Seorang wanita cantik termenung sambil menyeruput minuman dengan sedotan. Wanita itu mengingat sesuatu dengan mata berkaca-kaca. Wanita itu ingat seorang pria muda yang berada di kelas yang sama dengannya dan hampir 10 tahun telah berlalu. Kursi dan meja yang digunakan pemuda itu dalam ingatan wanita ini, dia sering melihat pemuda dalam ingatannya memilih duduk di kursi yang dia gunakan sekarang. Wanita ini merasa menyesal karena tidak pernah bisa mengungkapkan perasaannya sampai mereka berpisah, dia merasa bahwa dia adalah seorang pengecut saat itu.
"Andai saja waktu itu aku lebih berani dan lebih tegas saat itu, dia tidak akan pergi tanpa melihatku," gumamnya.
Meskipun suasana kafe tidak banyak berubah dan suasana di seberang jalan juga tidak berubah sedikit, tetapi dia merasa semuanya telah berubah begitu banyak sehingga dia tidak bisa melihatnya lagi. Dia telah banyak mengubah sikapnya. Dia dulu gugup berbicara dengan orang lain sekarang karena dia telah beradaptasi dengan jumlah latihan yang dia miliki saat itu. Layar smartphone menunjukkan waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, dia merasa sudah lama sekali dia keluar untuk menenangkan diri dari kesibukannya menulis cerita romantis yang dia lakukan sebagai hobi untuk melepaskan kerinduannya.
"Ternyata kamu di sini, aku tadi pergi ke rumahmu."
"Oh, Kiba?"
"Kamu masih memikirkannya, Hinata?"
Inuzuka Kiba, pria berjas hitam, dengan polosnya memanggil nama wanita itu, Hyuga Hinata. Dengan bujukannya Kiba meminta Hinata untuk melupakan seseorang yang disukainya karena tidak mungkin bertemu lagi karena sudah lama sekali tidak ada kabar seseorang bernama Uzumaki Naruto pergi ke luar negeri begitu lama. Kiba duduk dan meminta Hinata untuk memikirkan kembali pernyataan perasaan Kiba yang sudah dia ungkapkan seminggu yang lalu namun belum mendapat jawaban diterima atau tidak. Kiba mengenang masa lalu ketika Naruto menyukai seorang wanita bernama Haruno Sakura, dan pergi ke luar negeri karena dia juga.
"Kamu tidak perlu ragu untuk menerimaku, aku lebih baik darinya aku tidak akan mengecewakanmu seperti dia, dia bodoh karena tidak memahami perasaanmu," kata Kiba yang antusias.
"Jangan menjelek-jelekkan dia, ini salahku karena tidak pernah memberitahunya perasaanku."
"Jangan selalu memikirkan dia, mungkin saja dia sudah memiliki wanita lain meskipun dia tidak bersama Sakura, dia pasti sudah memiliki wanita lain."
"Dia tidak seperti itu, dia tidak akan mencari wanita lain jika dia tidak bersama Sakura."
"Jangan bodoh, sampai kapan kamu akan seperti ini? Sepupumu telah mendukung hubungan kita, kamu tahu aku berusaha cukup keras untuk membuat kita disetujui."
"Maaf ya, aku harus pergi..."
"Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu aku ingin sendirian sambil berjalan."
Hinata pergi setelah membayar tagihan, suara Kiba memanggil beberapa kali Hinata tidak mendengarnya malah dia terburu-buru untuk menjauh dari Kiba. Hinata memikirkan semua yang Kiba katakan jika Naruto tidak bersama Sakura setidaknya dia menjadi pilihan bukan wanita lain. Hinata merasa cara berpikirnya menjadi konyol karena jarak sudah jelas bahwa wanita lain akan menjadi pilihan bukan dirinya. Ketika Hinata melihat bayangannya di jendela toko, dia berpikir bahwa dia terlihat tidak begitu buruk. Hinata menyadari satu hal bahwa mungkin dia bukan tipe wanita yang diinginkan Naruto. Sakura adalah tipe ideal Naruto. Hinata sudah menyadarinya sejak masa sekolahnya, dia tersenyum sedih karena tidak jauh lebih cantik dari Sakura.
Hinata terkejut saat melihat pantulan di cermin seorang pria yang berdiri di sampingnya, rambut pirangnya yang dipangkas rapi ditambah tanda yang familiar di pipi pria itu. Hinata berbalik dia hanya diam untuk memastikan apa yang dilihatnya, pria itu terus menatapnya sambil memikirkan sesuatu lalu menekan dahinya sendiri dengan jari telunjuknya sendiri. "Apakah kamu baik-baik saja sejak kamu melamun sambil melihat ke jendela toko?"
"Mm, baiklah..."
"Tunggu sebentar, aku merasa seperti pernah melihatmu sebenarnya, aku lupa tepatnya dimana... Mmm aku ingat dulu ya..."
"Naruto ..."
"Kamu kenal aku?"
"Mmm, ke-kenal..."
"Kamu siapa ya, aku lupa hehe, sial, aku sungguh lupa padahal tidak asing."
Hinata yang awalnya sangat bahagia, kini hancur seketika, dia benar-benar terlupakan. Saat Hinata memperkenalkan dirinya, Naruto terlihat terkejut karena Naruto mengingatnya dengan baik karena Hinata dulu terlihat sangat berbeda di sekolah, Hinata terlihat seperti kutu buku dengan dua kepang dan kacamata besarnya. Naruto menjelaskan bahwa dia tidak ingat karena Hinata jauh berbeda dari sebelumnya sekarang terlihat lebih modis dan cantik. Kata-kata itu membuat Hinata merona karena pujian yang tiba-tiba. Naruto berbicara begitu banyak seperti berbicara dengan seorang teman yang sebenarnya dia ajak bicara dalam kehidupan sehari-harinya, Hinata hanya mendengarkan dan menjawab semampunya, dia menjadi gugup sampai kebiasaan lama kembali berbicara tidak lancar lagi.
"Tadi aku benar-benar ingin merayumu. Kamu benar-benar membuat seorang pria ingin meminta nomormu, maksudku ya ampun, Hinata ternyata ini kamu, aku benar-benar kena jebakan," kata Naruto.
"Y-ya, ini aku..."
"Kamu sudah banyak berubah tapi, kamu masih selalu gugup berbicara denganku, ah, kamu pasti berkencan, di mana pacarmu? Dia tidak mungkin meninggalkanmu, kan? Kamu cantik seperti ini, teman kencanmu sangat bodoh, dia pergi meninggalkan kamu, beritahu aku siapa dia, akan aku pukuli nanti."
"Aku ti-"
"Tidak perlu takut padanya, aku pasti akan membantumu, tenang."
Cukup lama dalam percakapan itu Hinata akhirnya bisa menjelaskan bahwa dia tidak punya pacar seperti yang dipikirkan Naruto, Naruto meminta maaf karena dia berbicara omong kosong karena dia punya kebiasaan menarik kesimpulan terlalu cepat. Naruto awalnya ingin pergi ke kafe dan tidak sengaja melihat Hinata, Naruto berinisiatif untuk membawa Hinata ke kafe yang sebenarnya tadi sudah Hinata kunjungi sebelumnya.
Hinata mengabaikan apa yang mungkin memalukan dan akhirnya kembali ke kafe lagi bersama Naruto. Naruto mengaku butuh teman untuk curhat. Dia kembali dari luar negeri karena alasan cintanya. Hinata sudah menduga bahwa percakapan itu akan mengarah pada Sakura dan Sasuke. Hinata hanya bisa menekan jari telunjuknya dengan kuku ibu jarinya untuk melampiaskan amarahnya, Naruto tampak kecewa selama cerita dia mengaku bahwa dia telah berusaha banyak untuk membuat Sakura menerimanya, tetapi di mata Sakura, Naruto hanyalah seorang teman. lagi.
"Aku ingin menanyakan pendapatmu Hinata, aku atau Sasuke yang menurutmu lebih tampan?"
"I-itu, aku, kamu-"
"Ah, kamu ternyata menilai sama seperti para wanita lain, pasti mengira Sasuke lebih tampan dariku, kan?"
"T-tidak."
"Tidak?"
"Ahem, menurutku, kamu jauh lebih tampan dibandingkan dengan Sasuke."
"Sungguhan?!"
"Sungguh."
"Kamu tidak bohong, kamu tulus mengatakannya, kan!"
"Y-ya, aku tulus."
"Aku suka mendengarkan meskipun kamu sudah mencoba membohongiku untuk menghiburku, aku merasa sangat jelas aku tidak sebanding dengan Sasuke dalam hal penampilan," kata Naruto diakhiri dengan senyum lebar.
"A-aku sangat jujur kalau kamu lebih dari Sasuke, kamu jauh lebih tampan."
"Kamu sangat baik sehingga kamu tidak berubah sama sekali, kamu tidak perlu terlalu memaksakan dirimu."
"A-aku jujur m-karena bagiku, kamu yang paling tampan di mata...ku "
***
Author - Cerita ini gak jadi Kontrak, cerita Original karakter saja yang aku Kontrakin