Pada tiap-tiap momen berat yang ku rasakan, aku kerap kali membuka kotak berisi barang-barang pemberian Bimo dulu, menatapnya dan mengusap setiap bagiannya dengan kenangan yang terputar di kepalaku. Bagaimana senyum hangatnya, bagaimana tawa lepasnya, bagaimana kerling usilnya, juga bagaimana pelukan hangatnya yang menenangkan ku dikala aku susah.
Tak jarang aku menangis tanpa suara, sendirian dikamarku yang remang sebab lampu yang sudah ku matikan. Mendekap erat hoodie miliknya, berharap ada seidikit harum tubuhnya disana, meski aku tau itu mustahil. Kalau aku boleh bilang, aku sangat rindu padanya, begitu rindu sampai mau mati rasanya.
Tidak ada satupun kawanku yang tau soal kabarnya, katanya dia menghilang begitu saja setelah waktu itu. Sosial media juga dia tak pernah punya sebab beberapa kawanku sempat mencoba melacaknya, tapi nihil. Ngomong-ngomong, aku masih sering kali berkomunikasi dengan kawan-kawan SMA ku dulu, hanya saja jarang bertemu.