[Lu Yihan]: Malam ini, Menara Kotaraja, lantai atas, 7:30, aku akan menunggumu
Su Qianci belum melakukan kontak dengan Lu Yihan selama sebulan. Bulan ini, Lu Yihan sama sekali tidak muncul dalam penglihatan wanita itu. Sebaliknya, Kakek memuji-muji Lu Yihan di hadapan Su Qianci dari waktu ke waktu. Setiap kali dirinya mendengar hal itu, Su Qianci hanya tertawa dan tidak berkata apa-apa. Setelah melihat pesan dari pria itu, Su Qianci mengambil ponselnya dan menjawab: Apa yang terjadi?
[Lu Yihan]: Darurat [emoji menangis]
[Su Qianci]: Oke. Apakah akan ada sesuatu untuk dimakan? Kalau begitu, aku akan melewatkan makan malam.
[Lu Yihan]: Pasti ada
[Su Qianci]: Baiklah, maka aku akan bekerja sampai saat itu.
[Lu Yihan]: [emoji oke]
Su Qianci menelepon dan memberi tahu keluarganya. Setelah bekerja di kantor hingga pukul tujuh malam, dia turun ke bawah dan mengemudi menuju ke Menara Kotaraja.
Lantai tertinggi Menara Kotaraja adalah lantai 108. Lift wisata itu benar-benar transparan. Su Qianci melihat pemandangan malam di sekitarnya dan merasakan ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Lantai atas Menara Kotaraja adalah sebuah sky
Dengan berhati-hati melangkah keluar, Su Qianci memanggil: "Yihan?"
Tidak ada respons.
Tiba-tiba, wanita itu dikelilingi oleh cahaya lampu yang menyilaukan. Su Qianci sedikit terpana oleh cahaya yang tiba-tiba itu, jadi dirinya tanpa sadar berpaling dan memejamkan matanya. Ketika dia membuka matanya kembali, dia melihat ke depan, dan lampu-lampu di depannya itu ditata dengan rapi, membentuk sebuah jalur yang indah dan lebar. Di jalur itu, terhampar kelopak mawar berwarna indah. Sentuhan aroma mawar melayang di udara. Jalur itu dikelilingi lampu-lampu yang indah dan mewah. Sekumpulan foto dikelilingi oleh lampu-lampu.
Dalam sebuah foto, terlihat Su Qianci di masa SMA-nya. Pada saat itu, rambut hitam panjangnya diikat menjadi dua buah kuncir ekor kuda yang tergantung di pundaknya. Dia memegang sebuah kotak makan siang, memandang ke depan. Kualitas fotonya tidak terlalu bagus, karena diambil secara diam-diam oleh Lu Yihan.
Su Qianci melangkah di atas kelopak-kelopak mawar itu dan berjalan di sepanjang jalur cahaya tersebut.
Melihat kembali ke kedua sisinya, terdapat foto-foto di mana Su Qianci sedang tersenyum, marah, bahagia, menangis, dan bahkan mengutuk seseorang sambil bertolak pinggang …. Dari masa mudanya yang belia, gadis itu perlahan-lahan tumbuh menjadi seorang wanita yang dewasa dan lembut. Lembut, menyenangkan. Di bagian tengah, terlihat foto Su Qianci yang mulai menggendong anak-anaknya di tangannya. Secara berangsur-angsur, anak-anak itu semakin besar, dari usia 0 tahun hingga 3 tahun. Jumlah anak-anak tersebut juga berubah dari dua anak menjadi tiga anak. Dan kemudian, isi foto-foto itu berubah menjadi Su Qianci dan Lu Yihan.
Pada masa SMA, mereka saling melingkarkan tangan di bahu mereka masing-masing dan tersenyum pada kamera, berpose dengan dua jari yang membentuk huruf V. Su Qianci memandang semua foto tersebut sambil tersenyum. Ketika wanita itu melihat foto yang terakhir ini, kenangan-kenangan itu kembali padanya ibarat gelombang pasang. Mata Su Qianci menjadi lembut dan kemudian tertuju pada sosok yang muncul di ujung jalur itu.
Lu Yihan memegang sebuah buket besar bunga di tangannya, mawar merah, dalam jumlah yang sangat banyak. Hari ini, pria itu berdandan khusus. Dia tidak memakai kacamata dan sangat modis. Sangat tampan. Namun, senyum di wajah Su Qianci perlahan membeku. Saat melihat Lu Yihan, raut wajah wanita itu terlihat rumit.
Apa yang Lu Yihan inginkan?