satu bulan semenjak Awan putus dengan Rio. hidup Awan jadi tidak aman. seperti di teror tiap hari. kali ini bahkan detik ini juga, salah satu temannya mengatakan kalau pacar Awan telah menunggu. semua tahu kalau Rio adalah pacar Awan di kantor ini.
"Pergi temui dia Wan," ujar salah satu teman Awan yang bekerja sama dengan satu jabatan dengan Awan.
untuk apa? pikir awan. "aku tidak akan menemui dia lagi!" kata Awan menjawab.
"setidaknya bicarakan baik-baik. kalian pacaran baik-baik, maka putus juga harus baik-baik." tegornya.
"Oke, baiklah. aku akan menemui bajing an itu kali ini!"
"Itu baru awan yang aku kenal. satu lagi Wan. kalau kamu memang udah gak suka sama dia. katakan! lebih baik jujur dari pada kamu Pendem sendirian. aku juga risih kalau tiap hari di datangi!"
"thanks."
Awan lalu begitu saja meninggalkan ruangnya menuju pintu belakang. keluar dari mana biasanya karyawan keluar. kebetulan lagi istirahat siang, Awan memilih menemui Roi terlebih dahulu.
"akhirnya kamu datang Wan, aku bahkan sudah lelah menunggu mu dari tadi,"
Awan memilih buang muka tidak mau menatapnya. "aku tidak menyuruh mu menunggu kan Rio?"
"Ya, tapi aku selalu berharap kau akan menemui aku Wan. akan kulakukan apapun yang kamu inginkan agar kita kembali kayak dulu lagi!"
tersenyum sinis, awan menatap mantan pacar nya itu. "Gak perlu ngelakuin apapun. kita udah berakhir. end. lalu apa lagi yang mau di kembalikan kayak dulu?" tanya Awan. "Sebaiknya lupakan semuanya."
"Wan, aku---"
"Rio, maaf aku harus pergi!"
"Tunggu Wan."
Awan berhenti.. menatap Rio dengan pandangan mencemooh. tidak ada kata kembali lagi pada dirinya. sekali penghianat, maka akan terus menjadi penghianat. awan tidak mau terjebak kedua kalinya. tidak untuk sakit hati lagi dengan orang yang sama.
maka awan putus kan meninggalkan Rio di sana. meski pria itu memanggil dirinya, Awan menulikan atau tidak ingin mendengar apapun dari mulut pria itu.
***
Awan terburu-buru masuk ke kantornya. usai makan siang, dirinya cukup terlambat kali ini. belum lagi sepatu high hills yang di pakainya patah. sungguh Awan merasa kalau hari ini adalah hari yang paling sial untuk nya.
beruntung Awan punya teman yang baik semua. salah satu dari mereka memberikan pinjaman sepatu yang ukuran kakinya sama dengan Awan. setelah bergegas mengganti sepatu yang terpaksa Awan pakai menyebrang dengan tinggi sebelah, kini Awan sudah berada di kubikelnya. melanjutkan tugasnya.
jam empat sore karena pekerjaan mereka santai kali ini. Awan dan teman-temannya sempatkan untuk membahas masalah film Korea yang mereka tonton.
rata-rata dari teman Awan menyukainya. termasuk penyanyi dari BTS. bahkan mereka mengilai para penyanyi dari negeri ginseng tersebut. Awan biasa saja. suka, tapi tidak terlalu.
di tengah pembicaraan mereka ponsel Awan berbunyi. ada pesan dari Lin.
Lin : aku pulang lumayan lama Wan. gak apa kan nunggu?
Awan langsung membalasnya.
Awan: emang jam berapa pulangnya? kalau satu jam dua jam aku bisa nunggu. tapi kalau lama sekali aku bisa naik taksi.
awan mengirim pesan.
Lin: tidak lama paling sekitar satu jam. ini hanya membahas projek pembangunan tower.
Awan: oh, ya sudah aku tunggu saja. kebetulan aku akan mengerjakan laporan Minggu lalu.
Lin : oke see you.
"siapa sih Wan?" tanya teman-temannya penasaran dengan teman chat Awan yang membuat wanita itu tersenyum.
"Lin..." jawab Awan
"Pria yang sering antar jemput kamu itu?"
"Iya."
"Wah, dia itu tampan loh Wan!" puji teman Awan. "kenapa gak pacaran aja sih sama dia?"
lantas Awan tersenyum. "gak mungkinlah. aku sama Lin itu temanan udah lama. lagian dia kayaknya gak suka juga sama aku!" jawab Awan.
"lagian aku takut pacaran sama Lin. yang ada ujungnya gak enakan nanti, apalagi kalau udah putus. gak mau ah pertemanan Kami hilang gara-gara hanya berganti status menjadi pacar."
sesuatu memang bisa berubah kapan saja. tidak ada yang tau tentang hal itu. hubungan Lin dan juga Awan suatu saat nanti bisa berubah juga kan? siapa yang akan bisa melawan takdir jika itu memang sudah menjadi suratan.
tak terasa waktu yang telah Lin katakan telah berlalu bersamaan dengan itu dirinya telah menunggu Awan di bawah kantor gadis itu bekerja.
penampilan Lin selalu menjadi pusat perhatian. klimis, wajah tanpa kumis. pakaian yang rapi. rambutnya yang selalu di beri pomed. sungguh Lin sangat tampan dan juga berkarisma.
wanita, banyak yang dekat dengan Lin. hanya saja Lin tidak Hiraukan mereka semua. Lin asik dengan dunianya sendiri saat ini setelah patah hati terdalamnya.
beberapa saat Awan telah berada di samping nya. memakai seat beal. lalu menatap kearah Lin yang diam entah sedang memikirkan apa.
"Lin, are you oke?"
tidak ada respon yang Lin berikan. masih asik dengan pemikiran pria itu.
"LIN!!"
"Ya... ada apa Wan?" Lin sampai kaget mendengar panggilan Awan. dia tersadar dari lamunannya.
"Apa yang kau pikirkan Lin?" tanya Awan. kali ini ia menatap sahabatnya itu
"Aku sedang tidak memikirkan apapun Wan," bohong Lin.
"Oh, ayolah Lin. kita ini bukan hanya berteman satu atau dua tahun Lin. kita udah berteman sejak SMP. apa masih kurang aku mengenali dirimu, Lin?"
Lin diam. sejujurnya dua hari yang lalu ibunya kembali mengatakan kalau Lin harus menemui wanita yang telah di Carikan ibunya sebagai calon kandidat terbaik yang bisa Lin jadikan istri. Lin bingung antara mau menemui wanita itu atau tidak malam ini.
"ih, Lin kamu bengong lagi kan...."
awan sampai memberengut kan wajahnya kepada sahabat baiknya itu.
"Hm.." Lin bingung hendak mengatakan nya pada Awan. tapi pada akhirnya Lin tetap mengungkapkan nya pada Awan sahabat baiknya itu. "mama menjodohkan aku lagi. malam ini bahkan aku di suru menemui gadis yang telah dia tentukan."
alis Awan menukik. ia serius mendengar kan ucapan Lin. sebenarnya Awan sudah berapa kali dengar kalau Lin akan di jodohkan. kerap kali juga Awan di ajak ikut bahkan di jadikan kekasih pura-pura oleh Lin untuk membatalkan perjodohan dengan wanita pilihan ibunya itu.
di bilang lelah, tentu Lin lelah. tapi mau bagaimana lagi. ibunya Lin sangat berharap kalau Lin menikah tahun ini. itu sudah di targetkan.
"Jadi kamu akan menemuinya?" tanya Awan
"Tentu.... atau mama akan marah jika aku tidak menemuinya."
awan kekeh dengan kelakuan ibunya Lin. sampai Lin pun pusing untuk hadapi ibunya itu. Sebagai seorang sahabat awan hanya membantu Lin dengan dukungan penuh dan doa. apalagi yang akan lakukan selain itu?
"Awan tiba!" kata Awan, kini ia pulang ke rumah atas permintaan mamanya. dan kini gadis itu telah berada di ruang tamu .
"Anak mama.... sini mama mau bicara sama kamu." ibu dua anak itu berjalan kearah anak pertamanya. menariknya lalu membawa Awan ke sofa tempatnya tadi duduk.
"Mau makan dulu atau gimana? biar enak ngobrol nya." kata mama Awan.
"Ada apa sih ma?" tanya Awan sungguh malas. bukannya mau durhaka. tapi asal ketemu sama mamanya yang di bahas pasti masalah jodoh. bahkan pas Awan udah kenalin Rio ke mamanya di tolak mentah. mamanya tidak menyukai Rio sama sekali.
"Malam nanti kamu gak ada acara kan?" tanya mamanya.
"Gak ada ma."
"Bagus. ikut mama ya. ketemu sama temannya mama. sekalian mama mau ngenalin anaknya sama kamu "
ko sama kayak Lin ya? batin Awan.
"emang mau kemana ma?"
"ya, kamu ikut mama aja. mama kasih tau pun kamu gak bakal tau ko dimana tempatnya."
"Huem.... tapi Awan besok kerja ma!" awan ingin menolak. tapi sia-sia saat mamanya telah menunjukkan sebuah chat yang telah di setujui bos Awan. bagaimana bisa?
sementara sang mama tersenyum penuh kemenangan. sudah sejak lama ia akan menyiapkan ini semua.
***
"Sayang, kau sangat cantik!" puji mama Awan padanya yang saat ini memang di dandani oleh beberapa orang pilihan mamanya.
"Ini terlalu Nora ma! aku gak terbiasa.." cemberut Awan melihat wajahnya di cermin. belum lagi gaun yang di kenakan seperti kurang bahan. bagian dada sedikit rendah. di bagian rok ada celah sampai ke paha. tinggal sedikit lagi maka akan menampilkan benda milik berharganya.
"Oh, kau terlalu tidak tau model ya. mama susah payah Lo milih gaun ini!" kata mamanya. mendekat. memegang bahu anaknya itu. memutar ke kanan dan ke kiri. lalu kembali menatap penampilan anaknya yang sangat cantik. hingga satu kata yang terucap. "ini sangat perfect!"
di lain sisi juga Lin baru saja memakai texudo pilihan mamanya. hanya makan malam tetapi sudah mau pergi ke ondangan saja. Lin sama sekali tidak bisa menolak.
setelah selesai Lin di beri alamat oleh ibunya. Lin pun menerima dan segara masuk ke dalam mobil miliknya.
"Mama harap kamu setuju kali ini sama pilihan mama ya lin." ujar mamanya penuh dengan binar bahagia.
Lin mengangguk pasrah. sebab menolak akan membuat hati ibunya bersedih.
"Semoga ma."
lambaian tangan Lin pertanda dia harus segera berangkat. sebelum melalui mamanya Lin membunyikan klakson mobil miliknya.
"Pergi ya ma!" kata Lin.
"Iya, hati-hati."
perempuan yang tak lagi muda itu tersenyum penuh arti. semoga rencananya kali ini tidak gagal.
***
"Mama yakin mau ikut?" tanya Awan penasaran. kenapa sih mama harus ikut?
"Ya yakin dong. gak kamu lihat mama udah Dandan begini cantik. ayo..." Manarik tangan Awan untuk masuk ke dalam mobil.
Bergeser ke bagian ujung mama ikut duduk di kursi yang sama dengan Awan. sementara sopir mulai melajukan mobil mereka menuju ke alamat yang telah di berikan melalui wa oleh seorang perempuan.
perempuan itu adalah ibunya Lin. sudah satu bulan mereka merencanakan ini karena Lin dan Awan belum juga mau menikah.
mereka tau kalau Lin dan Awan temanan. tapi mereka rasa alangkah lebih baik kalau keduanya di jodohkan. menurut ibu Lin, lebih baik sama yang udah kenal kan? dari pada sama yang belum kenal?
ibunya Awan sangat setuju. lagian Lin masuk dalam kriteria menantu idaman. apalagi? Lin punya pekerjaan tetap sama seperti Awan. di instansi negara pula.
bukan melihat dari titel yang mereka miliki juga sih. ibunya Awan lebih ke melihat bagaimana anaknya bisa bahagia. dan di Lin lah jawabannya.
perjodohan ini sama sekali tidak mereka ketahui sama sekali. hanya kedua orang tuanya yang merencanakan ini semua. sehingga ketika Awan tiba di restoran yang telah di pesan oleh ibunya Lin. ia mencoba mencari pria yang akan di jodohkan dengan nya.
melihat seisi restoran ini nyaris tidak ada satu pun kursi yang kosong. semua penuh dan hampir semua berpasangan. pria mana yang akan di kenalkan dengan Awan?
mamanya yang melihat Awan memindai se isi restoran menyentuh pundak anaknya. membuat Awan menatap kearah mamanya.
"Ayo ikut mama." katanya seolah tau isi hati Awan.
mereka tiba di penjaga antrian. lalu bertanya pada salah satu petugas. di sana.
"Atas nama ibu Rosmawati." ujar ibu Awan. sengaja memesan atas namanya di sana.supaya Awan dan Lin tidak curiga
"ayo saya antar Bu."
si petugas berjalan ke depan. di ikuti mamanya Awan serta dirinya. hingga sampai di tempat sebuah ruangan yang lumayan besar serta di atasnya tertulis tulisan VVIP.
"Silahkan masuk Bu."
"Terimakasih."
mereka masuk ke dalam ruangan itu. duduk di sofa. mamanya Awan lebih dulu memeriksa ponsel nya. di sana mamanya Lin telah memberi tahu jika anaknya juga telah berangkat dari rumah. perempuan itu tersenyum. lalu membalas pesan tersebut. setelah itu di masuk Kannya kembali ponselnya ke dalam tas.
***
di sisi lain Lin telah sampai di restoran yang mamanya berikan alamat. seharusnya mamanya ikut tetapi karena papa Lin akan sampai malam ini jadilah Lin yang akan menemui wanita yang di jodohkan dengan nya.
huussss...
Lin hembuskan nafas kasar. sungguh ia malas sebenarnya untuk melakukan date dadakan seperti ini.
Lin turun dari mobilnya. menutup pintu serta menguncinya dengan tombol remote yang di pegangannya di tangan. sudah memastikan mobilnya aman Lin masuk ke dalam restoran.
Lin merogoh saku celananya. mengeluarkan secarik kertas. lalu membuka lipatnya dan membaca nama yang tertera di sana.
"ibu Rosmawati? kayak kenal sama nama ini? siapa ya?"
sayangnya ingatan Lin sangat buruk sehingga ia tidak ingat siapa orangnya. hanya pernah dengar nama itu saja.
lagi ia hembuskan nafas. Lin masuk ke dalam restoran. dia diantar oleh penjaga di sana sama seperti mama Awan dan juga Awan tadi.
sampai di depan pintu ruangan VVIP. petugas itu meninggalkan Lin atas permintaan pria itu.
gugup, deg-degan bercampur menjadi satu. baru kali ini Lin merasakan hal itu. Lin mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu. meyakinkan untuk bisa masuk ke dalam menemui wanita yang di pilih ibunya.
bahkan tak lupa ia mengecek penampilan dirinya di cermin kecil yang ada di pojok. melihat rambut klimis nya. saat menemukan ada sedikit yang berantakan Lin membaguskan-nya menggunakan tangan.
"Udah rapi belum ya?" batin Lin dalam hati.
"Mas udah rapi kan?" tanya Lin pada pekerja yang lewat.
pekerja itu tampak melihat, mengamati. kepalanya mengangguk. "sudah mas. rapi kok!"
"Makasih mas..."
padahal tanpa Lin sadar bahwa orang yang akan di temui nya malam ini adalah orang yang selalu terus bersama nya.
Comentário de parágrafo
O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.
Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.
Entendi