Universitas Rotteo, Kota Sierra
Siang itu hari terasa panas sekali sementara Cristan tengah duduk dengan santainya di dalam ruangan Professor Roberto. Sambil setengah berbaring di atas sofa, Cristan menguap dengan malas. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari itu dan salah satu alasan kenapa ia berada di dalam ruangan professor senior itu adalah untuk menghindari kejaran dari para wanita yang selalu memburunya setiap kali kelas bimbingannya selesai. Baik adik kelas maupun dosen-dosen wanita, semuanya sama saja. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menempel erat padanya. Bahkan, dengan santainya, Cristan dulu seringkali berganti-ganti pasangan hampir setiap hari untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tapi kini ia mulai jenuh dan muak dengan semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya. Jadi, sekarang, ruangan ini adalah tempat pelariannya yang paling aman untuk ia beristirahat siang saat ini. Lagipula, ia adalah asisten pembimbing Professor Roberto, salah satu pengajar paling senior dan disegani di Universitas Rotteo.
"Jadi? Mau sampai kapan kamu bersikap kekanakan begini?"
Sebuah suara menegurnya dengan halus dari arah samping. Cristan lalu menengok dengan malas ke arah asal suara. Seorang pria berumur sekitar empat puluhan tengah menatapnya dengan wajah serius dari balik tumpukan buku dan dokumen tesis tebal di atas mejanya.
Cristan tidak menjawab pertanyaan tersebut, ia malah memejamkan matanya dan bersiul santai sambil menikmati dinginnya ruangan ber-AC tersebut. Melihat hal tersebut, Profesor Roberto hanya bisa menghela nafas dengan berat hati.
"Arina pasti akan sedih sekali melihatmu seperti ini. Dulu, sebelum kematiannya, kau hanya tinggal selangkah lagi menuju sidang akhir dan menyelesaikan kuliahmu. Sekarang, kerjaanmu hanya tidur-tiduran dan sibuk merayu bocah-bocah perempuan yang masih lugu."
"Jangan sebut-sebut nama ibuku seperti itu…"
Cristan tiba-tiba membalas ucapan Profesor Roberto dengan nada ketus. Walaupun Profesor Roberto adalah sahabat dekat almarhum ibunya dan alasan Profesor untuk menjadikan Cristan sebagai salah satu asisten pembimbing mahasiswa adalah karena kejeniusannya di bidang sains dan amanat moral dari almarhum sahabatnya untuk menjaga Cristan setelah ia tiada. Terbukti, setelah Cristan membantunya sebagai seorang asisten pembimbing, beban kerjanya langsung berkurang setengah. Selain karena ia memang berwajah tampan, Cristan juga mampu menemukan beberapa solusi dan menjelaskan secara detail dari setiap proyek tugas yang dibebankan kepada semua mahasiswa bimbingan Profesor Roberto.
"Terus terang aku sangat berterima kasih dengan kehadiranmu sebagai salah satu dosen pembimbing di sini. Sayangnya, aku kuatir kalau waktu kuliahmu tidak akan lama lagi. Batas maksimal semua mahasiswa untuk berkuliah di Universitas Rotteo adalah 6 tahun dan kau sudah menundanya selama 2 tahun. Tahun ini akan menjadi tahun terakhirmu untuk menyelesaikan sidang atau pihak universitas akan….."
"Aku tahu…"
Cristan tiba-tiba bangun dari tidurnya dan memotong ceramah Profesor Roberto dengan sikap tenangnya. Ia lalu berdiri dan berjalan kea rah pintu keluar. Sebelum ia membuka pintu, Cristan lalu menoleh ke belakang sebentar dan berkata, "Terima kasih banyak untuk semua perhatianmu kepadaku. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu berada dalam masalah lagi…"
Selesai ia mengucapkan kalimat itu, Cristan lalu menghilang di balik pintu.
Profesor Roberto hanya bisa menatap kepergian murid kesayangannya tersebut dengan mata nanar. Lalu ia mendesah dengan nafas berat sekali lagi dan menenggelamkan dirinya dalam berbagai tumpukan dokumen di depannya.
......
Cristan baru saja berjalan beberapa langkah ketika tiba-tiba teleponnya berbunyi.
Rrrrrr…rrrrrr….
Ia segera mengankat dan menjawab teleponnya.
"Halo…"
"Tuan muda, ini aku, Jade…."
"Aku tahu, ada apa, Jade? Apa ada masalah di perusahaan?"
Cristan mencari sebuah sudut sepi untuk berbicara. Nada suaranya seperti berbisik dan terdengar sangat waspada.
"Itu…."
Suara Jade di seberang sana terdengar ragu-ragu sebentar sebelum ia kemudian melanjutkan.
"Tuan muda, apa kita bisa bertemu secepatnya?"
"Boleh, kita akan bertemu di tempat biasa satu jam dari sekarang…"
Klik! Telepon mereka terputus di saat bersamaan. Di saat yang sama, ekspresi muka Cristan berubah dingin dan kaku. Ia lalu bergegas menuju parkiran dan memacu sepeda motornya secepat mungkin.
......…
Café Bilbao, siang hari
Jade sudah menunggu di ruangan private ketika sosok Cristan melangkah masuk ke dalam ruangan yang sama. Ketika melihat Cristan, Jade segera berdiri dan menunduk hormat padanya.
"Tuan muda…"
Tanpa banyak bicara, Cristan langsung duduk di hadapannya sambil mempersilakan Jade untuk duduk kembali. Aura yang ditampilkannya sekarang bukanlah seorang pemuda urakan tapi aura seorang pewaris tahta kerajaan bisnis media Levi Corp.
"Langsung pada tujuan saja. Kenapa kau meneleponku?"
"Ini…."
Jade mengeluarkan beberapa foto, hasil rekap medis dan beberapa dokumen perusahaan di hadapannya. Cristan lalu memeriksa semua data yang diberikan oleh Jade dengan teliti. Raut wajahnya terlihat datar dan kaku tanpa ekspresi sama sekali.
"Aku sudah mengumpulkan semua bukti, data dan dokumen yang tuan minta sejak peristiwa kecelakaan yang menimpa nyonya 2 tahun yang lalu. Anda benar, semuanya ternyata sudah direncanakan dengan sangat teliti bahkan semua pihak yang terlibat dalam peristiwa kecelakaan pun langsung dihabisi seketika itu juga supaya tidak ada bukti yang tersisa. Sulit sekali untuk melacak dalang dibalik peristiwa nahas yang menimpa nyonya. Baru sekarang saya bisa mengumpulkan semuanya dan membawanya ke depan anda."
Cristan tak bergeming. Tidak ada perubahan dalam ekspresi wajahnya. Raut mukanya tetap datar tanpa ada sedikitpun emosi yang terlihat di sana.
"Nyonya bukan meninggal karena kecelakaan. Ini adalah pembunuhan berencana…"
"Kau sudah dapat petunjuk siapa pelakunya?"
Jade mengangguk. "Kemungkinan besar orang itu adalah Tante Wanda, sekretaris pribadi nyonya sendiri."
"Bagaimana dengan bukti-buktinya?"
"Kami sedang melacak eksekutornya. Tapi orang ini sangat professional dan licin sekali. Ia beberapa kali berpindah tempat tinggal dan seringkali menggunakan nama samaran…"
Cristan lalu menyerahkan bukti-bukti itu kembali kepada Jade dan menyalakan rokoknya.
"Ada lagi yang perlu kau sampaikan?"
Jade mengangguk. "Akhir-akhir ini Tante Wanda sedang tertarik dengan dunia entertainment dan menjadi investor dari sebuah majalah fashion yang sedang ngetop saat ini."
"Ok, namanya?"
"Fashion Blast…"
wew... makin seru yak...
Ternyata Arissa dan Jojo kerja di perusahaan rivalnya Cristan, gaiss... kira-kira ntar reaksi Cristan gimana ya?
Makin penasaran?
Baca terus yaa?
Jangan lupa untuk kirim komentar, review, rating, kado... biar author yang atu ini makin semangat yaaa....
Thanks a lot!!!
XOXOXO