Baixar aplicativo
10.52% The Dangerous Love Zone / Chapter 20: The Dangerous Love Zone - 17

Capítulo 20: The Dangerous Love Zone - 17

"Azami-kun, apa kau sudah memutuskan ingin mendaftarkan Yuri-chan disekolah mana?"

Azami yang sedang menyemprotkan air pada tanaman yang tergantung di lantai dua kafe, menolehkan kepalanya kearah Goshi yang baru saja keluar dari ruangan milik Juza.

"Ah, Goshi-san. Aku sudah memilihkan beberapa sekolah dan hari sabtu nanti, aku dan Yu-chan akan pergi untuk mengunjungi sekolah-sekolah tersebut."

Goshi menganggukan kepalanya. "Jika aku tidak salah ingat, ada sekolah dasar yang berada tidak jauh dari rumah dan kafe."

"Ya, kau benar Goshi-san. Jika Yu-chan merasa nyaman saat kita melihat nanti, maka aku akan mendaftarkannya di sekolah itu."

Goshi kembali menganggukan kepalanya. "Hari sabtu nanti, kenapa kamu tidak mengajukan cuti saja Azami-kun? Jika kau mengajukan kerja hanya setengah hari, bukankah itu sangat disayangkan? Kau dan Yuri-chan tidak bisa berlama-lama mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah kau pilih."

Azami yang menendengar perkataan Goshi terdiam sesaat. "Apa aku dibolehkan untuk mengambil cuti, Goshi-san?"

"Tentu saja Azami-kun. Di kafe ini tidak ada larangan untuk mengambil cuti. Lagi pula, kami yang bekerja disini juga tidak masuk full dalam satu minggu bukan?"

"Ehm, benarkah? Aku tidak menyadarinya."

Goshi terkekeh mendengar perkataan Azami. "Ya. Jadi hari sabtu nanti kau ambil saja cuti mu."

Azami menganggukan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan oleh Goshi. Setelahnya Goshi dan Azami pun ekmbali pada pekerjaan mereka masing-masing.

"Ugh, karena kita tidak kedatangan model lagi, tingkat keramaian kafe jadi seperti biasa." Keluh Haruko sambil merenggangkan persendiannya.

"Kau ini, kafe terlalu ramai mengeluh, kafe tidak terlalu ramai juga mengeluh. Dasar tidak tahu rasa bersyukur sama sekali." Omel Toshiro yang direspon cengiran tidak berdosa oleh Haruko.

"Bukannya seperti itu Shiro-san, hanya saja jika kafe tidak terlalu ramai aku akan mulai merasa bosan."

Toshiro menaikan sebelah alisnya. "Jika kau merasa bosan, kenapa kau tidak membantu Azami-kun dan Daichi-kun merapihkan bahan baku yang baru datang kemarin? Sepertinya mereka berdua butuh bantuan satu orang lagi."

"Eh? Aku kira tadi Azami-kun pergi keluar."

Kerutan tercetak di dahi Toshiro. "Keluar? Tidak. Aku melihat Azami-kun dan Daichi-kun sedang merapihkan bahan baku di dapur."

Kini Toshiro dan Haruki saling melemparkan tatapan penuh menyelidik.

"Shiro-san, kapan kamu melihat Azami-kun sedang merapihkan bahan baku bersama Daichi-kun di dapur?"

Toshiro meletakan jari telunjuk dan ibu jarinya di bawah dagu. "Aku melihatnya sekitar dua puluh menit yang lalu, saat kau belum berada disini Haru-kun."

Kening Haruko mengerut. "Aku melihat Azami-kun pergi keluar saat aku sedang mengantarkan pesanan pada pelanggan. Berarti itu tidak lama sebelum aku datang kesini."

Toshiro dan Haruko kini kembali melayangkan tatapan pada satu sama lain.

"Tapi aku sama sekali tidak melihat Azami-kun keluar dari dapur." Sanggah Toshiro menatap Haruko dengan serius.

"Tapi aku benar-benar melihat Azami-kun pergi keluar, Shiro-san." Sanggah Haruko juga tidak ingin kalah.

Tenma yang baru saja keluar dari dapur dan mendengarkan perdebatan yang terjadi antara Toshiro dan Haruko pun berjalan menghampiri kedua rekannya tersebut.

"Shiro-san, Haru-kun. Kalian sedang memperdebatkan apa? Kelihatannya sangat serius sekali."

Toshiro dan Haruko yang menyadari Tenma datang menghampiri mereka pun, langsung melontarkan pertanyaan mereka perihal Azami.

"Tenma-kun, di dapur Daichi-kun sedang merapihkan stok bahan baku bersama Azami-kun bukan?" Tanya Toshiro yang membuat Tenma terdiam sesaat sebelum dirinya menggelengkan kepala.

"Tidak, Daichi-san merapihkan stok bahan baku di dapur seorang diri."

Haruko yang mendengar jawaban Tenma berseru senang. "Nah! Berarti aku benar Shiro-san, jika Azami-kun sedang pergi keluar kafe."

Toshiro yang merasa tidak setuju dengan perkataan Tenma pun memberikan sanggahan. "Itu tidak mungkin, tadi aku sangat yakin melihat Azami-kun masuk kedalam dapur untuk membantu Daichi-kun merapihkan stok bahan baku. Lalu sampai sekarang aku sama sekali belum melihat dirinya keluar dari dapur."

Tenma mengerutkan dahinya heran. "Tetapi sedari tadi yang ada di dapur hanya aku dan Daichi-san saja, tidak ada Azami."

Toshiro menyipitkan kedua matanya. "Tapi aku sangat yakin itu Azami-kun yang masuk kedalam dapur."

Haruko dan Tenma saling melayangkan tatapan pada satu sama lain. "Mungkin kau sedang kelelahan Shiro-san."

"Tidak, aku sama sekali tidak sedang kelelahan." Elak Toshiro yang membuat Tenma dan Haruko menghela nafas mereka.

Klining..

"Ah, kebetulan sekali. Tenma-san, Shiro-san, Haru-san, apa kalian ada yang melihat Azami-san? Diluar ada seseorang yang mencarinya." Tanya Reki yang baru saja masuk kedalam kafe menghampiri Tenma, Toshiro dan Haruko.

"Azami-kun sedang pergi keluar, Reki-kun." Jawab Haruko dengan penuh percaya diri.

Reki mengerutkan dahinya heran. "Pergi keluar? Mengapa aku tidak melihatnya sama sekali."

Bukan hanya Reki saja yang merasa heran, tetapi Toshiro, Tenma dan Haruko kini mengerutkan dahi mereka heran mendengar perkataan Reki.

"Ehm, Reki-kun. Kamu sudah berada di luar berapa lama?" Tanya Tenma mencoba memastikan.

"Aku berada di luar sejak kafe baru di buka. Hari ini aku mendapat giliran merawat tanaman di luar dan menyambut para pelanggan." Jawab Reki santai namun mampu membuat Haruko membulatkan matanya terkejut.

"T-tapi tadi aku melihat Azami-kun berjalan keluar." Elak Haruko yang membuat Tenma berdecak.

"Ada apa dengan hari ini. Shiro-san bilang dia melihat Azami-kun berjalan memasuki dapur untuk membantu Daichi-san merapihkan stok bahan baku. Tapi yang sebenarnya terjadi, didalam dapur hanya ada aku dan Daichi-san saja."

"Lalu sekarang, Haru-kun bilang dirinya melihat Azami-kun pergi keluar kafe. Tetapi Reki-kun yang bilang sejak kafe baru di buka sampai tadi dirinya berada diluar, sama sekali tidak melihat Azami-kun pergi keluar dari kafe."

Toshiro, Haruko, Reki dan Tenma kini saling melemparkan tatapan mereka pada satu sama lain dengan penuh serius.

Kuroo yang sedang berdiri di belakang meja kasir dan Julian yang sedang meracik minuman pesanan pelanggan mencoba untuk tidak memperdulikan apa yang sedang di debatkan oleh keempat rekannya tersebut. Meski sebenarnya mereka tahu dimana keberadaan Azami saat ini.

"Azami-kun, Terimakasih sudah membantu untuk merapihkan beberapa dokumen didalam ruang kerja ku dan niisan."

Tenma, Toshiro, Haruko dan Reki yang mendengar kata 'Azami' pun sontak langsung menolehkan kepala mereka keasal suara tersebut, dimana mereka melihat sosok Goshi dan Azami sedang berjalan menuruni anak tangga dari lantai dua.

Saat ini kerutan benar-benar tercetak di dahi Toshiro dan Haruko.

"Azami-kun!" Seru Toshiro dan Haruko bersamaan yang sontak membuat Tenma, Reki, Kuroo, Julian, Goshi dan terutama Azami yang namanya dipanggil tersentak kaget.

"Ya, Shiro-san, Haru-san. Ada apa?" Tanya Azami yang masih melangkahkan kakinya bersama Goshi menghampiri para rekan kerjanya yang sedang berkumpul di meja barista.

"Azami-kun, bukankah tadi kau sedang membantu Daichi-kun merapihkan stok bahan baku di dalam dapur? Kenapa sekarang kamu bisa berada di lantai dua bersama Goshi-kun? Kapan kau keluar dari dapur? Kenapa aku sama sekali tidak melihat mu keluar dari dapur?"

"Tidak, tidak! Tadi aku jelas-jelas melihat mu pergi keluar dari kafe. Tapi kenapa kamu bisa berada dilantai dua bersama Goshi-san? Kapan kamu kembali ke kafe dan pergi kelantai dua? Kenapa aku sama sekali tidak melihat mu masuk kembali ke kafe?"

Azami yang di lontarkan pertanyaan-pertanyaan oleh Toshiro dan Haruko, merasa bingung harus menjawab pertanyaan siapa terlebih dulu.

Goshi yang menyadari jika Azami kebingungan ingin menjawab pertanyaan siapa terlebih dulu antara Toshiro dan Haruko pun memilih membuka suara.

"Shiro-san, Haru-kun, ada apa ini? Kenapa kalian melemparkan banyak pertanyaan pada Azami-kun?"

Toshiro dan Haruko kini melemparkan tatapan pada satu sama lain, memberikan kode siapa diantara mereka yang terlebih dulu menjelaskan pada Goshi.

"Jadi begini Goshi-kun, tadi saat aku sedang meracik minuman pesanan pelanggan, aku melihat Azami-kun berjalan masuk kedalam dapur dan dia bilang ingin membantu Daichi-kun untuk merapihkan stok bahan baku yang baru datang kemarin. Tetapi Haruko-kun menyanggah dan bilang jika dirinya melihat Azami-kun berjalan keluar kafe, padahal aku sama sekali tidak melihat Azami-kun berjalan keluar dari dapur."

"Ya, aku melihat Azami-kun berjalan keluar kafe. Bahkan dia menyapa ku. Tetapi tadi Reki-kun bilang, dirinya sama sekali tidak melihat Azami-kun pergi keluar dari kafe, karena dia sejak kafe dibuka berada di luar untuk sift merawat tanaman diluar dan menyambut para pelanggan." Sambung Haruko melanjuti perkataan Toshiro.

"Ah, Tenma-kun juga berkata dirinya tidak melihat Azami-kun membantu Daichi-kun merapihkan stok bahan baku. Padahal jelas-jelas aku melihat Azami-kun berjalan masuk kedapur." Lanjut Toshiro menambahkan apa yang dikatakan Tenma tadi.

Goshi mengerutkan dahinya heran dan kini menolehkan kepalanya kearah Azami.

"Azami-kun, apa kau bisa menjelaskan pada Shrio-san, Haru-kun, Reki-kun dan Tenma-san? Sepertinya mereka saat ini benar-benar sedang membutuhkan penjelasan mu.

Azami melirikan matanya untuk melihat Toshiro, Haruko, Reki dan Tenma secara bergantian, lalu menganggukan kepalanya.

"Baiklah Goshi-san."

Kini Azami menolehkan kepalanya untuk mencari keberadaan Kuroo dan Julian.

Toshiro, Tenma, Haruko, Reki dan Goshi yang melihat Azami menolehkan kepalanya pun mengikuti kemana tatapan Azami terarah saat ini.

"Untuk lebih meyakinkan sepertinya membutuhkan Julian-kun dan Kuroo-kun juga, karena mereka yang melihat diriku keluar dari dapur dan juga kembali masuk kedala kafe." Ucap Azami menatap Toshiro, Tenma, Haruko, Reki dan Goshi bergantian.

"Baiklah, ku rasa ini tidak akan memakan waktu lama. Keadaan kafe juga sedang tidak terlalu ramai. Ah, apa kau juga membutuhkan Daichi-san untuk lebih meyakin kan?" Tanya Goshi yang langsung di respon anggukan kepala oleh Azami.

"Jika Goshi-san mengijinkan, itu akan lebih membantu."

Goshi pun menganggukan kepalanya lalu berjalan menuju dapur untuk memanggil Daichi. Sedangka itu Reki berjalan menghampiri Kuroo dan Julian.

Saat Daichi, Kuroo dan Julia sudah ikut berkumpul bersama, Azami kini menolehkan kepalanya kepada Daichi.

"Daichi-san, maaf jika menganggu pekerjaan mu. Aku hanya ingin meminta konfirmasi dari mu, ini tidak akan lama." Ucap Azami yang direspon anggukan kepala ole Daichi.

"Ya tidak masalah Azami-kun. Lagi pula pekerjaan ku sebentar lagi akan selesai."

Azami menghela nafas lega, lalu menganggukan kepalanya. "Daichi-san, jadi begini. Aku sebenarnya sedikit kurang memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Tapi aku hanya ingin mengkonfirmasi, jika tadi aku benar membantu mu untuk merapihkan stok persediaan bahan baku di dapur bukan?"

Daichi mengerutkan dahinya sesaat, sebelum menganggukan kepala. "Ya, tadi saat kau sedang menyemprotkan air pada tanaman gantung dilantai dua, aku meminta bantuan mu untuk ikut merapihkan beberapa persediaan bahan baku saat kau sudah menyelesaikan kegiatan mu. Lalu aku menyuruh mu untuk membelikan lem perekat agar beberapa persediaan bahan baku yang berada didalam karung tidak berhamburan keluar. Aku juga memberikan mu contoh perekat yang harus kau beli."

Azami menganggukan kepalanya. "Ya, jadi. Setelah aku menyemprotkan air pada tanaman gantung di lantai dua, aku langusung berjalan menuju dapur. Aku juga menyempatkan diri menjawab sapaan Shiro-san yang sedaang meracik minuman pesanan pelanggan. Lalu aku membantu Daichi-san merapihkan persediaan bahan baku di dapur. Tidak lama kemudian, Daichi-san menyuruhku untuk membeli lem perekat sesuai dengan contoh yang dirinya berikan padaku."

"Saat aku akan keluar dari dapur, aku tidak sengaja menjatuhan contoh lem perekat yang diberikan Daichi-san dan lem itu menggelinding sampai pada meja pelanggan disebelah sana. Tadi saat aku mengejar contoh lem yang menggelinding, aku membukukan badan ku. Mungkin itu yang membuat Shiro-san tidak melihat aku keluar dari dapur. Selain itu, Julian-kun tadi melihat ku dan menyapa ku juga."

Julian yang namanya disebut oleh Azami pun menganggukan kepalanya. "Ya, tadi aku melihat Azami-san. Aku merasa heran mengapa dia berjalan dengan merunduk maka dari itu aku menyapanya dan ternyata dirinya sedang mengikuti kemana arah lem perekat itu menggelinding."

"Ah, saat itu juga aku melihat Shiro-san sedang mengambil gelas. Jadi wajar jika Shiro-san tidak melihat jika Azami-san berjalan keluar dari dapur sambil merunduk." Sambung Julian yang kali ini tatapannya mengarah kepada Toshiro.

"Ehm, begitu rupanya. Itu bisa masuk akal mengapa aku tidak melihat Azami-kun berjalan keluar dari dapur." Sahut Toshiro yang membbuat Julian memutar kedua bola matanya malas.

"Lalu, tadi kau benar-benar pergi keluar kafe kan Azami-kun? Tapi kenapa Reki-kun bilang dirinya tidak melihat mu keluar dari dapur sama sekali?" Tanya Haruko yang tidak sabar mendengar penjelasan Azami.

"Ah, itu. Setelah aku berhasil mendapatkan contoh lem perekat yang terjatuh, aku langsung berjalan menuju pintu kafe. Aku juga menyapa Haru-san yang sedang mengantarkan pesanan pada pelanggan. Tapi saat aku baru selangkah keluar dari pintu kafe, aku teringat jika aku harus meminta izin pada Goshi-san terlebih dulu sebelum pergi keluar dari kafe."

"Saat akan kembali masuk kedalam kafe, aku melihat Reki-kun sedang bersenandung sambil menyirami tanaman diluar. Sebenarnya aku ingin menyapanya, tapi aku tidak ingin mengganggu Reki-kun yang sedang asik menyirami tanaman. Maka dari itu aku langsung masuk kembali kedalam kafe."

"Aku juga tadi melihat Haru-san sedang bercengkrama dengan salah seorang pelanggan, maka dari itu aku langsung melewati Haru-san begitu saja. Tetapi saat aku hendak menaiki anak tangga menuju lantai dua, Kuroo-kun yang sedang berjaga kasir menyapa ku." Jawab Azami yang membuat Haruko dan Reki menganggukan kepala mereka.

"Ya, benar. Aku yang melihat Azami-san seperti sedang terburu-buru menuju lantai dua, menyapanya sebentar untuk menanyakan perihal apa yang membuatnya begitu terburu." Sahut Kuroo memperjelas apa yang di katakan Azami.

"Setelah itu yasudah, aku naik keruangan Goshi-san untuk meminta izin. Tetapi Goshi-san bilang aku tidak perlu pergi keluar untuk membeli karena dirinya memiliki beberapa persediaan lem perekat seperti itu." Ujar Azami dan di setujui oleh Goshi.

"Ya, aku juga meminta bantuan Azami-kun untuk merapihkan beberapa dokumen didalam ruangan ku dan niisan." Sambung Goshi yang membuat Daichi, Toshiro, Julian, Kuroo, Reki, dan Haruko menganggukan kepala mereka.

"Tunggu, tapi aku masih heran Daichi-san. Aku sama sekali tidak menyadari jika Azami-kun tadi sempat membantu mu merapihkan persediaan bahan baku di dapur." Ujar Tenma yang membuat Daichi memutar kedu bola matanya malas.

"Wajar jika kau tidak menyadari Azami membantu ku. Tadi kau sibu membuat pesanan pelanggan dan setelah itu kau menerima panggilan telepon entah dari siapa." Sahut Daichi membuat Tenma mengerutkan dahinya heran, lalu mengulaskan cengiran tidak berdosanya.

"Oh hahaha, begitu rupanya."

Daichi hanya bisa menghela nafasnya dan beralih menatap Azami. "Azami-kun, jadi kau sudah mendapatkan lem perakat yang aku ingin kan?"

Azami menganggukan kepalanya dan mengulurkan lem perekata yang dirinya dapat dari Goshi. "Ini Daichi-san. Apa masih ada yangperlu aku bantu lagi?"

"Tidak, aku juga sudah hampir menyelesaikannya." Jawab Daichi sambil mengambil lem perekat yang diberikan oleh Azami.

"Jika kesalah pahaman ini sudah tuntas, maka aku akan kembali lebih dulu ke dapur. Kalian jika masih ada yang ingin di bahas, bahas lah tanpa aku."

Setelahnya Daichi pun berjalan kembali kedalam dapur.

"Hah syukurlah jika ini hanya kesalah pahaman saja. Ku kira, kafe kita benar-benar memiliki hawa mistis" Ujar Haruko yang membuat Toshiro mendengus geli.

"Yang benar saja. Aku sama sekali tidak mempercayai semua hal berkaitan dengan makhluk yang tidak nyata."

"Ku rasa, kau harus mengurangi menonton film horor Haru-kun." Sahut Goshi yang membuat Reki, Julian, Kuroo dan Azami terkekeh.

"Itu tidak akan bisa aku lakukan Goshi-san."

Goshi hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.

"Sudah-sudah, lebih baik kita semua kembali ke posisi masing-masing." Ucap Julian dan di setujui oleh Kuroo, Julian, Toshiro , Haruko, Azami dan Goshi.

Reki yang melihat Azami akan pergi pun, menahan pergelangan tangannya. Membuat Azami kini menolehkan kepala kearahnya dengan sorot mata bingung.

"Ada apa Reki-kun?" Tanya Azami yang membuat Goshi dan lainnya yang baru akan kembali ketempat mereka kerja berhenti sesaat .

"Ehm itu, tadi ada seseorang yang mencari mu diluar. Aku sudah menyuruhnya untuk masuk, tetapi dia bilang akan menunggu di luar saja." Jawab Reki yang semakin membuat Azami bingung. Begitu pula dengan Goshidan yang lainnya.

"Ah, begitu. Baiklah, aku akan pergi keluar untuk menemuinya. Terimakasih untuk informasinya Reki-kun." Ujar Azami, lalu kini menolehkan kepalanya pada Goshi untuk meminta izin.

Goshi pun menganggukan kepalanya. "Ya, kau boleh menemuinya Azami-kun. Mungkin saja itu hal yang penting."

Azami pun menganggukan kepalanya lalu berjalan menuju pintu masuk kafe, meninggalkan Goshi dan rekan-rekannya yang kini tengah menatap kepergian dirinya dengan ekspresi heran.

"Reki-kun, jika aku boleh tahu. Siapa orang yang mencari Azami-kun?" Tanya Goshi yang membuat Reki mengusap pelan tengkuk belakangnya.

"Aku tidak menanyakan siapa namanya. Tetapi orang itu merupakan perempuan paruh baya dan sepertinya ingin membicarakan sesuatu hal yang begitu penting."

Goshi dan yang lainnya semakin dibuat merasa heran mendengar perkataan Reki. Mereka memiliki pemikiran masing-masing namun tanpa mereka sadari pemikirian mereka satu sama lain adalah sama. Mungkin saja perempuan paruh baya itu adalah salah satu anggota keluarga Azami dari Tokyo.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C20
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login