentar lagi juga sampai kok." ucap ketus seorang gadis yang lebih tua dari pada Bella.

Bella pun berpindah ke samping gadis itu. Lalu Bella pun berkata "Kak Yusi…"

Gadis itu hanya menoleh sedikit. "Apa?"

"Apa Kakek menunggu kita?" tanya Bella dengan wajah polosnya.

ia pun berkata "Kalau itu lebih baik kamu tanya pada Kakek saja."

Bella yang tidak mengerti ada apa dengan Kakaknya hanya mengangguk, ayah dan ibunya hanya tertawa pelan, lalu Ibunya pun menegur Yusi agar tidak bersikap seperti itu lagi.

Tidak lama setelah itu, akhirnya mereka sampai. Bella langsung berlari keluar karena melihat Kakeknya yang menyambut mereka di depan rumah yang terlihat tua.

"Bella, hati-hati!" teriak sang Ibu

Bella langsung memeluk Kakeknya, lalu ia pun bertanya "Kakek, Kakek! Apa Kakek menunggu kami?"

Sang kakek tersenyum lalu berkata "Iya… Kakek menunggu kalian, ayo masuk. Nenek sudah masak untuk kalian, ayo, ayo."

Bella dan Kakeknya pun masuk meninggalkan Ayah, Ibu dan Kakaknya. Dari kejauhan sang ayah pun berkata "Sepertinya, ayah sudah melupakan anaknya ini. Dia lebih suka dengan cucunya." Lalu menghela nafas

Kak yusi pun berkata "Ayah. Tidak baik cemburu kepada anak sendiri loh."

Lalu ibunya pun menyaut "Benar kata Yusi. Sudah ayo kita masuk."

Di dalam rumah tua itu. Begitu banyak makanan di meja, Bella terbelalak melihat banyak makanan yang begitu banyak di meja. Ia pun menghampiri Neneknya.

"Nenek!"

"Oh Bella, kamu sudah sampai."

"Iya… ayo makan"

"Asyik!"

Bella begitu senang, ia pun langsung duduk dan mengambil piring. Tapi, ia langsung dimarahi oleh ibunya karena itu tidak sopan. Kepala Bella di usap oleh Kakeknya, sambil tersenyum sang Kakek berkata "Tidak apa-apa, lagipula dia masih anak-anak, kan?"

"Kakek jangan terlalu memanjakannya, Bella sebentar lagi berumur 9 tahun. Bella seharusnya belajar lagi soal sopan santun." ujar sang Ayah dengan wajah yang sedikit serius.

"Iya, iya… sudah ayo makan, pasti kalian semua lapar setelah perjalanan jauh kan?" kata sang Kakek

Setelah makan, Nenek dan Ibunya Bella membereskan piring bekas mereka. Bella pun mengikuti mereka dan melihat mereka sedang mencuci piring, Neneknya menyadari kehadiran Bella, ia pun bertanya "Bella, sedang apa kamu disitu?"

"Uh, B-Boleh aku membantu?" tanyanya yang keliatan malu-malu.

Ibu dan Neneknya saling menatap lalu tersenyum, Ibunya pun berkata "Iya, Boleh. Sebentar ya."

Bella pun tersenyum lebar lalu mengangguk, sang Ibu memisahkan piring dan gelas plastik kotor untuk Bella cuci. Bella mencoba melihatnya, namun ia tidak bisa. Ia pun mencari sesuatu di sekelilingnya, matanya tertuju pada kursi pendek yang terbuat dari kayu, ia pun mengambilnya. Tapi, ia tidak terlalu kuat untuk mengangkatnya, akhirnya ia pun menyeretnya ke tempat cuci piring. Ibu dan Neneknya hanya tertawa kecil melihat tingkah Bella. Lalu sang Nenek pun berkata dengan pelan "Bella, sudah besar ya. Melihatnya mau bantu cuci piring, benar-benar membuat nenek melihat perubahan yang besar dari Bella."

"Iya benar." sahut sang Ibu

Bella pun berdiri di atas kursi itu dan mulai mencuci piring dan gelas-gelas plastik. Ibu dan Neneknya lagi-lagi tertawa melihat Bella yang sedang mencuci, ia terlihat sama sekali tidak kesulitan, seakan ia sudah melakukan ini sebelumnya.

"Bella keliatannya sudah terbiasa mencuci piring, kamu ajarkan?" tanya Neneknya pada ibunya

Ibunya menggeleng lalu berkata "Tidak, mungkin itu karena Bella selalu melihatku saat mencuci piring."

***

2 Tahun kemudian, dirumah sakit. Bella menangis tidak henti-henti, ia menangis karena melihat Kakeknya yang sedang dirawat karena penyakit yang di deritanya. Ia menangis karena ia tahu kalau penyakit yang di derita Kakeknya sangat berat, karena itu ia takut kalau sampai Kakek yang ia sayangi pergi meninggalkannya. Kakeknya pun memanggil Bella dan Yusi untuk berada di sampingnya. Ia pun mengelus kedua wajah cucunya secara bergantian. Ia tersenyum lalu berkata "Bella,Yusi… Berapa umur kalian sekarang?"

Yusi pun menjawab "Aku 12 tahun." Bella tidak bisa menjawab karena isak tangisnya, "Kalau Bella, baru 10 tahun, kek." jawab Yusi yang menggantikan Bella.

Kakeknya pun mengusap air mata Bella yang jatuh di pipi Bella. Lalu ia pun berkata "Bella, jangan nangis gitu dong… Kakek nanti akan sehat kembali… Jadi jangan menangis ya." meski begitu, Bella tetap tidak bisa berhenti menangis. "Oh iya… Kakek punya sesuatu untuk kalian…" lanjut Kakek.

Kakeknya pun meminta Neneknya untuk mengambil sesuatu di tas baju gantinya. Lalu Neneknya pun memberikan benda itu pada Kakek, lalu Kakeknya berkata "Bella, Yusi… ulurkan tangan Kalian."

Bella dan Yusi mengulurkan tangan mereka, Kakek pun memberikan benda itu kepada mereka secara bergantian. Sebuah kalung dengan liontin yang menjuntai kebawah dan bentuk yang berbeda. Yang di berikan kepada Bella berbentuk Bulan, sementara Yusi berbentuk matahari.

"Itu untuk kalian. Itu dibuat dari perak oleh buyut kalian, karena itu tolong di jaga, jangan sampai hilang… ya. Kalian boleh memberikan itu kepada orang lain, dengan syarat. Orang itu harus lebih berharga dibanding kalung itu. Karena itu…. Kakek minta… Jangan berikan kalung itu kepada orang asing… jaga kalung itu… dengan sepenuh hati kalian… dan berikanlah kepada orang yang menurut kalian… itu sangat penting bagi kehidupan kalian…" ucap sang Kakek dengan wajah yang sendu "Bella, Yusi… Kalian adalah cucu yang sangat Kakek sayang. Karena itu... Kakek titipkan kalung itu kepada kalian… uh Kakek capek, Kakek… mau istirahat dulu… ingat pesan Kakek itu, ya."

Nenek mereka pun memegang pundak mereka dan membawa mereka keluar. Lalu Nenek mereka berkata "Ini sudah sore, Sepertinya kalian pulang saja dulu, besok juga kalian masih harus sekolah. Ya, kalian besok boleh kemari lagi."

"T-Tapi nanti cuma Nenek dan Kakek berdua disini…" ucap Bella yang terlihat masih ingin menemani Kakeknya.

"Tidak, paman dan bibimu sebentar lagi kemari. Kamu jangan khawatir ya." katanya sambil mengelus pipi Bella.

Ayah dan ibunya pun pamit dan membawa Bella dan Yusi keluar dari rumah sakit.

Di dalam mobil, Bella terus melihat liontinnya, ia pun memakainya begitu juga dengan Yusi. Meskipun, Yusi hanya diam, ia tidak berkata apapun, Bella yang melihat Kakaknya terlihat mendung begitu pun menyentuh pipinya. Yusi langsung menoleh, melihat wajah adiknya yang cemas. Ia pun langsung memeluknya, Bella pun bertanya "K-Kak Yusi, kenapa?"

Yusi menggeleng lalu berkata "Tidak apa-apa Kok." Ia pun melepaskan pekukannya dan tersenyum kepada Adik kecilnya itu.

Bella pun bersandar di pundaknya, lalu ia pun mulai tertidur.

***

Seminggu kemudian, Kakek Bella tiada. Di pemakaman, Bella mencoba menahan tangisnya saat proses pemakaman. Ia pun terus memegang liontinnya, liontin pemberian terakhir dari Kakeknya. Yusi memalingkan pandangannya, ia bukan tidak mau melihat proses pemakaman Kakeknya, hanya saja ia tidak tega melihat Bella yang sedang berusaha menahan tangisnya.

Ia pun teringat perkataan Kakeknya 2 tahun yang lalu

*FLASHBACK*

Di depan teras rumah, Yusi sedang menatap bintang. Tak lama Kakeknya datang dan duduk di sampingnya, ia pun berkata "Di kota, pasti sulit melihat ini bukan?"

Yusi hanya mengangguk. Kakeknya pun mengusap kepala Yusi lalu berbicara lagi, "Yusi… Apa kamu pernah cemburu kepada adikmu sendiri?"

Yusi langsung menggelengkan kepalanya dan berkata "Tidak! Mana mungkin Aku cemburu dengan Adikku sendiri."

"Tapi, Adikmu lebih di perhatikan loh daripada kamu." ucap Kakeknya lagi.

Ia menggeleng lagi, lalu ia menatap ke langit penuh bintang dan berkata "A-Aku tidak pernah cemburu kepada Bella, Aku malah… Malah senang melihat Bella yang selalu di perhatikan. Alasannya… Aku tidak tau, hihi."

Kakeknya pun tersenyum "Baguslah kalau kamu seperti itu. Itu artinya kamu adalah Kakak yang baik untuknya."

Kakeknya pun terdiam sebentar, lalu ia pun berbicara kembali "Yusi… Mungkin Kakek jarang bicara seperti ini… Tapi, tolong jaga Adikmu dengan baik, kamu tau kan kalau Adikmu itu bertumbuh dengan cepat, ia bahkan bisa membantu Nenek dan ibumu mengerjakan pekerjaan rumah. Ia mungkin akan terus di puji, tapi kamu jangan sampai cemburu ya… Karena, meskipun begitu Bella tetaplah masih anak-anak, dia lebih muda dari mu, dia akan lebih cepat hancur daripada dirimu. Karena itu, jagalah dia sampai dirinya benar-benar kuat… Um… Kamu mengerti apa yang Kakek katakan?"

Yusi terdiam sesaat, ia berfikir, ia mungkin memang sedikit cemburu dengan Adiknya, ia cemburu karena adiknya selalu mendapat perhatian dan selalu mendapat pujian dari Ayah dan ibunya. Tapi setelah mendengar perkataan Kakeknya, ia mencoba menghilangkan rasa cemburunya.

"Aku… Aku mengerti. Bella masih kecil, dia lebih kecil daripada Aku. Aku tidak perlu cemburu kepadanya, karena kalau Aku cemburu, Aku malah akan membenci adik ku sendiri, kan? Mungkin suatu saat perkataan Kakek akan terjadi, karena itu Aku tidak mau membencinya, disaat itu terjadi, Aku harus ada di dekatnya,Kan?" kata Yusi yang terdengar seperti orang dewasa.

Kakeknya pun mengusao kepala Yusi lalu tertawa. Kakeknya pun berkata "Kamu itu, padahal baru 10 tahun tapi sudah mengerti kata-kata Kakek."

"Tentu saja, Aku ini kan pintar." ucap Yusi dengan bangga sambil membusungkan dadanya.

Di malam itu, malam penuh bintang, malam dimana Yusi mengubah pandangan terhadap Adiknya.

*FLASHBACK END*

Perlahan, Yusi merangkul Adiknya, Bella yang langsung menoleh bisa mendapati senyuman tipis di wajah Kakaknya, ia pun langsung memeluk Kakaknya dan menangis sejadi-jadinya.

***

"(Kalung itu, adalah pemberian Kakek. Kakek memberi amanah agar kalung itu di berikan kepada orang yang berharga untukku… Tapi, bagaimana bila orang itu mengembalikannya padaku kembali? A-Apa… Kenapa rasanya sakit…)"

Bella pun menunduk dan bertanya kepada Julio "Kenapa… Kamu mengembalikannya?"

Lalu, Julio pun langsung menjawabnya "Itu… Bukannya Aku menolak, Aku malah suka dengan kalung yang kamu berikan, hanya saja… Aku tidak bisa menerima sesuatu yang sangat berharga bagi orang lain. Itu saja."

"Begitu." kata Bella dengan datar, Bella langsung tersadar ketika mengingat Julio mengatakan suka dengan kalungnya. Ia pun mengangkat wajahnya dan berkata "Tunggu… Kamu suka dengan Kalungnya?"

Julio mengangguk dan berkata "Iya, Bulan sabitnya terlihat sangat bagus, aku menyukainya."

Wajah Bella sedikit memerah lalu ia pun bertanya kembali. "Lalu kenala tidak kamu simpan?"

"Tidak mau, Aku tidak bisa menyimpannya, karena itu berharga bagimu kan?"

"Tapi… Kamu bisa menyimpannya, lagipula aku sudah... Me-Menemukan sesuatu… yang lebih berharga." ucap Bella yang suaranya tiba-tiba mengecil di akhir kalimat.

Julio menggelengkan kepalanya "Tidak… Aku akan kembalikan ini… maaf ya."

Meski Bella sedikit kecewa, ia juga merasa senang karena Julio suka dengan Kalungnya. Bella terdiam sebentar, ia pun mendapat sebuah ide agar Julio mau menerima kalungnya itu. Ia pun berkata "J-Julio! Bagaimana… Kalau kita bertukar… Kamu bisa mendapatkan kalung ini dengan syarat kamu harus mendapatkan barang yang setara dengan kalung ini. Bagaimana? Mau… tidak?"

Julio terdiam sebentar, ia berfikir kalau itu ide yang tidak buruk, ia juga sudah menyukai kalungnya, jadi ia berfikir kalau ide dari Bella itu tidak buruk. Ia oun berkata "Ya boleh. Tapi, mungkin akan butuh waktu yang lama… Kamu mau bersabar memanganya?"

Bella langsung mengangguk dan ia sama sekali tidak keberatan. Ia pun mengambil kalungnya kembali dan langsung memakainya. Ia pun melihat kalung itu, ia pun teringat dengan Kakeknya yang sudah tiada, tanpa di sadari, air matanya terjatuh. Julio yang melihat itupun sedikit terkejut.

"B-Bella, kamu kenapa menangis?"

Bella tidak sadar ia pun menghapus air matanya, tapi air matanya tetap mengalir, isak tangsinya pun mulai terdengar. Disaat yang bersamaam, Chelsea dan teman-temannya datang ke dapur.

"Kak Bella, apa ada yang bisa kami ban- Uwah! Kak Bella kamu kenapa?" tanya Chelsea

"Ketua osis. Apa yang terjadi?" Tanya Luna.

"Kak Julio, kamu apakan Ketua osis? Jangan bilang kamu lakukan hal yang tidak benar ya?" kata Lily sambil menatap Julio dengan tatapan jahil

Perkataan Lily pun membuat Chelsea terpancing emosinya.

"C-Chelsea. A-Aku tidak melakukan apapun! Tanya saja pada Bella, iya kan?" kata Julio sambil melirik ke arah Bella.

Bella tidak merespon, ia masih sibuk mengusap air matanya yang terus jatuh dan berusaha menghentikan isak tangisnya.

"Kakaaaaak!" Chelsea perlahan mendekati Kakaknya.

"Bella, apa kamu perlu bantu– Eh!? Bella? Apa uang terjadi?"

Disaat yang tidak tepat, Lily datang dan membuat nasib Julio semakin tidak beruntung. Lily pun menatap Julio, Julio hanya bisa pasrah. Tidak ada yang bisa ia lakukan, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah berdoa agar lukannya tidak bertambah. Akhirnya, karena Bella belum memberikan keterangan, Julio pun di tahan di kamarnya oleh Adiknya.

To be continue

===================


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C45
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ