Kabut awan masih menyelimuti tubuh Namara seperti dinding yang tak tertembus oleh apa pun. Dia memutuskan untuk duduk di tanah dan mengeluarkan botol porselen yang berisi cairan ajaib buatannya.
Dengan cepat dia segera meminumnya untuk mengembalikan energi. Namun, sepertinya dia sudah terlalu keras memaksakan diri. Tubuhnya sudah terlalu lelah dan lemah. Cairan itu sama sekali tidak bisa membantu.
Akhirnya dia menutup matanya sejenak. Dia menunggu selama beberapa saat sampai akhirnya anak panah mulai surut.
Pandangannya tiba-tiba berkunang. Dia tidak bisa mempertahankan kesadarannya lagi. Darahnya sudah keluar begitu banyak dan tubuhnya langsung ambruk di tanah.
Tiaria berlari memasuki halaman belakang. Dia melihat ribuan anak panah yang sudah menyelimuti halaman belakang kediamannya. Itu jumlah yang terlampau banyak. Bahkan dia sedikit bergidik memikirkannya. Sepertinya kali ini dia sedikit keterlaluan.