Baixar aplicativo
8.14% Theodor Obsession / Chapter 33: Two Men

Capítulo 33: Two Men

Pagi hari yang cerah mulai menyapa dengan cahaya matahari. 

"Kaila sayang, bangun yuk," kata Theodor sambil mengusap lembut pipi Kaila yang sangat mulus.

"Hmm," deham Kaila dengan mata tertutup.

Kaila yang masih enggan untuk membuka mata membalikan badan dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Kamu mau sekolah enggak hari ini?" tanya Theodor.

Seketika mata Kaila terbuka dan dia langsung bangkit dari ranjang.

"Theo, seragam aku gimana?" tanya Kaila.

Theodor melangkahkan kaki menuju lemari. Dia mengambil seragam Kaila dari dalam lemari.

"Kok bisa ada di lemari? Kamu tadi pulang?" tanya Kaila.

"Enggak, aku kan selalu siapin apa yang kami perlukan," jawab Theodor.

"Okelah, terima kasih," balas Kaila.

Kaila berjalan menuju kamar mandi dengan selimut yang masih menutupi tubuh dia sambil membawa seragamnya.

"Kamu menggemaskan sekali," gumam Theodor.

Theodor menggeleng-gelengkan kepala melihat Kaila yang begitu menggemaskan.

"Aku Ingin sekali segera menikah dengan kamu, Kaila sayang," gumam Theodor.

Theodor yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya melangkahkan kaki menuju ruang makan. Di sana sudah ada sarapan pagi yang sudah disiapkan pelayan.

"Selamat pagi, Tuan," sapa Inem.

"Pagi, Bi Inem. Apa kabar?" tanya Theodor.

"Baik, Tuan," jawab Inem.

Theodor melihat jam yang sudah menunjukkan waktunya untuk mereka sarapan dulu berjalan menuju kamar. Dia membuka pintu kamar dan langsung disapa teriakan Kaila yang belum memakai apa pun.

"Shsst, tenang," kata Theodor sambil menutup pintu dan membekap mulut Kaila.

"Apaan sih, Theo?" kata Kaila saat bekapannya dilepas. 

"Kamu teriak-teriak nanti bi Inem kira aku apa-apain kamu terus lapor ke mama," balas Theodor.

"Yee, mana aku tahu ada orang lain di apartemen," kata Kaila cekikikan.

Theodor menatap Kaila yang masih berbalut handuk. "Kamu ini pagi-pagi mau mancing aku, belum morning kiss lagi," goda Theodor membelai lembut bibir Kaila dengan jarinya.

"Theodor, stop. Iihh, jangan macam-macam," tegur Kaila.

"Bagaimana kalau sebelum sarapan aku sarapan kamu dulu?" tanya Theodor.

"Enggak ya, Theodor. Aku enggak mau," jawab Kaila. Dia tahu Theodor akan melakukan apa.

Semalam saja Kaila sudah dibuat melayang. Kalau pagi ini juga, bisa-bisa dia enggak fokus nanti.

"Aku suka sekali melihat wajah dia yang menggemaskan," gumam Theodor.

Theodor terkekeh dan membiarkan Kaila memakai seragam dan dalamnya juga. 

"Ayo kita ke ruang makan," kata Theodor.

Mereka berdua keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Di sana sudah ada Inem yang menyambut kehadiran mereka berdua.

"Pagi, Bi Inem," kata Kaila.

Theodor mendudukkan diri di kursi, lalu dia memakan waffle kesukaannya yang dipadukan bacon dan sosis dan untuk minumannya jus jeruk.

"Ayo dimakan, Kaila. Aku jamin kamu menyukai," kata Theodor pada Kaila.

Mereka memakan sarapan mereka dengan nikmat. Setelah selesai sarapan mereka melangkahkan kaki menuju mobil.

"Tuan, kita ke sekolah sekarang?" tanya Noah.

"Iya," jawab Theodor.

Perlahan mobil itu mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah Theodor dan Kaila.

"Aku nanti mau pulang ke rumah," kata Kaila.

"Iya. Nanti kita juga harus pergi fitting baju iadi kita diminta ke butik sepulang sekolah," balas Theodor.

"Oh, baiklah," kata Kaila.

Tidak lama mobil yang ditumpangi mereka berhenti di lobby sekolah. Kaila dan Theodor keluar dari mobil setelah pintu dibukakan oleh Noah.

"Makasih, Noah," kata Kaila.

Kaila melangkahkan kaki masuk ke sekolah diikuti oleh Theodor yang merangkul pinggang dia posesif. Dia hari ini sangat bahagia melihat Theodor lebih baik dari sebelumnya.

"Kamu masuk ke kelas," kata Theodor. 

Theodor mengecup kening Kaila sebelum Kaila masuk ke kelas. Dia benar-benar tergila-gila dengan Kaila.

"Semoga dia tidak akan berkhianat lagi," gumam Theodor.

Theodor tersenyum saat Kaila duduk dengan teman-temannya. Setelah yakin Kaila sudah aman, dia pergi ke kelas.

"Kaila, tuh ada pengganggu," kata Theodor.

Kaila yang sedang tertawa bersama Christine, Margaretha dan Nora melirik ke samping. Sudah ada Richard berdiri di sana.

"Kaila," kata Richard menggenggam tangan Kaila.

Christine melongo melihat Richard menggenggam tangan Kaila, tapi tiba-tiba Kaila melepaskan tangan Richard.

"Apaan sih lu pegang-pegang tangan gue?!" teriak Kaila.

"Kaila dengerin dulu. Aku dijebak sama Laila. Sumpah aku tidak pernah melakukan itu sama Laila," mohon Richard.

"Oh gitu. Kalau gue udah pernah sama Theodor mau apa lu? Sekarang pergi jauh-jauh sana," Kaila ketus sambil menggerakkan tangan dia mengusir Richard.

"Gila-gila. Udah, Richard. Jangan permalukan diri lu di sini," ejek Nora.

"Iya balik sana ke kelas. Lu bentar lagi udah mau lulus jadi jangan ganggu adik kelas aja, tapi belajar sana," kata Margaretha.

"Dengerin gue dulu, Kaila. Semua ini tidak benar dan gue yakin ini rencana Theodor juga. Percaya sama gue, Kaila. Please kita bicara berdua dulu ya kata Richard dengan tatapan memohon.

"Lebih baik lu keluar. Gue sama Theodor udah mau bertunangan, jangan ganggu ganggu gue," balas Kaila.

"Kaila, aku mohon jangan bertunangan dengannya. Aku sangat menyukai dan mencintai kamu," kata Richard.

tiba-tiba guru datang membuat Kaila langsung menghempaskan tangan Richard.

"Nanti sepulang sekolah atau istirahat aku akan menemui kamu lagi," kata Richard.

"Terserah," balas  Kaila ketus.

Richard menyapa guru sekaligus pamit untuk keluar dari kelas.

"Si Richard suka sama lu banget tuh," kata Christine.

Di tempat duduk tidak jauh dari posisi mereka, seorang perempuan mengepalkan tangannya.

"Hahaha, Laila, Laila kalah saing lu sama keluarga Abraham. Guh anak gadisnya sedang diincar dua pria," ejek Patricia terbahak-bahak.

"Iya-iya lu mah enggak ada seujung kukunya," kata Adisa.

"Udah ,udah, belajar dong. Nanti kebakaran jenggot kalau kita kalau enggak bisa," tegur Anggun.

para murid belajar dengan konsentrasi yang tinggi hingga tanpa sadar jam istirahat tiba. Kaila yang tidak mempunyai ponsel mendengus kesal. 

"Gue ke tolilet dulu ya, kebelet. Tungguin gue di kantin ajah," kata Kaila pada teman-temannya.

"Sip," balas semua teman-temannya kalian berbarengan.

Kaila melangkahkan kaki menuju toilet untuk buang air kecil. Setelah selesai dengan urusannya, Kaila keluar dari toilet.

Bugh

Tiba-tiba sebuah tubuh kokoh menabrak Kaila. Dia berusaha bangkit dari jatuhnya lalu menunjuk pria yang ada di hadapam dia saat ini.

"Aduh, lu nih enggak punya mata apa sampai enggak lihat kalau ada orang lewat!" teriak Kaila.

 Kaila," panggil pria itu.

Suara yang sangat familiar terdengar di telinga Kaila membuat dia reflek menatap dengan tatapan kesal ke arah pria itu.

"Lu ngapain lagi sih?!" teriak Kaila.

"Aku mau bicara sama kamu sebentar saja, Kaila. Please," pinta Richard. 

Kaila melihat ke sana kemari. "Oke, tapi ingat cuma lima menit tidak lebih," kat Kaila ketus.

"Oke, Kaila. Aku janji, kita mau bicara di mana?" tanya Richard.

"Di taman belakang sekolah aja, lebih aman," jawab Kaila.

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju taman belakang. Sampai di sana, mereka duduk berdampingan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C33
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login