Aaron sedang duduk di sebuah kafe. Dia ingin sekali menikmati suasana tenang sambil menyesap teh hitam.
Kafe ini sepi. Aaron sengaja menyewa seluruh kafe agar dirinya tidak perlu satu ruangan dengan pengunjung-pengunjung lain. Ditambah dirinya bisa memilih tempat duduk paling strategis. Dekat jendela kaca.
Akhir-akhir ini pria itu menghadapi banyak masalah. Entah masalah di bisnis yang sedang dijalankan ataupun orang yang ingin ditangkapnya, Ibas.
Di saat seperti ini, Aaron mengingat Haya. Gadis itu selalu muncul dipikirannya. Mengingat Haya membuat Aaron tersenyum.
Tiba-tiba Aaron merasa ada seseorang yang mengikutinya. Ada siluet hitam yang bersembunyi di balik gelapnya jalan.
Ada yang mengikutiku, batin Aaron.
Tak lama kemudian, Aaron memilih untuk berdiri dan meninggalkan kafe. Dia berniat mencari tahu siapa orang yang mengikutinya.
Namun sebelum keluar dari kafe, Aaron mengeluarkan pisau dari sakunya. Ia menggenggam pisau kecil itu erat-erat.
….
Beberapa jam sebelumnya…
Haya sedang duduk di balik komputer di ruang kerjanya. Jam sudah menunjuk pukul 8 malam. Semua polisi sudah pulang kecuali polisi yang mendapat shift jaga malam.
Otak Haya tidak bisa berhenti berpikir sejak rapat tempo hari. Dia bingung sekali harus memulai penyelidikan dari mana.
Lalu nama Aaron muncul dipikiran Haya.
Kenapa aku suka memikirkan Aaron sih akhir-akhir ini, batin Haya.
"Kamu belum pulang?" tiba-tiba Ethan muncul entah dari mana.
Haya mengerjap. "Ya."
"Kenapa?" tanya Ethan dengan wajah bertanya-tanya.
"Aku belum selesai mengerjakan laporanku," kata Haya berbohong.
"Oke, jangan lupa segera pulang," kata Ethan.
Sebelum Ethan pergi, Haya memanggil pria itu, "Aku ingin bertanya sesuatu."
Ethan menarik kursi dan duduk di depan Haya. "Mau tanya apa?"
"Menurut dokumen penyelidikan Kapten Ji yang kubaca, gangster memiliki kehidupan yang misterius. Mereka tinggal di tempat-tempat tak terduga. Semisal aku pernah bertemu orang yang punya kehidupan misterius, bolehkah aku menyelidiki orang tersebut?"
Orang yang dimaksud Haya misterius adalah Aaron. Pria itu hidup di kastil terpencil di sebuah hutan yang Haya saja tidak tahu keberadaan tempat itu. Pria itu juga punya kehidupan yang misterius. Dia bermusuhan dengan Ibas.
Ethan mengangguk. "Tentu saja. Segala kecurigaanmu boleh dibuktikan."
"Tapi orang yang ingin kuselidiki sangat misterius. Aku pernah bertemu dengannya tapi tidak tahu dia tinggal dimana," kata Haya sedih.
Ethan ikut berpikir.
"Apa kamu tahu sesuatu tentang orang itu? Misal nama lengkapnya, sosial medianya atau apapun tentang orang itu?"
Haya menggeleng pelan. Dia tidak tahu apa-apa tentang Aaron kecuali nama pria itu. Dia juga tidak tahu alamat rumah pria itu karena sewaktu diculik, mata Haya ditutup. Saat Aaron mengantarnya pulang pun, mata Haya ditutup.
"Coba ingat-ingat lagi, apa kamu tahu plat nomor kendaraannya atau…"
Otak Haya berpikir semakin keras. "Hmm… sepertinya aku tahu plat nomor mobil orang yang kucurigai."
Sekalipun Haya tidak ingat merek mobil pria itu, Haya ingat betul plat nomor mobilnya. Itu adalah kombinasi nomor aneh yang belum pernah Haya tahu sebelumnya.
Ethan membuka website menggunakan komputer Haya. Pria itu masuk ke database kepolisian lalu lintas untuk melacak plat nomor.
"Coba sebutkan nomor polisinya," kata Ethan.
Haya mengingat-ingat. "H 4DE5 AA"
Dahi Ethan berkerut. Beberapa detik kemudian Ethan berhasil menemukan informasi ke database. "Kalau dari database, mobil ini dibeli sekitar 5 tahun lalu. Dan kalau dari informasi, mobil ini berada di daerah Jakarta Pusat."
Haya mencatat koordinat posisi mobil.
"Ethan, aku pergi dulu ya. Makasi udah bantuin aku," kata Haya ceria lalu bergegas pergi. Dia harus menemukan Aaron.
….
Haya mengikuti langkah Aaron yang keluar dari kafe. Pria itu terlihat tidak curiga kalau dirinya sedang diikuti.
Aaron berjalan menyusuri trotoar sepi dan berbelok di perempatan jalan. Langkah kakinya begitu tegas.
Kalau Haya tidak punya kesan jelek pada Aaron saat pertama kali bertemu tentu dia akan mengagumi keindahan pria itu. Entah dilihat dari sisi manapun Aaron adalah penggambara yang sempurna untuk pria tinggi, tampan dan misterius.
Tiba-tiba Haya berhenti. Dia kaget sekali melihat Aaron masuk ke sebuah hotel sepi yang terlihat seperti rumah hantu dari luar!
Tunggu bukankah ini hotel kelas murah yang biasa disewa untuk praktik prostitusi, batin Haya kaget.
Saat masih di akademi dulu, Haya pernah disuruh mengawasi tempat-tempat prostitusi di Jakarta. Maklum saat itu banyak sekali pria di akademi Haya yang punya kebiasaan pergi ke tempat-tempat prostitusi.
Instruktur meminta Haya mengikuti para pria di akademinya yang berniat menghabiskan malam minggu bersama pekerja seks. Setelah itu, Haya disuruh melaporkan nama-nama mereka secara rahasia. Nantinya para pria yang pergi ke tempat prostitusi mendapat hukuman berat dari instruktur.
Pria ini pasti hidung belang, batin Haya kesal.
Haya mengikuti Aaron masuk ke dalam hotel. Dari luar hotel ini begitu menyeramkan. Tapi di dalamnya begitu hidup. Haya bisa melihat lampu warna-warni dan pria wanita hilir mudik.
Lalu ia melihat pria itu menyewa kamar dan mulai naik tangga. Dengan hati-hati Haya mengikuti Aaron sampai akhirnya pria itu berhenti di lantai paling atas hotel.
Lorong lantai paling atas hotel begitu sepi. Haya tidak mendengar dan melihat siapapun di sini.
Kemana perginya Aaron, batin Haya.
Haya berusaha mengamati setiap kamar. Kamar-kamarnya juga kosong. Tiba-tiba sebuah tangan meraih tubuh Haya. Tangan itu menarik Haya masuk ke sebuah kamar.
Kejadian itu begitu cepat. Haya tidak tahu apa yang terjadi. Yang ia tahu dirinya sedang berdiri menempel pada dinding dengan wajah Aaron berjarak hanya 10 sentimeter dari wajahnya.
"Kita bertemu lagi," kata pria itu sambil menyeringai.
"Sial!" umpat Haya.
Haya berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Aaron yang sedang melilit tubuhnya. Pelukan Aaron begitu kuat.
"Lepaskan aku!" kata Haya.
"Kenapa kamu mengikuti?" tanya Aaron sambil menatap mata Haya lurus-lurus.
Haya tidak menjawab. Dia terus berusaha melepaskan diri dari Aaron. Gadis itu tidak nyaman berada begitu dekat dengan Aaron. Ia bisa merasakan napas pria itu di wajahnya.
"Kalau kamu gak menjawab, aku anggap kamu merindukanku," goda Aaron.
"Kamu sudah gila? Siapa yang merindukanmu?" kata Haya sambil melotot.
Aaron tersenyum. "Kalau begitu kenapa seorang polisi manis mengikutiku?"
"Aku hanya ingin bertanya padamu," jawab Haya kesal.
Aaron melepaskan Haya. Lalu ia duduk di pinggir kasur sambil melihat Haya.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Aaron tidak sabar mendengar pertanyaan Haya.
"Apa kamu anggota gangster?"
Baiklah, harus Haya akui pertanyaannya sangat konyol. Mana ada orang yang mengintrogasi target dengan pertanyaan tanpa basa-basi seperti dirinya.
"Kenapa?"
"Aku ingin tahu," kata Haya singkat.
Aaron tersenyum. "Kamu sangat menarik, Haya. Kalau aku anggota gangster kenapa? Apa dengan menjadi anggota gangster bisa membuatmu menyukaiku? Atau tipe pacarmu anggota gangster?"
Makasi atas dukungannya :)