Selepas kepergian wanita itu, Andra terduduk lesu di atas sofa. Dipandanginya kue coklat dengan sedikit hiasan tersebut di atas meja, kue yang tercipta dari kedua tangan milik istrinya. Sedangkan tak jauh dari sana, sebuah jam tangan sebagai hadiah teronggok begitu saja, tak dipedulikan kehadirannya.
Pria itu menghela napas panjang sambil menyandarkan punggung, wajahnya mengarah ke atas langit-langit, kedua mata itu terbuka dengan sorotnya yang lemah.
"Apa aku salah?" gumamnya.
Brak!
Pintu itu ditutup dengan kasar, Andine buru-buru menguncinya rapat dan bergegas mengempaskan tubuh di atas tempat tidurnya yang empuk. Air matanya sudah meleleh membasahi kedua pipi, ia sesenggukan di balik bantal yang menutupi wajahnya.
Dadanya terasa sesak, dan semakin sesak ketika ia harus meredam suara tangis yang seharusnya dikeluarkan. Gadis itu merutuki diri sendiri, menyalahkan dirinya sendiri, padahal itu adalah reaksi dari kecewanya hati yang diakibatkan oleh perlakuan sang suami.