Kemudian, Su Qianci keluar tanpa bersuara dan menutup pintu. Yang tidak disadari wanita itu adalah terlihat sebuah senyum puas di wajah Li Mosen, dan bocah itu berbisik dengan bahagia, "Selamat malam."
-
Keesokan harinya, Su Qianci meminta sekretarisnya untuk mulai mencari seorang tutor untuk anak-anak tersebut. Karena Cheng You sedang cuti hamil, Su Qianci mempromosikan seorang sekretaris yang kapabel bermarga Bai sebagai asistennya. Wanita itu cerdas, cakap, dan rajin. Meskipun tidak sehandal Cheng You, dia tidak akan membuat kesalahan.
Setelah Su Qianci menjelaskan masalah ini, Bai mulai bekerja. Su Qianci bertanggung jawab atas rapat tersebut, tetapi di tengah-tengah rapat, ponselnya berdering. Itu berasal dari polisi Kotaraja.
"Presiden Su? Tiga tahanan yang Anda kirim kemarin sudah mengaku. Bisakah Anda datang ke kantor polisi?"
"Saya sedang rapat. Bisakah kita melakukannya pada pukul tiga sore?"
"Ya, sampai jumpa pukul tiga sore."
….
Setelah menutup telepon, Su Qianci melanjutkan rapat itu. Setelah menyelesaikan berbagai urusan, dia teringat akan kata-kata Tuan L tadi malam: penawaran Kabupaten Gu Du Ming, lusa pukul 7:00 malam, Royal Hotel, harus menang.
Meskipun dia belum pernah bertemu dengan pria misterius itu, setelah bertahun-tahun berkomunikasi, Su Qianci cukup memercayai L. Karena pria itu mengatakan bahwa mereka harus menang, tempat itu pastilah sebuah tempat yang sangat bagus.
Su Qianci melakukan
Namun, berdasarkan ingatannya, karena keunggulan harganya, persaingan untuk mendapatkan Kabupaten Gu Du Ming sangatlah ketat. Pada akhirnya, Li Sicheng mendapatkan tanah itu dengan harga lima kali lipat dari harga yang diminta. Banyak orang yang mengagumi betapa beraninya Presiden Li.
Su Qianci harus mengakui bahwa Tuan L memiliki mata yang hebat, sangat mirip dengan Li Sicheng. Su Qianci bertekad untuk mendapatkan blok tanah ini. Dengan pertimbangan itu, Su Qianci pergi ke kantor wakil presiden.
Li Jinnan sedang menelepon. Dia melihat kakak iparnya masuk ke dalam, melambaikan tangannya, dan setelah sekitar tiga atau empat menit, dia menutup teleponnya. Su Qianci memberi tahu adik iparnya mengenai rencananya, dan Li Jinnan mengangguk. "Hebat, ayo kita pergi bersama besok malam." Li Jinnan menyetujui dengan sangat cepat, tetapi tidak ada yang bisa melihat hal tak terduga di acara lelang besok malam.
Su Qianci mendengar jawaban adik iparnya, meletakkan dokumen-dokumen tersebut, meregangkan tubuh dan menguap. "Jinnan, apakah posisi ini terlalu mudah untukmu? Bisakah aku memberikan pekerjaan sebagai presiden kepadamu?"
"Tidak." Li Jinnan menolak, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. "Sebaiknya, jangan memintaku untuk melakukan apa pun. Biarkan aku menikmati hidup. Kau tahu, ini bukan mimpiku." Ya, Li Jinnan selalu ingin membuka sebuah perusahaan hiburan, mendapatkan banyak artis terkenal, dan dirinya bisa menjadi seorang bos yang santai.
Su Qianci tertawa dan mengipasi asap di udara itu. Dia menunduk dan berbisik, "Bukan mimpiku juga. Aku benar-benar tidak tahu kapan Li Sicheng akan kembali. Beberapa tahun ini … aku merasa sangat lelah."