Mysha berjalan dikoridor sekolahnya. Ia menundukan
kepalanya. Ia sangat tegang melewati deretan lelaki kece disepanjang kursi. Sedangkan dia sendiri hanya cewek cupu yang dibenci banyak orang.
"Ehh ada cewek gila nih !!"
Seru Hiro dengan senyum penuh kebencian. Serentak hampir sederetan lelaki disebelahnya ikut menyauti ucapan Hiro dengan kesetujuan yang penuh.
"Heh pendek !, sini lo !"
itu menghentikan langkah kaki Mysha.
Hiro melipat tangan nya, lalu mengintip sedikit kebelakang tas nya dengan tangan yang ikut serta jelalatan merogoh sesuatu yang tak pernah ada.
Seperti biasa Hiro mengulurkan tangannya dan meminta botol minum merah yang ada ditas Mysha.
"Gue haus !"
Mysha dengan senyum terpaksa, langsung memberika botol minumnya. Terpaksa hari ini dia berpuasa. Pagi tadi dia sengaja langsung berangkat tanpa berkata sepatahpun kepada orang tuanya. Telinganya sudah panas mendengar ocehan pedas dari kedua orang tuanya. Hiro langsung menenggak air yang ada dibotol Mysha tanpa ada rasa tega.
Bahkan Hiro tak berterima kasih sedikitpun.
Tania yang duduk disebelah Hiro berdiri dan memberikan sebungkus makanan pedas. Tunggu, apa ini ?. Mengapa ia mengulurkan tangannya dengan sebungkus makanan ?.
Apakah Tania sedang berbuat kebaikan untuk kali pertamanya ?.
"Nih buat lo !"
Mysha hanya terdiam memikirkan tingkah Tania. Tak biasanya ia memberikan makanan. Apa dia bersimpati pada Mysha ?.
"Jangan diem aja bego !, makan ! Gue mau liat.."
Bentak Tania dengan mata melotot. Spontan Mysha mengambil makanan itu dengan tergesa - gesa.
Disisi lain Hiro yang tengah duduk disamping Tania hanya menunggu klimaks dari pembulian Tania saja.
Hiro tahu tak mungkin Tania memberi makanan untuk kebaikan semata. Pasti ia akan menyelipkan kejahilan yang amat dasyat di sela - sela snack kering itu. Hiro hanya menatap dengan seksama seraya memainkan botol minum Mysha.
"Gue dah kasih lo tu makanan. Sekarang lo harus makan disini sampe abis !"
Mysha mengernyitkan keningnya. Ia tak mengerti sama sekali apa yang dimaksud Tania. Mengapa seperti itu ?.
"Itu sebuah syarat !. Bengong aja terus.."
Beberapa kali Mysha memainkan kukunya guna melepas ketakutan yang amat luar biasa.
Saat hendak makan snack itu didepan mereka, Mysha melihat bungkus makanan yang bertuliskan super pedas level 15.
Tulisan itu membuat Mysha berkeringat dingin. Jangan - jangan Hiro mengambil botol minum nya untuk ini ?. Mysha tak biasa memakan makanan pedas. Bahkan ia sungkan untuk melahap secuil makanan yang diselimuti saus.
Ditambah ia tidak memiliki uang saku sepeser pun.
Sial. Mysha, seorang gadis yang merupakan haters saus kini harus melahap makanan pedas tanpa setetes air pun.
Kerja keras Tania sukses membuat Mysha menelan saliva nya berkali - kali. Sedangkan Hiro yang mulai mengerti dengan kelakuan Tania hanya tersenyum penuh kemenangan.
"Makan cepet !"
Tania mendorong bahu Mysha dengan kencang sampai membuat nya mundur beberapa langkah.
Mysha kembali merundukan kepalanya. Ia lebih memilih berpuasa 1 hari dari pada harus memakan snack pedas tanpa air.
Tanpa disadari sedaritadi mahasiswa baru bernama Andrea Suca tengah mengintip kelakuan Tania dari balik kaca jendela ruang kepala sekolah. Memang jarak nya cukup jauh, memang Andrea tak bisa melihatnya dengan jelas. Tapi dia masih bisa mengetahui apa saja yang dilakukan Tania dan Hiro kepada Mysha.
"Jadi jam pelajaran nya dimulai jam 9 untuk hari ini ya, Andre.."
Ucap kepala sekolah membuat pandangan Andrea teralihkan.
Mysha dengan terpaksa memakan snack kering itu dengan perlahan seraya berdo'a dalam hatinya.
Baru saja 3 butir rasa perih sudah merajai lidah Mysha dengan sempurna dan sukses membuatnya berkeringat.
Ada - ada saja. Masih aja ada orang yang memakan makanan sepedas ini. Pedas hanya menyiksa lidah dengan tanpa manfaat.
Disisi lain mereka berdua hanya tersenyum dan menikmati pertunjukan penyiksaan Mysha Mayashari dengan snack kering yang amat pedasnya.
***
Entah berapa banyak yang telah dia telan. Tapi keringat nya sudah mengguyur habis - habisan tubunya. Rasanya ingin sekali dia memukul Tania.
Mysha berkali - kali menyekat keringatnya yang mengalir dikeningnya.
Dengan begitu tawa mereka berdua semakin menjadi - jadi.
Persetan dengan snack ini !. Mysha sudah tidak dapat mengonsumsi nya lagi. Segini saja sudah sangat banyak untuk ukuran Mysha.
"Udah ya.. Aku dah nggak kuat.."
Mysha sangat kuwalahan menahan pedasnya makanan ini. Lambung nya sudah tak sanggup
Matanya sudah berkunang - kunang.
"Hi.. Hiro.. Bo..Boleh minta minumnya?."
Pinta Mysha terbata. Ia benar - benar tak sanggup lagi.
"Lo udah gue kasih makanan, masih aja gk bersyukur?."
Cekal Tania. Dengan wajah cemberut dia membuka tas nya dan mengambil beberap bungkus snack yang sama.
"Abisin semua tuh !"
Tania melempar bungkus itu kearah Mysha.
Cukup. Mysha tak mungkin menghabiskan ini semua, 1 bungkus saja dia belum bisa menghabiskannya.
Mysha sedikitpun tak menghiraukan perkataan Tania. Kondisi tubuh nya sangat tak menentu. Bisa jadi ia jatuh sakit setelah hari itu.
Tampak Mysha memegang perut nya yang amat perih. Sepertinya tak seharusnya ia melahap snack pedas sebanyak itu. Tapi semua telah terjadi, lagi pula ia tak mungkin membantah perkataan Tania.
Hatinya terlalu kecil untuk ber- adu.
Itu sukses membuat Hiro terheran dan mengangkat kedua alisnya.
Sedangkan Tania berdiri dengan penuh amarah.
Persetan, akting gadis cupu ini tak mungkin membuat Hiro terheran - heran. Apa bila gadis cupu ini bekerja sebagai aktor, dijamin ia akan dicap sebagai aktor bawal 100%.
"Heh !. Gak usah drama lo "
Tania mendorong Mysha dengan kencang. Mengapa Tania setega ini. Mengapa dia beraninya melakukan ini. Tak sepatutnya Mysha diberlakukan seperti ini.
"Apa ?.. Mau minum ?"
Spontan Tania menyambar botol minum yang ada ditangan Hiro dan langsung menyiramkannya kekepala Mysha.
Mysha yang tahu dirinya tengah disiksa hanya terdiam seribu bahasa seraya memegang perutnya yang amat perih.
"Udah ??.. Udah gak pedes kan ?"
Sindir Tania dilanjutkan dengan tawa jahat yang penuh antusias.
Ini sudah benar - benar keterlaluan.
Bagaimana ini, baju Mysha basah dengan air.
Ia tak membawa pakaian ganti lagi. Pakaian nya sudah tak layak untuk dipakai. Bisa - bisa dia jatuh sakit.
Tubuhnya tak menentu. Antara pedas dengan dingin bercampur aduk.
Persetan dengan mereka berdua, Mysha langsung lari begitu saja tanpa memikirkan ocehan mereka.
Ini sudah benar - benar keterlaluan.
Mysha lebih baik tertohok omongan dari pada fisik. Fisik nya sangat lemah. Tapi jangan sekali - kali remehkan hatinya. Hati merah mudanya sangat tegar, anti banting. Disisi lain hatinya sangat lembut dalam bersikap.
Seolah - olah dewa tengah menjaga mutiara nan indah di dalam dada.
Seperti mutiara sendiri. Mutiara sangat mahal untuk didapatkan, jadi tahu sendiri kan ?. Seharusnya sangat susah untuk mendapatkan hati lembut milik Mysha.
Sesungguhnya mereka tak ingin memperlakukan Mysha seperti ini. Dulu Mysha merupakan bintang disekolah ini. Tapi semenjak naik ke kelas 2. Ia jadi berubah 180°. Ia anti sosial. Seiring berjalan nya waktu ia juga semakin mengubah penampilan nya.
Ia tampak sering menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. Ia juga sering menggunakan Jamper dan menundukan kepalanya saat berjalan dimanapun dan kapanpun.
Mereka semua memandang Mysha sebagai gadis cantik yang lahir di keluarga yang melimpah harta. Tapi mereka tak mengetahui apa yang benar - benar terjadi dikeluarganya.
Keluarganya benar - benar kritis. Esa yang merupakan ayah Mysha adalah seorang pejudi. Dia juga memiliki banyak kelompok preman yang patuh padanya.
...
Tampak Andrea Hirata yang tengah duduk dibangku kelas seraya membaca novel - novelnya.
"Hey.. Lo siswa baru disini ?"
Hiro menepuk pundak Andre dan duduk dibangku sebelahnya. Andre spontan langsung menutup novelnya dan memasukan nya kedalam laci.
Andre yang masih agak canggung hanya mengangkat kedua alisnya. Ia masih sangat baru disini lebih tepatnya disini dalam arti yang lebih besar. Ya, Ia pindahan dari Jakarta. Ia hanya terdiam seraya mengikuti alur percakapan. Ia harus berhati - hati, ia tak tahu sikap orang - orang dikota ini.
Sangat bahaya kalau salah bicara.
"Ehh.. Lo mending gabung geng kita aja bro.."
Ucap Tania penuh penekanan. Disisi lain Hiro yang tengah merangkul menatap Andre seraya memainkan kedua alisnya.
Mereka berdua sangat antusias mengajak Andrea untuk gabung. Sebagai siswa baru ia masih terganjal bila menolaknya. Hatinya sangat tidak enak untuk menyekal ajakan mereka.
Sial. Tak ada pilihan lain, Andrea tak mungkin ikutan geng seperti ini. Ini merupakan kali pertamanya Andrea gabung dalam geng. Hatinya campur aduk antar 'ya' dan 'tidak'.
"Nanti gue school tour - in deh.."
Mendengar perkataan Hiro, Andrea langsung menganggukan kepala seraya tersenyum senang.
Hiro melihat itu langsung menepuk pahanya dan terlonjak - lonjak penuh kemenangan.
"Nahh.. Gitu !"
Dengan semringah.
Ini terdengar gila bahkan Andrea belum mengenal namanya. Apakah ini memang takdirnya.
***
Sesuai dengan janji. Hiro mengajak keliling Andre mulai dari kantin, ruang olahraga sampai ke ruang TU.
Ini sedikit canggung. Hiro merangkul layaknya sahabat kepada Andrea. Sepertinya Hiro adalah orang yang baik.
"Ini kantin nya... Lo mau jajan gak ?"
Ucap Hiro seraya memainkan kedua alisnya.
Sejujurnya Andrea masih terlalu kenyang. Tapi mengapa makanan disekolah biasa seperti ini bisa menarik napsu makan nya ?.
Ini tidak akan jadi masalah besar bila hanya memakan beberapa makanan ringan.
"Boleh lah."
Setelah membeli beberapa makanan ringan Andrea dan Hiro duduk dimeja kantin.
"Ehh.. Lo harus tau satu hal !"
Ucap Hiro sembari mengunyah makanan nya yang dimulut.
"Liat tuh cewek. Lo jangan sampe temenan ama dia, dia itu orang gila."
Hiro menunjuk Mysha yang tengah terduduk asik membaca sebuah buku yang tak tampak jelas.
Tampak Mysha menggunakan seragam basah.
Memang benar sih kata Hiro, sedari tadi Andre lihatin Mysha. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menganggap keberadaan Mysha.
Malah mereka terlihat menjauhi perempuan itu.
Sempat terbesit kata 'gila' di kepala Andre saat melihat gadis yang berseragam basah. Itu tak wajar. Lagian mengapa ia menggunakan pakaian basah. Apa dia tidak membawa ganti.
Seketika Andre mengangkat kedua alisnya seolah - olah tak percaya dengan perkataan Hiro. Baginya perkataan Hiro hanyalah sindiran semata. Tak sepatutnya ia mengatai seseorang dengan kata 'gila' hanya karena ia dijauhi oleh siswa - siswi lainya.
"Gak percaya lo ?, sana lo coba aja ajak ngomong. Gue yakin lo nyerah."
Ucap Hiro seraya tertawa pelan meremehkan Andre.
Baiklah. Ini adalah tantangan kecil untuk Andre. Sekalian menambah teman. Lagian apa susah nya berbincang dengan perempuan itu. Belikan dia seragam yang kering di koperasi, dengan sendirinya perempuan itu akan mendekat layaknya magnet.
"Oke"
Balas Andre dengan semringah.
Andre langsung bergegas membeli seragam wanita di koperasi. Beruntung, ayah nya merupakan orang kaya. Ia bisa melakukan apapun bahkan ia bisa membeli seorang wanita.
Ia melangkah mendekati Mysha dengan sepasang seragam yang ia sembunyikan didalam tasnya.
Ia sangat percaya, bahwasanya Mysha akan menerima dengan girang pemberian Andre.
Disisi lain Hiro melihat Andre yang benar - benar niat. Ia terheran. Seberapa kaya tuh anak sampe bela -belain beli seragam segala, batin Hiro diselimuti rasa iri yang cukup besar.
AAndre.menjawil pundak Mysha dan sukses menghentikan Mysha yang tengah asik membaca sebuah novel.
Mysha mendongakan kepalanya dan menatap bingung Andre, seorang lelaki tampan nan kaya yang tengah berada didepan nya.
Mysha yang menyadarinya langsung berdiri dan pergi meninggalkan Andre.
Spontan Andre terheran. Hah ?. Apa ini. Apa ini artinya ditolak sebelum menembak ?.
Andre tak percaya, jaman sekarang masih ada perempuan seperti Mysha.
"Tunggu.."
Ucapan Andre mentah - mentah tak dianggap oleh Mysha yang tengah berjalan semakin jauh.
Andre langsung mengejar Mysha yang mengarah ke perpustakaan sekolah.
"Tunggu dulu.. Kenapa ?.. Aku salah apa ??.."
Mysha hanya membisu dan tak mendengarkan ocehan Andre. Langkah Mysha terhentikan, ia terlonjak kaget ketika Andre mahasiswa baru yang ia tak kenal dengan beraninya memegang tangan nya yang kecil itu.
Mysha melotot melihat Andre. Tuk kali pertamanya
Seorang lelaki berani memegang tangannya secara terang - terangan didepan publik.
Wajah nya memerah seperti kepiting rebus, ini benar - benar pengalaman pertamanya.
Mysha langsung melepaskan tangan Andre dan berlari sekencang mungkin.
Andre hanya terdiam. Dari tampang wajah Mysha yang tiba - tiba memerah, apakah dia sudah keterlaluan ?.
Apakah dia membuat malu Mysha ?.
Ia tidak mengejar Mysha, ia hanya pasrah terheran - heran. Jantung nya berdeguk kencang saat itu juga. Ini kali pertamanya ia ditolak seorang wanita.