Melihat itu, Luo Zhan menyeringai. "Ada pakaian di lemari. Pakailah sesuatu dan enyahlah!"
Lu Yihan berjalan menghampiri, membuka lemari, dan segera mencium bau sesuatu yang busuk.
Lu Yihan hampir ingin muntah. Reaksi pertamanya adalah menutup lemari itu. Sambil menahan keinginan untuk memukuli Luo Zhan, dia mengertakkan gigi, "Tidak bisakah kau hidup seperti seorang manusia?"
Luo Zhan memutar matanya. "Terserah kau. Aku sangat menghargai pakaian-pakaianku."
Tidak ada sistem pemanas di daerah Selatan. Ketika hujan, temperatur udara pun menurun. Dengan tubuh gemetaran, Lu Yihan melemparkan dirinya ke tempat tidur dan meraih selimut.
"Hei, hei, apa yang kau lakukan? Aku bukan gay," seru Luo Zhan.
Lu Yihan jauh lebih kuat darinya, jadi dia berhasil menutupi dirinya dengan selimut, yang mana langsung menghangatkan tubuhnya.
Luo Zhan tidak mengenakan kaus. Saat merasakan kulit dingin Lu Yihan, dia memutuskan untuk membiarkan pria itu memakai selimut kalau-kalau orang itu mati beku, yang mana dalam hal ini dia akan digugat pasal kelalaian. Luo Zhan membuka laci di sebelah tempat tidurnya untuk mengambil sebuah selimut lain. Dia kemudian membungkus dirinya dalam selimut dan mencari-cari di dalam lemari sebelum dia melemparkan beberapa kaus pada Lu Yihan.
Setelah merasa hangat, Lu Yihan lalu mengambil kaus-kaus itu. Melihat label pakaian itu masih menempel, dia tertawa dan berkata, "Kau merusak pakaian yang begitu mahal!"
"Kau tidak menginginkannya? Kembalikan!" Kata Luo Zhan dan mengulurkan tangannya.
Tidak mungkin Lu Yihan akan mengembalikan pakaian itu dan langsung mengenakannya. Namun, kaus itu agak pendek. Celananya juga agak pendek. Lu Yihan bangkit dan berdiri di sebelah Luo Zhan. Tinggi badan Lu Yihan adalah 185 cm, sedikit lebih pendek daripada Li Sicheng, tapi jelas merupakan seseorang yang tinggi. Namun, Luo Zhan …. Lu Yihan menatapnya." Apakah kau bahkan 165 cm?"
"Si*lan! Aku 172 cm! "Luo Zhan melemparkan tinju ke arahnya, dan Lu Yihan menunduk." Ada jaket? Dingin sekali."
"Aku tidak punya jaket baru!"
"Yang lama juga tidak apa-apa."
Lu Yihan mengambil pakaian-pakaian itu dan berjalan keluar. Saat dia berjalan keluar, Lu Yihan hampir pingsan saat mencium bau tak sedap itu. Alisnya bertaut, Lu Yihan tidak bisa mengerti bagaimana orang itu bisa menjadi seorang peretas. Luo Zhan nyaris tidak bisa hidup!
Berjalan berkeliling apartemen, Lu Yihan menyimpulkan: makan makanan yang dibawa pulang, siklus mencuci baju yang lebih dari seminggu, produk perawatan pribadi akan kedaluwarsa -- hampir tertutupi dengan debu. Dia bahkan tidak bisa melihatnya ….
Kepala Lu Yihan bahkan terasa semakin sakit. Melirik pakaian yang dia kenakan, dia dengan enggan mulai membereskan barang-barang. Pertama-tama dia memasukkan semua pakaian kotor ke dalam mesin cuci, dan kemudian mulai membersihkan ruang tamu. Setelah bekerja selama lebih dari dua jam, dirinya telah mencuci baju sebanyak tiga kali dan benar-benar mengubah ruang tamu itu. Merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya, Lu Yihan membuka pintu kamar dan mendapati Luo Zhan yang sedang tertidur.
Dia mengambil semua barang yang ada di dalam lemari dan memotong semua labelnya sebelum memasukkan semuanya ke dalam mesin cuci, tidak mempedulikan bahannya. Setelah menjemur semua cucian di rak jemuran, Lu Yihan meninggalkan sebuah pesan: Aku melakukannya untuk membayar pakaian ini. Tidak perlu berterima kasih padaku.
Luo Zhan terbangun di sore hari. Sudah lewat pukul 3 sore. Melihat ada catatan di nakasnya, Luo Zhan mengabaikannya dan pergi ke ruang tamu untuk mencari sebuah kaus. Namun, dia mendapati apartemennya sangat bersih. Luo Zhan bahkan tidak bisa membayangkan bahwa kandang anjingnya bisa terlihat seperti ini. Tumpukan baju kotor sudah menghilang. Meja, sofa, dan lantainya benar-benar berkilau. Ya Tuhan, apakah Lu Yihan benar-benar seorang lelaki?
"Benar-benar ibu rumah tangga yang sempurna!" Pikirnya. Angin sepoi-sepoi yang dingin membuatnya bergidik. Tidak dapat menemukan apa pun di ruang tamu, dirinya pergi ke kamar tidur dan mendapati bahwa lemari pakaiannya juga kosong. Tiba-tiba terlintas dalam benaknya bahwa dia tidak mempunyai apa-apa untuk dipakai kecuali sebuah celana pendek. "Si*l, haruskah aku telanjang?"