Baixar aplicativo
99.13% Terang Dalam Gelapku / Chapter 115: 3. MEREDAKAN AMARAH ( FB MODE )

Capítulo 115: 3. MEREDAKAN AMARAH ( FB MODE )

Brian masuk ke dalam kamar Fatma dan duduk di samping brankar istrinya, beberapa saat kemudian masuk 2 orang dokter wanita.

" Ada yang bisa menjelaskan keadaan istri saya?" tanya Brian tanpa melihat para dokter yang telah berdiri di ujung brankar.

" Bu Zahirah baik-baik saja, Pak! Bu Zahirah saat ini sedang mengandung selama 8 minggu!" kata salah seorang dokter yang ada disitu.

" Apa? Coba kamu ulangi!" kata Brian menatap dokter itu tajam.

" Bu Zahirah sedang mengandung 8 minggu!" jawab dokter itu lagi.

" Apa kamu yang memeriksa dia?" tanya Brian.

" Iya, Pak!" jawab Dokter itu.

" Nama kamu siapa?" tanya Brian.

" Saya Anita!" jawab Anita.

" Kamu siapa?" tanya Brian pada dokter wanita yang satu lagi.

" Saya Keisha!" jawab Keisha.

" Kalian berdua saya tugaskan menangani istri saya selama masa kehamilan dan melahirkan nanti!" kata Brian.

" Siap, Pak!" jawab mereka berdua.

" Pergilah!" kata Brian.

" Permisi, Pak!" ucap mereka bersamaan.

Brian duduk di dekat Fatma dan meletakkan tangannya di atas perut istrinya itu,

" Trima kasih, Ya Allah! Engkau telah memberikan kepercayaan pada hamba! Trima kasih, sayang!" kata Brian ambigu. Brian menciumi punggung tangan istrinya.

" Apa saya boleh pulang, Tuan Muda?" tanya Ita takut.

" Beritahu mama dan papa juga Abi dan Ummi!" kata Brian.

" Baik, Tuan Muda!" jawab Ita lalu dia menghubungi mereka semua dan mengatakan tentang kehamilan Fatma.

Brian harus kembali ke kantor karena ada masalah yang tidak dapat di wakilkan, oleh karena itu dia meminta Ita untuk menjaga istrinya.

" Apa kamu sudah mulai tidak becus dalam bekerja?" tanya Brian marah saat memasuki kantornya.

" Maaf, Bos! Mr. Ozuka ingin bertemu secara langsung dengan Bos!" jawab Danis.

" Seandainya proyek di Jepang tidak begitu penting, aku akan langsung membatalkan semua kerjasama ini!" gerutu Brian.

" Selamat Siang, Mr. Manaf! Maaf jika saya mengganggu waktu siang anda!" kata Ozuka.

" Tidak apa-apa, Tuan! Ada perlu apa sehingga Tuan meminta saya pribadi datang?" tanya Brian.

" Perkenalkan ini adalah putri angkat saya! Namanya Salsabilah Ozuka!" kata Ozuka.

" Assalamu'alaikum! Saya Salsa! Senang berkenalan dengan Mr. Manaf!" ucap Salsa lembut. Gadis itu menundukka kepalanya, gadis berkhimar pink dengan tinggi sedikit melebihi Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian. Brian tidak bisa menahan matanya untuk tidak melihat ke arah Salsa.

" Angkat wajahmu, nak!" kata Ozuka. Salsa perlahan mengangkat wajahnya dan Brian dengan setia menunggu gadis itu menampakkan wajahnya.

" Dia anak yatim piatu saat saya mengangkatnya di usia 5 tahun! Karena kedua orang tuanya adalah muslim, maka saya mendidiknya secara muslim dan mengirimnya belajar ke Mesir!" tutur Ozuka. Brian terpana walau sesaat melihat gadis itu, wajahnya tertutup cadar, tapi dia bisa melihat matanya yang lembut selembut mata Fatma.

" Dia tidak pernah bergaul dengan lelaki manapun! Dia hanya belajar dan berdiam saja di rumah!" kata Ozuka lagi.

" Katakan maksud kedatangan Tuan!" kata Brian. Tanpa disadari Brian Salsa menatap pria itu dengan hati berdebar-debar. Sangat tampan! batin Salsa.

" Saya menawarkan putri saya pada Mr. Manaf!" kata Ozuka.

" Apa? Apa maksudmu?" tanya Brian marah.

" Dia benar-benar masih virgin dan tidak tersentuh, Mr! Dia bersedia menjadi yang kedua atau apa saja yang Mr. Manaf mau!" kata Ozuka.

" Apa kamu sudah gila? Saya pria beristri! Dan saya mencintai istri saya!" kata Brian marah.

" Maaf, Mr! Bukan maksud saya membuat marah, tapi anak saya ini ingin mengabdikan hidupnya untuk Mr!" kata Ozuka.

" Maaf! Saya tidak bisa! Carikan dia pria baik-baik! Danis! Antar mereka!" kata Brian

Brian tidak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi. Apa tampangku seperti suami yang ingin berpoligamy? batin Brian kesal. Brian sampai di RS dan langsung menuju ke kamar istrinya.

" Assalamu'alaikum! Sayang!" panggil Brian saat melihat istrinya itu sudah siuman.

" Habib! Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma melihat suaminya dari pintu kamar. Brian langsung mendekati Fatma dan mencium kening istrinya itu.

" Apa kamu baik-baik saja?" tanya Brian.

" Alhamdulillah, Habib! Aku baik!" jawab Fatma.

" Apa kamu sudah tahu tentang anak kita?" tanya Brian seakan tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya.

" Iya! Aku sangat bahagia!" ucap Fatma dengan mata berkaca-kaca.

" Kita akan menjadi orang tua!" kata Brian.

" Iya, Habib!" jawab Fama. Brian mengecup bibir Fatma dan seketika membuat si pemilik bersemu merah.

" Ada abi dan Ummi!" bisik Fatma. Brian seakan tersadar jika banyak orang di dalam ruangan itu, langsung memutar tubuhnya.

" Dasar anak tidak sopan! Kamu kira kita semua ini patung? Istirahatkan kelakuan mesummu itu! Istrimu butuh bedrest agar calon anakmu sehat!" cerca Fahmi.

" Ckk! Kenapa papa selalu mempermalukanku di depan mertuaku?" gerutu Brian yang membuat Fatma tersenyum karena tingkah suami dan mertuanya yang selalu saling cebik tapi bercanda jika bertemu.

" Mama! Ummi!" sapa Brian lalu mencium tangan mamanya dan menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada sebagai tanda salam.

" Selamat, ya, nak!" kata Iris.

" Trima kasih, ma!" jawab Brian tersenyum.

" Semoga selalu diberikan kemudahan dan berkah yang berlimpah!" kata Ummi.

" Aamiin! Trima kasih, Ummi!" jawab Brian. Lalu dia berganti mendekati papa dan abi Fatma yang sedang duduk di sofa.

" Papa! Abi!" sapa Brian lalu mencium kedua punggung tangan kanan mereka bergantian dan memeluknya.

" Selamat, nak!" kata Fahmi mencium pipi putranya.

" Trima kasih, Pa! Aku hebat'kan, baru juga sebulan, Zahirah sudah hamil hampir 4 minggu!" bisik Brian pada papanya.

" Ckk! Dasar anak mesum!" sindir papanya." !" ucap Fahmi.

" Selamat, nak! Semoga Allah memberikan kemudahan dan kelancaran!" kata Azzam.

" Aamiin! Trima kasih, Abi!" jawab Brian.

" Ngapain lo disini?" ucap Brian pada Bram.

" Habib!" panggil Fatma. Dengan kesal Brian menatap wajah istrinya, Fatma mengedipkan matanya tanda Brian harus diam. Dengan perasaan kesal, dia berjalan mendekati istrinya dan duduk di dekatnya.

" Selamat, bro! Semoga lo nggak lagi suka marah-marah setelah anak lo keluar!" sindir Bram.

" Lo..."

" Habib!" panggil Fatma mengusap lembut tangan suaminya.

" Dia yang mulai, sayang!" ucap Brian manja.

" Tolong kasih tahu suamimu Zahirah! Jangan main marah dan pecat orang seenak hidungnya meskipun RS ini miliknya!" kata Bram.

" Lo..."

" Emang dia nggak kasihan kalo keluarga mereka menangis dirumah?" seloroh Bram.

" Lo..."

" Sayang!" panggil Fatma yang memegang erat tangan suaminya, karena dia tahu apa yang akan dilakukan Brian jika tangan itu terlepas dari genggamannya.

" Istighfar, Habib! Kenapa kamu harus marah seperti itu pada mereka?" tanya Fatma.

" Kamu disentuh perawat laki-laki, sayang!" kata Brian merajuk.

" Cihhh! Manja!" sindir Fahmi. Brian menatap tajam Bram yang masih saja terus mengejeknya.

" Apa harus dengan marah-marah dan main pecat orang?" tanya Fatma bijak walau terselip sedikit nada kesal disuaranya.

" Maaf! Aku hanya menjaga dirimu, sayang!" jawab Brian.

" Aku harap kamu bisa mengendalikan sifat pemarahmu itu saat anak kita lahir nanti!" kata Fatma langsung, hingga Brian hanya bisa terdiam.

" Om, Tante! Aku permisi dulu mau mengurusi perawat yang dipecat itu!" kata Bram menekankan kata dipecat sambil menatap Brian. Brian membalas tatapan Bram dengan lebih tajam, tapi Bram tidak takut karena ada Fatma disitu.

" Iya, Bram!" sahut Fahmi dan Iris.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C115
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login