Baixar aplicativo
35.29% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 100: Penyusup 2

Capítulo 100: Penyusup 2

Gunung Konton, di Kuil Chaos.

Sementara hutan di bawah pegunungan menjadi medan pertempuran, gunung ini masih memiliki suasana yang tenang dan nyaman. Gunung Konton masih menjadi yang terbesar di antara pegunungan lainnya dan masih gunung yang menjulang dengan kokoh.

Patung batu yang menjadi titik formasi susunan Rebirth Divine Beast Array, dengan masing-masing patung itu merupakan acuan yang berada di setiap sisi kuil, dan itu berupa patung binatang buas.

Empat patung Binatang Ilahi bersinar terang dengan warnanya masing-masing dan itu sedikit bergetar.

Siluet binatang buas terlihat melayang di atas kuil. Itu adalah Empat Binatang Suci.

Hanya saja...

Mereka terlihat kecil dan lucu.

Yah, mereka masih bayi dan dalam tahapan penyesuaian diri.

Grr!

Masing-masing dari mereka terlihat tidak senang saat kedamaian tempat ini diganggu.

Walaupun mereka tidur dalam ketenangan, sebenarnya mereka berusaha mengumpulkan energi magis dari udara sekitar untuk memberi makan embrio di inti gunung serta memperkuat Vena Naga yang di tanam Asheel sebelumnya.

Saat pengasingannya diganggu hanya karena beberapa serangga, mereka menggeram dengan marah.

Swoosh! Swoosh! Swoosh!

Empat dari mereka melesat menurut arah mata angin masing-masing.

Salah satu dari mereka adalah seekor Harimau Putih seukuran anjing yang lucu dengan bulu halus. Garis-garis hitamnya begitu sempurna seperti rune yang diukir pada tubuhnya.

Dia melesat dan menyatu ke dalam kabut, bermanuver melewati pepohonan rimbun, mengabaikan kentang goreng kecil karena mereka akan diurus oleh prajurit bayangan milik Pencipta-nya.

Saat matanya mengawasi hutan dibawahnya, dia menemukan seekor makhluk aneh yang mampu menghancurkan sebagian prajurit bayangan milik Tuannya.

Grr!

Dia menggeram dan menunjukkan taringnya. Kakinya dengan gesit bermanuver di kehampaan, menginjak udara dan berlari menembus angin serta mengabaikan kabut tebal yang seharusnya mengaburkan pandangannya.

Matanya akhirnya dengan jelas menatap makhluk aneh itu.

Makhluk itu sebagian besar memiliki penampilan humanoid, dengan pengecualian bahwa mereka tidak memiliki kepala dan fitur wajah mereka berada di dada mereka. Makhluk itu juga memiliki mulut besar yang lebar dan seberkas panjang rambut merah muda yang berasal dari atas kepala mereka. Di bagian dahi terdapat tanda merah berbentuk bulan sabit terhadap bulan yang memudar, membentuk pola x.

Dia adalah Dahaaka, salah satu anggota Six Knight of Black, yang juga salah satu orang yang memimpin penyerangan ini.

Tapi entah bagaimana rencana mereka malah tidak berjalan dengan baik karena kelompoknya beserta dengan semua pasukannya telah memasuki perangkap musuh yang sangat menjengkelkan.

Kabut tebal ini sangat aneh karena bisa mengelabuhi matanya, sementara prajurit hitam yang terus menyerangnya seperti tidak terpengaruh oleh kabut ini.

"Ahh, sangat menjengkelkan! Akan kuhancurkan kamu semua pecundang!"

Tubuhnya bergerak dengan gesit saat setiap serangan yang dia berikan akan menghancurkan prajurit bayangan.

"Voltaic Whip!"

Dia mengibaskan kepalanya ke samping hingga membentang secara horizontal, dan dengan ukuran tubuhnya, rambut panjang di kepalanya mampu mengenai prajurit hitam yang mengelilinginya.

Bzz!

Bzz!

Rambut panjang itu memiliki daya hancur yang kuat karena petir dan kilat merambat melalui rambut-rambutnya. Itu akan meledakkan prajurit bayangan yang terkena serangannya.

Tapi yang tidak dia tahu, prajurit bayangan itu akan terus beregenerasi tidak peduli seberapa besar kerusakan yang diterimanya. Proses pemulihan itu tidak dia diketahui karena terdapat kabut penghalang yang menghalangi aksi regenerasi mereka.

Di matanya, prajurit bayangan akan terus menerus datang dengan jumlahnya yang sangat banyak. Mereka juga sangat gigih dan ulet, terlihat tidak takut akan kematian yang menjadikannya sangat merepotkan.

Walaupun masing-masing dari mereka hanyalah sekuat Iblis kelas rendah, tapi iblis kelas rendah itu merupakan ancaman nyata bagi umat manusia karena setiap Iblis kelas rendah mampu menghancurkan sebuah kota atau desa dengan mudah. Dahaaka mampu menangani mereka semua, tapi tidak selamanya karena dia juga butuh tenaga untuk bergerak.

Melihat prajurit bayangan yang terus datang melalui kabut, dia menggertakkan diri dan sudah mulai lelah. Tubuhnya terus bergerak di setiap detiknya, karena jika dia menghela nafas sebentar saja, sebuah tebasan akan datang dari para prajurit bayangan.

"Ahh, sangat menyebalkan!"

Dahaaka merentangkan tangannya lebar-lebar, benar-benar mengabaikan para musuhnya yang melompat dan akan menebasnya.

"Thunder Carnival!"

Rentetan bola listrik terus bermunculan dari tubuhnya dan mengenai musuh yang akan menyerangnya.

BAM! BAM! BAM!

Dia menurunkan lengannya tapi tidak berani untuk melonggarkan kewaspadaannya.

"Aku harus segera pergi dari tempat terkutuk ini."

Melalui penjelajahan hutan berkabut sebelumnya, dia mengetahui jika pasukan Iblis kelas rendah yang kelompoknya bawa telah dibantai oleh para prajurit bayangan.

Saat dia akan melangkah pergi, tiba-tiba matanya menjadi linglung.

Krauk!

Suara robekan dan cabikan bisa terdengar dari balik tubuhnya. Satu mata yang tersisa membelalak dan ekspresi anehnya berubah menjadi teror.

Sebagian tubuh bagian atasnya telah menghilang!

Karena wajahnya berada di bagian tengah tubuhnya, dia berhasil selamat dari serangan kritis. Dia bahkan tidak merasakan apa-apa dan pada detik berikutnya, separuh tubuhnya menghilang, hanya menyisakan satu mata dan mulut di wajah yang berada pada tubuhnya.

Sebagian bibir dan giginya juga robek, meneteskan banyak darah hijau yang mengalir seperti genangan air.

"Aarrghhh--!"

Dahaaka bahkan tidak bisa berteriak dengan benar saat mulutnya kesulitan bahkan untuk berbicara. Matanya yang tersisa satu mencoba melirik monster apa yang telah mencabik sebagian tubuhnya.

Dia sedikit terkejut saat melihat hewan lucu di depannya. Bulu putih dan garis hitam, wajah imut dan kekanak-kanakan.

Itu adalah anak Harimau Putih.

Keberadaannya terasa tidak membawa ancaman apapun, tapi dia tahu jika si kecil inilah yang telah menyerangnya sebelumnya karena harimau itu sedang menelan sebagian tubuhnya dengan mulut kecilnya.

Mata Byakko akhirnya menoleh ke makhluk aneh itu.

Grr!

Itu segera melompat lagi dan menerkamnya, mengunyah semua bagian tubuhnya yang tersisa, dan hanya menyisakan tulang belulang dan daging berserakan yang ditinggalkan di tanah.

Byakko segera pergi setelah bersendawa. Walaupun daging pertamanya rasanya sangat tidak enak di mulutnya, tetap saja dia kenyang setelah memakan semua makanannya.

Dia melesat pergi lagi dan mencari target kuat berikutnya. Setelah berkeliling untuk beberapa saat, dia akhirnya menemukan suatu pertempuran sengit di sana.

Seorang pria berkulit abu-abu menebas beberapa kali pada ksatria hitam, dan yang terakhir tumbang setelah serangan itu.

Pria itu langsung pergi setelah berhasil mengalahkan musuhnya.

Grr!

Byakko menggeram dan segera mengejar Bellion.

...

Pekik!

Suzaku mengeluarkan suara merdunya saat tubuhnya mengeluarkan api abadi. Sosoknya seperti bintang dalam kabut tebal ini.

Berkobar!

Setiap kepakan sayapnya akan membawa suhu matahari yang sangat panas. Akibatnya, kabut mendidih dan menguap, dengan setiap gesekannya mengeluarkan suara mendesis.

"No Fire! No Fire! Body Cold!" Singa humanoid yang memegang tongkat sihir terus melambai-lambaikan tangannya.

Setiap gerakannya diusahakan secara maksimal, dia merapal mantra berturut-turut untuk memblokir api dan mendinginkan suhu tubuhnya.

"Sialan, ini adalah momen terburuk dalam hidupku!" Dia mengutuk saat baju besi es-nya mencair dalam sekejap. "Aku akan mati dehidrasi jika terus begini, tapi..."

"...Derocchio-sama ini tidak akan membiarkannya!" Dia mencoba untuk berpose bahkan didalam situasi hidup dan mati.

Dia segera menyulap air untuk membasahi tenggorokannya yang mengering. Hanya dengan berdiri di kabut panas ini, darahnya pun memanas dan terasa akan mendidih.

Singa humanoid itu adalah Derocchio, salah seorang Six Knight of Black. Sebelumnya dia adalah orang yang menuntun rekan kelompoknya yang lain untuk menyerang Kuil Langit, tempat tinggal keturunan para Celestial atau keturunan Klan Dewi.

Derrochio memiliki penampilan menyerupai singa antropomorfik berotot. Di wajahnya, terdapat tanda merah di mata kirinya, dan bulu coklat melingkari kepalanya. Dia juga memegang tongkat penyihir.

Pertarungan antara Derocchio dan Suzaku membuat sebagian hutan gundul karena terbakar. Udara terasa kering dan singa antropomorfik itu kesulitan bernapas. Tidak ada benda yang mengandung zat cair lagi di tempat ini.

"Ice Storm!" Mengangkat tongkatnya ke langit, Derocchio segera mengeluarkan sihirnya.

Suzaku yang terbang mengelilingi singa berkaki dua itu tiba-tiba merasa kedingan.

Clap!

Tubuhnya diselimuti badai es dan karena itu dia kehilangan keseimbangan.

Saat tubuhnya jatuh di udara, dia langsung mengepakkan sayapnya hingga mengembang.

Seperti kembang api merah, es menguap seketika. Itu mengepakkan sayapnya lagi dengan marah dan menembakkan jarum api dari tubuhnya.

Wush!

Derocchio meletakkan tongkatnya ke depan dan juga menembakkan serangannya.

"Ice Meteo!"

Hujan pecahan es menabrak jarum api di udara dan bentrokan antara keduanya membuat suara mendesis karena proses penguapan.

"Ahh, tidak ada pilihan lain lagi!" Derocchio menggaruk bulunya dengan marah. Dia membuang tongkatnya dan mengencangkan otot lengannya.

BAM!

Ledakan otot terjadi di lengannya, dan itu berubah menjadi gelap dan mengembang. Hal yang sama juga terjadi di sepasang kakinya. Keempat anggota tubuh paling aktif berubah menjadi raksasa saat ukurannya saja menjadi tiga kali lipat dari ukuran tubuhnya sendiri.

Menghentakkan kakinya ke tanah, dia melompat dan menciptakan kawah kecil dari pijakan sebelumnya. Tubuhnya melesat ke langit saat sosoknya melintasi kabut dan dia segera berada di posisi yang sama dengan Burung Vermillion itu.

Kakinya menginjak udara dan melayang sambil menerjang badai api. Mengangkat tangannya, dia mengirimkan pukulan ke udara.

Wush!

Gelombang terkompresi muncul dari tinjunya dan terbang menuju Suzaku.

Itu mengenai Suzaku dam membuat tubuh apinya padam karena gelombang.

Melihat hal itu, Derocchio mengempiskan lengannya dan menghela nafas. Saat berniat akan pergi, instingnya tiba-tiba merasakan bahaya.

Bagaimanapun, Suzaku adalah perwujudan Phoenix. Tubuhnya terbuat dari api dan mampu meregenerasi dirinya tanpa batas. Dia juga tidak bisa mati karena jiwanya adalah jiwa Ilahi.

Suzaku yang berada di langit yang lebih tinggi mengepakkan sayapnya beberapa kali. Setiap kepakan akan menghasilkan badai angin yang mampu memperkuat apinya.

Woosh! Woosh! Woosh!

Segera, badai api dahsyat terjadi di hutan itu dan membakar semua pohon dan kabut. Langit berwarna merah dan udara bahkan menguap, yang efeknya bahkan memengaruhi ruang dan waktu saat waktu melambat karena panasnya suhu.

Itu membakar sebagian hutan dan pegunungan!

Untunglah serangan ini hanya domain kecil yang hanya akan menghanguskan hutan dalam beberapa mil saja. Tapi jarak itu sudah sangat luas mengingat badai api raksasa yang menembus langit.

Derocchio yang terperangkap dalam badai api bahkan tidak bisa bereaksi saat tubuhnya menguap seketika dan terbang menjadi abu.

Pekik!

Meninggalkan kehancuran yang dia tinggalkan, Suzaku berkicau sebelum terbang pergi, berniat mencari mangsa lain. Dia bahkan dengan sombongnya tidak melirik dua kali ke arah debu Derocchio yang terbang terhempas angin.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C100
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login