Baixar aplicativo
18.94% The Dangerous Love Zone / Chapter 36: The Dangerous Love Zone - 33

Capítulo 36: The Dangerous Love Zone - 33

Kleneng!

Semua pasang mata para anggota gangster yang hari ini bekerja di kafe langsung mengarah pada pintu kafe. Mereka pun memberikan salam pada beberapa pelanggan yang baru saja datang.

"Selamat datang di boys flower kafe."

Naoki yang sedang meracik minuman untuk pelanggan, menolehkan kepalanya untuk melihat jam yang menggantung di dinding dekat meja kasir.

Kazunari yang sedari tadi memperhatikan Naoki terus menolehkan kepalanya kearah jam dinding mengerutkan dahinya heran.

"Nao-san, sedari tadi aku perhatikan kau terus memperhatikan jam. Apa kau sedang memiliki janji dengan seseorang hari ini?" Tanya Kazunari setelah dirinya selesai meracik minuman untuk pelanggan dan memberikannya kepada Fumio.

Naoki yang juga baru saja selesai meracik minuman untuk pelanggan mengusap tengkuk lehernya sebentar. Dirinya tidak menyangka jika Kazunari memperhatikan dirinya yang terus melihat kerah jam dinding.

"Ah, ya. Hari ini aku memiliki janji dengan seseorang, maka dari itu aku terus memperhatikan jam." Jawab Naoki yang dibalas anggukan kepala oleh Kazunari.

"Pantas saja. Karena tidak biasanya kau terus memperhatikan jam, Nao-san."

Naoki terkekeh pelan. "Maaf, aku pasti mengganggu mu ya, Kazu-kun?"

Kazunari yang mendengar pertanyaan Naoki langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, aku sama sekali tidak merasa terganngu. Hanya saja aku sedikit merasa heran tadi."

Helaan nafas lega Naoki hembuskan. "Syukurlah, aku khawatir jika kau akan merasa terganggu karena ku."

"Tidak sama sekali. Tapi sepertinya janji yang kau miliki hari ini terlihat cukup penting. Raut wajahmu terlihat sedikit gugup hari ini."

Naoki terdiam sesaat mendengar perkataan Kazunari. Dirinya melirikan mata kearah kanan dan kiri untuk memperhatikan suasana sekitar, sebelum dirinya berjalan sedikit mendekat kepada Kazunari.

Kazunari yang melihat Naoki mengawasi sekitr mereka sebelum berjalan mendekat kearahnya, mengerutkan dahi heran. Dirinya menduga, sepertinya apa yang akan di katakan oleh Naoki saat ini cukup rahasia.

"Sebenarnya, malam ini aku memiliki janji dengan orangtua ku untuk bertemu dengan salah satu kenalan mereka."

Kazunari terdiam sesaat mencerna maksud dari yang dikatakan oleh Naoki.

"Ekhm, Nao-san. Maksudmu, nanti malam kau akan dijodohkan dengan anak salah satu kenalan kedua orangtua mu?" Tanya Kazunari yang membuat Naoki membulatkan matanya terkejut lalu meletakan jari telunjuk di depan bibirnya.

"Sssshh, pelankan suaramu. Aku tidak ingin yang lain mengetahui perihal ini."

Kazunari langsung menutup bibirnya rapat-rapat dan menganggukan kepala cepat.

"Lagi pula ini masih belum pasti. Hanya saja kedua orangtua ku belakangan ini sangat gencar menyuruhku melakukan pendekatan dengan putri dari beberapa kenala mereka." Bisik Naoki yang lagi, dibalas anggukan kepala oleh Kazunari.

Kazunari tidak merasa heran jika kedua orangtua Naoki saat ini tengah gencar melakukan perjodohan kepada pria itu, mengingat usia pria tersebut diatas dirinya.

"Tetapi apa kau sendiri saat ini sudah memiliki kekasih? Mungkin jika kau sudah memiliki kekasih, kau bisa membicarakannya dengan kedua orangtua mu, agar mereka tidak gencar melakukan perjodohan." Tanya Kazunari yang membuat Naoki menghela nafas panjang.

"Jika aku sudah memiliki kekasih, kedua orangtua ku pasti tidak akan gencar menjodohkan ku dengan kenalan mereka, Kazu-kun."

Dalam diam Kazunari membernarkan apa yang dikatakan oleh Naoki.

"Ya, mau tidak mau saat ini kau harus mengikuti apa yang disarankan oleh kedua orangtua mu Nao-san. Lagi pula malam ini kita juga sedang tidak memiliki jadwal bukan? Juza-san dan Goshi-kun belum juga kembali dari perjalanan bisnisnya."

Naoki menganggukan kepalanya pelan. "Ya, kau benar. Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti apa yang disarankan oleh kedua orangtua ku."

Kazunari terdiam sesaat, sebelum sebuah pertanyaan aneh muncul didalam kepalanya. "Ehm, Nao-san. Apa aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?"

Sebelah alis Naoki terangkat keatas, menatap Kazunari heran. "Tentu, tidak seperti biasanya jika kau ingin bertanya suatu hal, meminta izin terlebih dulu padaku."

Kazunari menganggukan kepalanya pelan dan kini dirinya perlahan berjalan mendekat pada Naoki.

Naoki yang melihat Kazunari semakin mendekatkan diri padanya pun, berpendapat jika Kazunari ingin bertanya mengenai hal yang cukup serius.

"Nao-san, kau masih tetarik dengan wanita bukan hingga saat ini?"

Kedua bola mata Naoki membulat terkejut mendengar pertanyaan Kazunari yang dilayangkan kepadanya.

"Ya tentu saja! Aku masih tertarik dengan wanita! Pertanyaan mu sangat aneh sekali Kazu-kun."

Kazunari menganggukan kepalanya dalam diam, lalu menjentikan jari. "Baguslah kalau begitu! Awalnya aku sempat heran melihat kau yang sudah berumur tetapi belum juga memiliki seorang kekasih. Ku kira kau penyuka sesama jenis dan tertarik dengan salah satu dari kita. Tapi syukurlah jika kau masih menyukai wanita."

Naoki merasakan sebuah perempatan muncul dikeningnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kazunari. "Hei, hei, hei, boca. Lidah mu sangat lancang sekali ya."

Kazunari mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk victori. "Piis, aku kan hanya menduga saja, Nao-san."

Helaan nafas panjang Naoki hembuskan. "Tapi tetap saja. Meskipun seandainya aku menyukai sesama jenis, apa itu bermasalah untuk mu Kazu-kun?"

Kazunari terdiam sesaat memikirkan beberapa hal sebelum dirinya menjawab pertanyaan Naoki. "Ehm, menurutku ya tidak masalah. Tetapi pandangan orang lain pasti akan berbeda. Kemungkinan besar orang-orang diluar sana pasti akan menganggapnya aneh dan tidak wajar."

"Ya, jika kita memikirkan tanggapan orang lain pasti tidak akan ada habisnya. Meski kau tidak mengencani sesama jenis pun, mereka pasti akan tetap memiliki tanggapan sendiri. Semisal kau mengencani wanita yang memiliki usia diatas mu, mereka pasti akan tetap membicarakanmu dan memiliki tanggapan aneh terhadap mu." Ujar Naoki yang membuat Kazunari terdiam.

"Jadi, Nao-san. Apa menurutmu pribadi jika menyukai sesama jenis itu tidak masalah?" Tanya Kazunari menatap Naoki. Namun tatapan Kazunari terpecah saat dirinya melihat Hiro yang baru saja keluar dari dalam dapur.

"Ya, menurutku pribadi itu tidak masalah. Asalkan saling menyukai, mencintai, dan menyangi saja. Lagi pula yang menjalin hubungan juga mereka, buka aku." Jawab Naoki sambil mengangkat kedua bahunya.

Kazunari menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah kalau begitu. Senang berkonsultasi dengan mu Nao-san. Kalau begitu aku ingin ke toilet sebentar."

Naoki menaikan sebelah alisnya melihat Kazunari yang pergi meninggalkannya. "Tidak biasanya anak itu mengucapkan terimakasih setelah bertanya."

***

Flip.

Azami yang baru saja keluar dari dalam mobil, terus memperhatikan ponselnya yang tengah mencoba menghubungi Tenma.

"Azami-sama. Silahkan lewat sini."

Azami yang namanya di panggil pun menolehkan kepalanya kearah seorang pria berbadan besar dan berbalutkan jas hitam, menganggukan kepalanya pelan dan mengikuti arahan pria tersebut meski dirinya sedikit merasa jengkel saat ini.

Helaan nafas panjang Azami hembuskan saat dirinya gagal menghubungi Tenma. Kini dirinya pun mencoba untuk mencari nama kontak lain untuk dirinya hubungi.

Azami memilih untuk mencoba menghubungi Daichi saat ini. Dirinya berharap jika pria tersebut mengangkat panggilannya. Karena dirinya sudah mencoba menghubungi Tenma, Julian, Kuroo dan Toshiro, tetapi tidak satupun dari mereka yang mengangkat panggilannya.

Seulas senyum terpatri di wajah Azami saat melihat Daichi menjawab panggilannya.

"Hallo? Daichi-san?"

'Ya Azami-kun. Apa kau sudah selesai mengurus keperluan mu di kampus?'

Azami berdeham merespon perkataan Daichi. "Ehm, ya. Aku sudah selesai mengurus keperluan ku di kampus."

'Syukurlah, lalu apa saat ini kau sedang dalam perjalanan pulang?'

Azami terdiam sesaat, dirinya melirikan kedua bola matanya memperhatikan sekitar. Dimana saat ini dirinya berada disebuah hotel di Tokyo bersama dengan lima orang pria berbadan besar dan berjas hitam di sekitarnya. Membuat dirinya menjadi pusat perhatian para tamu hotel.

"Daichi-san, sepertinya malam ini aku tidak akan pulang."

'Apa? Kenapa? Apa kau terlibat masalah?'

Azami dapat mendengar nada khwatir dari pertanyaan Daichi yang dilayangkan kepadanya.

"Azami-sama, silahkan masuk. Kami akan mengantarkan anda keruang pertemuan keluarga Fur-

"Ah tidak Daichi-san! Hanya saja hari ini kakek ku ingin kembali menemui ku. Dia bilang ada beberapa hal yang ingin dibicarakan olehnya." Jawab Azami menjawab pertanyaan Daichi sekaligus memotong perkataan salah seorang pria berbadan besar yang hampir saja menyebutkan nama keluarganya yang sebenarnya.

Jika Daichi sampai mendengar nama keluarganya yang sebenarnya, maka tamatlah dirinya para anggota gangster akan mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

Sedangkan itu Azami menatap tajam pria berbadan besar yang tadi berbicara kepadanya.

'Ah begitu rupanya. Apa aku harus memberitahukan Yu-chan jika kau sedang bertemu dengan kakek akalian?'

"Ah jangan. Bilang padanya jika aku pergi menemui teman lamaku untuk membahas projek desain baru di Tokyo. Aku tidak ingin dia tahu."

Azami dapat mendengar Daichi berdeham disebarang sana.

'Baiklah, aku tidak akan memberitahu Yu-chan.'

"Terimakasih Daichi-san. Maaf jika aku merepotkan mu."

'Bukan masalah Azami-kun.'

Ting!

"Azami-sama, silahkan. Tuan besar, para paman, bibi dan sepupu anda sudah menunggu di dalam ruangan."

Azami menghela nafasnya dalam.

"Daichi-san, aku tutup dulu sambungannya."

'Ehm, apa kau baik-baik saja Azami-kun?'

Azami terdiam sesaat mendengar pertanyaan Daichi.

"Ya. Nanti aku akan menghubungi mu lagi Daichi-san."

Setelahnya Azami pun memutuskan sambungan telepon secara sepihak, lalu memasukan ponselnya kedalam saku celana jeans.

"Apa mereka semua datang?" Tanya Azami pada salah seorang pria berjas hitam dengan sorot mata datar.

Pria berjas itu pun menganggukan kepalanya pelan. "Ya, tuan besar, para paman, bibi dan sepupu anda sudah berada didalam ruangan."

Azami kembali menghela nafas dalam, sebelum dirinya membuka pintu ruangan vvip yang ada di hadapannya


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C36
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login