Bbbzzztt ... bbzztt ... ponselku bergetar, tanda panggilan masuk. Kurogoh benda itu di dalam tas, lalu menilik si penelpon, sedikit berdebar aku kala melihat nama Sari tertera di layar ponselku.
Ya Tuhan ... aku harus bilang apa?
Aku kemudiana berdiri, sedikit menjauh dari kakak dan ibunya Akbar untuk menerima telepon Sari.
"Halo, Sar?" sapaku ragu.
"Halo, Ray! Kamu dimana?"
"A-aku ... eeuuhh ... aku di ...."
"Di rumah sakit? Akbar gimana? Tadi Dwi ngabarin aku kalo Akbar tabrakan pas abis nganter aku pulang, hiks."
Ternyata dia sudah tau, berat sekali hatiku bicara padanya sekarang, aku tidak suka memberi tahu kabar tidak menyenangkan kepada sahabatku sendiri. Tidak tega.
"Ekhem ... eeuuhh ... Ak-Akbar, lagi ditangani di IGD Sar, kamu gak usah khawatir, mudah-mudahan dia gak pa-pa."
"Raaay ... kamu serius kan? Perasaanku gak enak Ray." terisak dia sambil bicara, aku sungguh tidak tega untuk bilang kalau aku juga tidak tau bagaimana kondisi Akbar sekarang.