Setelah memeriksa situasi di dunia utama, Angele menyimpulkan bahwa masa kekacauan semakin dekat.
Ia berjalan keluar dari kamarnya dan meninggalkan reruntuhan, hingga akhirnya ia sampai ke tepi gunung berapi.
Hari masih pagi, dan langit masih berwarna kelabu. Salju yang berjatuhan menari-nari mengikuti arah tiupan angin yang sangat dingin.
Chk! Chk!
Gundukan salju di tanah menciptakan suara aneh saat Angele berjalan turun. Perlahan-lahan, ia berjalan menuju ujung gunung tersebut.
Dari tempatnya berdiri, Angele melihat gumpalan awan tebal yang berkumpul di bawah. Awan-awan itu terlihat seperti bunga kapas.
Cahaya hitam keunguan berdiri di atas puncak salah satu gunung dan menusuk langit, seperti gedung pencakar langit yang berusaha naik setinggi mungkin.
Cahaya itu berasal dari sebuah podium putih yang terbuat dari batu. Di sekitar podium itu, terdapat banyak sekali penyihir berjubah hitam yang berkumpul dan menggumamkan mantra.