Kelihatannya, sang baron ingin mengatakan sesuatu, namun ia memutuskan untuk tidak mengatakannya. Luka di matanya membuatnya kehilangan banyak darah, dan ia tahu kalau waktunya tidak lama lagi. Kalau saja dia tidak tertembak panah itu sebelum mulai bertarung, mungkin dia bisa melawan tiga ksatria itu dengan mudah. Namun, bagaimanapun juga, sekarang ia berusaha keras untuk tetap hidup.
'Aku tidak bisa menyerah disini, Angele masih membutuhkanku.' Karl berpikir. Baginya, orang yang paling berharga adalah anaknya, dan wanita cantik yang terkadang masih bertemu dengannya dalam mimpi.
"Kenapa? Kau takut mati, Karl?" tanya Lisa dengan dingin saat ia melihat sang baron berusaha kabur. "Kau tidak akan pergi kemana-mana, Karl. Hari ini adalah kesempatan terbaik kami!"
Ketiga orang itu mengepung sang baron, namun tidak ada yang mau menyerang duluan. Mereka telah terluka pada saat awal menyerang, dan sang baron jauh lebih kuat dari anggapan mereka sebelumnya. Sekarang, sang baron sekarat, dan mereka mungkin bisa menang hanya dengan mempertahankan posisi mereka. Pada saat ini, tidak ada yang ingin melancarkan serangan yang berbahaya.
**************************************************
Angele lari secepat mungkin ke tempat dimana ayahnya berada. Saking cepatnya, pohon-pohon di sampingnya hampir tidak terlihat. Ia terlalu fokus ke depan. Angele mengetahui dimana keberadaan ayahnya saat ini dari Old Wade yang sekarat. Tempat itu tidak asing bagi Angele, dan ia masih ingat ketika ia menghabiskan hari-harinya di sana saat masih muda.
Seketika setelah Old Wade menyebutkan nama tempat itu, Angele langsung mengetahui lokasinya. Ksatria Audis sering mengajaknya berburu di sana. Namun, saat ini Angele tidak bisa membuang-buang waktu, karena nyawa ayahnya berada di ujung tanduk. Angele terus berlari dengan kecepatan nyaris maksimum. Kecepatannya 2.5, sekitar dua kali kecepatan manusia biasa. Namun, untuk tetap berlari secepat itu membutuhkan banyak energi, dan ia harus beberapa kali beristirahat dalam perjalanan.
Angele tahu bahwa ia membutuhkan tenaga untuk menolong ayahnya, dan jika tenaganya habis sekarang, kemungkinan dia akan mati bersama ayahnya. Angele mengambil kembali pisau beracun yang sebelumnya digunakan untuk membunuh Wade. Ia akan menggunakannya sebagai senjata rahasia.
**************************************************
Sang baron mengayunkan pedangnya ke depan.
Tang!
Percikan api berterbangan ke segala penjuru.
Audis seketika menangkis serangan itu, namun seluruh tubuhnya gemetaran, dan ia terus memuntahkan darah. Wajahnya bermandikan darah dan keringat, hingga terlihat sangat mengerikan. Di tepi, Lisa terus menembakkan panah pada sang baron, namun sang baron dengan mudah menghindari serangan itu dengan memiringkan tubuhnya ke samping.
Diam-diam, Chris mengendap-endap dan menusuk sang baron dari belakang. Pedangnya yang tipis menembus otot sang baron, namun pedang itu tersangkut di sana. Karl membalas dengan menyikut dada Chris, dan seketika itu Chris berteriak kesakitan dan memuntahkan banyak darah. Kekuatan di balik serangan itu membuat Chris merasa seperti didorong seekor beruang.
Karl mendorong Audis, kemudian berbalik dan berlari ke dalam hutan di belakangnya.
"Dia mencoba kabur!" teriak Lisa. Ketiganya menjadi gembira, karena mereka mengerti bahwa itu artinya Karl tidak lagi mampu menahan serangan mereka.
Tanpa ragu, mereka berlari mengejar sang baron ke dalam hutan.
************************************************
Angele berlari menaiki dataran tinggi di depannya agar ia dapat melihat seluruh hutan. Informasi yang didapatkannya hanya mengatakan 'bagian dari hutan', jadi ia membutuhkan lebih banyak informasi. Untung saja, chip-nya bisa membantu dengan memindai lokasi makhluk hidup disana.
Dataran tinggi itu kosong, hanya ada bebatuan tanpa rumput dan pepohonan, sehingga Angele dapat melihat hutan di bawahnya dengan jelas.
'Zero, pindai tempat ini dan carilah manusia yang ada di sekitar sini. Cobalah temukan Karl Rio di antara mereka.' perintahnya.
'Memindai...' Zero menjawab.
Tiba-tiba, muncul banyak informasi berwarna biru di depan mata Angele. Titik-titik merah menandakan adanya manusia di dalam hutan itu.
Sekelompok pedagang, dua orang pria berjalan mengelilingi hutan, dan sekelompok penyamun ditandai dengan titik merah di ujung pandangan Angele.
'Pemindaian selesai. Lokasi Karl Rio diketahui, sekitar 13.4 kilometer dari tempat ini.' Zero melapor.
'Bagaimana keadaannya saat ini?' tanya Angele.
'Kehilangan darah, dan ada tiga orang petarung tingkat ksatria mengejarnya.' Zero menjawab.
Angele segera meninggalkan dataran itu dan berlari sekencang mungkin ke tempat yang ditunjukkan oleh Zero.
--
Di dalam hutan.
Sang baron berlari-lari melalui jalan tikus di hutan itu. Beban berat pedang besar di punggungnya mulai terasa, dan itu bukanlah pertanda yang baik. Jika tidak terluka, dia bisa membawa pedang itu selama berhari-hari. Baju zirah kulitnya juga telah hancur berkeping-keping.
Ada tiga orang yang mengikutinya dari belakang, tiga orang yang dahulu adalah teman dekatnya. Namun, sekarang mereka ingin membunuhnya. Wajahnya terlihat semakin pucat, dan keringat yang mulai membanjiri tubuhnya masuk ke dalam luka-lukanya, sehingga luka-luka itu menjadi terasa sangat perih.
Mata kanannya tidak lagi mengeluarkan darah karena kecepatan penyembuhannya yang sangat baik, namun luka itu sepertinya infeksi. Ketiga orang yang mengejarnya tidak mendekat, sepertinya mereka berencana untuk menghabiskan energi sang baron. Walaupun dia mengetahui rencana itu, tidak ada pilihan lain selain terus berlari.
Sebuah anak panah tiba-tiba terbang ke arahnya, dan sang baron dengan mudah menghindari tembakan itu. Anak panah itu mengenai pohon yang ada di sampingnya, lalu jatuh ke tanah.
"Kau tidak akan pergi kemana-mana, Karl!" Lisa berteriak dari belakang dengan suara yang terdengar lelah.
"Kalian juga akan mati!" Karl berteriak. Dia tahu bahwa pertarungan ini telah menjadi kompetisi tentang level stamina mereka.
Pergerakan Chris semakin cepat, jadi tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk mendekati sang baron. Ia mencoba menusuknya lagi, sementara Audis menyerang sang baron dengan pedang besarnya dari sudut lain. Pedang besar Audis sangatlah berat, dan Karl dapat mendengar suara logam yang ditimbulkan oleh pedang itu.
Sang baron berguling ke belakang dan menghantam kedua orang itu dengan pedangnya hingga mereka terlempar ke samping. Namun, Karl gagal mengontrol kekuatannya, hingga pedangnya juga terlempar dan menancap di pohon.
Melihat ada kesempatan , Lisa melompat keluar dan menyerang sang baron dengan pisau hitamnya. Wanita itu ringan dan gesit, sementara Karl sekarang masih berusaha menarik keluar pedangnya. Entah bagaimana, walaupun Karl melihat pisau yang terbang ke arahnya, wajahnya masih sangat tenang. Wajah Lisa yang terlihat marah sama sekali tidak membuat sang baron takut, bahkan ia sedang memikirkan orang lain.
'Angele... Bisakah kau bertahan hidup sendiri di dunia ini...' Karl berpikir sembari menatap ekspresi marah di wajah Lisa.
TANG!
Pedang Lisa ditangkis oleh kilat berwarna perak, hingga kedua senjata itu memercikkan sedikit bara api. Sebilah pisau berwarna perak dilemparkan dengan kekuatan tinggi, hingga Lisa kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam semak belukar di sebelah kanannya.
Wajah yang tidak asing berjalan keluar, dan semua orang disana terkejut.
Nafas Angele terengah-engah, dan tubuhnya bermandikan keringat. Ia menggenggam pedangnya erat-erat.
"Ayah..." kata Angele, sementara sang baron menatap anaknya dan mengira semua ini hanya mimpi.
"Aku akan membawamu keluar dari sini, Ayah!" Angele menyunggingkan senyum setelah melihat ayahnya masih hidup.
"Dan akan kubunuh semua orang yang melukaimu! Akan kugantung kepala mereka semua di pintu masuk kastil!" Angele berteriak.