ดาวน์โหลดแอป
70% (GRATIS!) Orang Ketiga di Pernikahanku / Chapter 7: 7. Perjodohan

บท 7: 7. Perjodohan

Sean menatap putrinya yang sedang berjalan menuruni anak tangga.

Malam ini Sheril mengenakan gaun berwarna salem membuat dirinya terlihat semakin manis. Rambut hitam legam miliknya dibiarkan terurai begitu saja.

Sean tersenyum teduh. Kenapa anak zaman sekarang cepat sekali dewasanya, sih? Padahal rasanya baru kemarin sore Sheril menangis berguling-guling di lantai meminta dibelikan sepeda. Tapi kini dia tumbuh menjadi gadis cantik jelita.

Sesampainya di ruang makan Sheril mengacak rambut adiknya dengan gemas. "Jayden sekarang sudah besar!"

Merasa malu diperlakukan seperti itu, Jayden buru-buru menepis tangan kakaknya.

"Apa, sih!" gerutu Jayden membuat Sheril terkekeh.

Astaga, adiknya ini galak sekali seperti Mamanya. Sheril, kan, rindu sekali dengan dirinya. Ia sudah bertahun-tahun tidak pulang ke rumah karena sibuk menyelesaikan study-nya di luar negeri tapi Jayden masih saja bersikap dingin kepadanya. Padahal kalau sedang video call dengan Mama Jayden sering ikutan nimbrung dan bertanya kepadanya 'Kapan Kakak pulang?'

"Emang kamu nggak kangen sama kakak yang cantik ini?" goda Sheril lagi.

Jayden berdecih, kemudian membuang muka ke samping membuat Sheril terkekeh. Sheril yakin anak kelas tiga SMP ini bibit cowok cool yang kelak digilai banyak wanita di luar sana.

"Judes banget, sih, jadi cowok. Kakak tebak pasti gebetan kamu di sekolahan keburu diambil orang, ya?"

Pipi Jayden memerah mendengarnya.

"Pergi sana! Udah gede masih aja kayak bocah!" gerutu Jayden.

"Jayden!" Sean yang semula diam saja kini angkat suara. Menatap tajam ke arah Jayden, memperingatkan kalau jangan bicara seperti itu kepada kakaknya.

Jayden semakin merengut. Papanya memang selalu membela kakaknya. Kalau dengan dirinya saja Papa bersikap tegas, tapi kalau dengan Kak Sheril Papa selalu lembut.

"Udah kalian jangan berantem mulu. Buruan dimakan." April melerai keduanya. Dasar anak-anak. Kalau bertemu selalu bertengkar, tapi kalau jauh saling rindu. Mungkin inilah peribahasa jauh bau mawar, dekat bau tai. Tapi meski begitu, sebenarnya mereka saling sayang satu sama lain.

Sean mengambil beberapa makanan lalu menaruhnya ke atas piring Sheril, menyuruhnya untuk menghabiskannya.

"Hari ini makan malamnya, kok, banyak banget, Ma?" tanya Sheril ketika melihat porsi makanan yang tersaji di atas meja lebih banyak dari hari biasanya.

Sheril bertanya-tanya dalam hati apakah hari ini adalah hari sepesial dan Sheril melupakannya? Contohnya seperti ulang tahun Jayden? atau kalau tidak hari jadi Mama dan Papa? Terlebih tadi sebelum turun ke bawah Mama meminta dirinya untuk berdandan secantik mungkin serta mengenakan pakaian paling bagus yang ia punya.

"Iya. Kita lagi ngerayain kepulangan kamu," bohong April. Jelas saja itu bukan alasan utama kenapa dia dan suaminya mengadakan acara makan malam sepesial ini.

Sheril acuh, ia melanjutkan menyantap makanannya lagi.

Ketika sedang asyik makanan, bel rumah mereka berbunyi. Pembantu April dengan sigap membukakan pintu untuk tamu yang datang.

Sheril mengerjab. Ternyata keluarga Tante Anha dan Om Hamkan yang datang berkunjung. Katanya mereka mampir setelah menghadiri acara di dekat sini.

Namun ada satu hal yang menyita perhatian Sheril. Di belakang Om Hamkan dan Tante Anha terlihat Kak Ais, Kak Aim dan Kak Kalila yang ternyata juga ikut datang ke mari.

Memang dari dulu keluarga Tante Anha dan keluarganya sangat dekat. Bahkan Sheril juga pernah mendengar kalau sebelum menikah dengan Mama, Papa sudah mengenal keluarga Tante Anha.

"Sheril apa kabar? Sekarang kamu udah gede, ya. Cantik banget lagi. Padahal dulu waktu kecil kamu sering main ke rumah Tante dan nyicipin kue buatannya Tante," Anha menangkup wajah Sheril yang bersemu merah lantaran dipuji cantik.

"Sheril baik, kok, Tante," jawab Sheril malu-malu.

"Ayo silakan duduk."

Mama mempersilakan mereka untuk ikut makan bersama.

"Saya senang kita bisa kumpul lagi seperti ini," ucap Om Hamkan berbasa-basi mencairkan suasana.

"Saya juga. Pokoknya kalian semua nggak boleh pulang sebelum kenyang, Hahaha."

Papa tertawa, keduanya membahas segala hal namun Sheril tidak terlalu peduli dengan topik pembicaraan orang dewasa. Perhatiannya saat ini hanya tertuju pada Kak Ais yang duduk di kursi depannya.

Kak Ais terlihat tampan dengan balutan kemeja berwarna putih yang lengannya digulung sampai sesiku. Dua kancing bagian atas dibiarkannya terbuka membuat Kak Ais semakin menggoda, serta otot lengan yang terlihat samar. Hanya melihatnya saja sudah membuat Sheril berpikir yang tidak-tidak.

Sebenarnya Kak Aim juga tampan. Orang dia copy paste-annya Kak Ais. Tapi Sheril lebih menyukai Kak Ais karena Kak Aim itu playboy! Ceweknya di mana-mana! Tukang gombal! Ah, dan masih banyak lagi pokoknya.

Terlebih bukannya kebanyakan wanita menyukak lelaki seperti Kak Ais yang dingin dan cuek, ya. Tipe seperti itu lebih membuat wanita merasa penasaran.

Sheril menggigit bibir bagian bawahnya. Ia ingin menanyakan bagaimana kabar Kak Ais? Sheril juga ingin mengajak Kak Ais, Kak Aim dan Kak Kalila jalan-jalan minggu depan tapi kenyataannya Sheril tidak berani. Nyalinya tidak sebesar itu. Padahal dulu ketika mereka bertiga masih kecil Sheril selalu menempel pada Kak Ais dan Kak Aim. Sekarang setelah besar mereka saling malu.

"Kedip Sheril!" Kalila menyikut pelan lengan Sheril membuat Sheril malu karena ketahuan memperhatikan Kak Ais.

Kalila tersenyum. Dia memang mengetahui kalau Sheril memiliki perasaan kepada Kakaknya. Tapi mereka terjerat cinta segitiga. Maka dari itu demi menjaga perasaan Kakaknya nomor dua--yang ternyata juga memiliki perasaan kepada Sheril meskipun Sheril tidak peka--Kalila bersikap biasa saja seolah ia tidak tahu apa-apa.

"Oh, iya. Kedatangan kami kemari hendak membahas tentang hal itu."

Sheril mengunyah makanannya sambil menyimak ucapan Om Hamkan.

Membahas apa memangnya?

Sampai saat ini Sheril belum paham apa yang sebenarnya terjadi.

"Ya, udah kalau gitu mari kita tanyakan aja ke anaknya langsung."

Hamkan mengangguk. "Oh, iya, Nak Sheril. Kalau seumpama Om Hamkan minta kamu jadi anak gadisnya Om dan Tante. Kamu mau nggak?" tanya Hamkan kepada Sheril.

Sheril menghentikan gerakan mengunyahnya.

"Maksudnya?"

Sheril berpikir sejenak. Anak Om Hamkan, kan, tiga orang yaitu Kak Ais, Kak Aim, dan Kak Kalila. Lalu, kenapa pula tadi Om Hamkan mengatakan hal itu kepada dirinya? Apa jangan-jangan ia hendak diangkat menjadi anak oleh keluarga Om Hamkan?

Hamkan terkekeh melihat wajah polos Sheril.

"Maksud Om... Kamu mau, ya, nikah sama salah satu anak Om biar kamu bisa jadi anak Om juga," ucapan Hamkan barusan membuat Sheril, Ais, Aim dan Kalila terkejut karena yang tahu hal ini hanya para orang tua.

Sheril menelan ludah. A-apa dia tidak salah dengar?!

Sean mengangguk kepadanya. Mau Ais atau Aim, Sean tidak masalah. Keduanya sama-sama anak baik dan tidak pernah neko-neko.

"Om Hamkan lagi bercanda, kan?" tanya Sheril yang masih tidak percaya dengan ini semua. Maksudnya Om Hamkan sedang menjodohkannya?

Om Hamkan pun melanjutkan ucapannya kembali. "Om nggak lagi bercanda, Sheril. Om pengin ngejodohin kamu sama AIS."

Seketika, mata Ais membola. Ia terkejut bukan main. Saking terkejutnya sampai-sampai tanpa Ais sadari ia berdiri dari posisi duduknya membuat semua orang yang berada di ruang menatap ke arahnya.

A-apa?

Sheril hendak dinikahkan dengannya?!

Bahkan tidak perlu berpikir dua kali pun dalam hati Ais langsung menolak mentah-mentah Sheril yang hendak dinikahkan dengannya.

Karena sebenarnya....

Ais sudah mencintai seseorang pilihannya sendiri.

Dan tentunya....

Orang itu bukanlah Sheril.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ