Sepasang obor yang telah lama padam tergantung pada kedua sisi lorong. Angele berjalan turun sekitar lima meter, sebelum akhirnya sampai di depan sebuah pintu berwarna cokelat. Tadi, ia mendengar raksasa darah-nya membunuh para penjaga, namun tidak terlihat ada mayat yang tergeletak di lantai.
Pintu itu terbuat dari papan-papan kayu. Jarak antar papan yang cukup lebar.
Angele mencoba mendorong pintu, namun pintu itu tidak bergerak.
Pada sisi kiri pintu, terdapat sebuah lubang kunci. Ia mengangkat tangan kanannya dan memasukkan salah satu pisaunya ke dalam. Ujung pisau itu meleleh, masuk ke dalam lubang kunci, dan berubah menjadi kunci.
Krak!
Akhirnya, pintu kayu itu terbuka.
Di belakang pintu, terdapat meja persembahan berwarna kuning, dengan sepasang lilin yang menyala-nyala di atasnya. Cahaya oranye lilin itu menerangi seluruh ruangan.
Di tengah meja, terdapat sebuah buku tebal bersampul merah yang bersandar pada penyangga kayu.