Baixar aplicativo
100% Summer and the Time Traveler / Chapter 8: Delapan

Capítulo 8: Delapan

Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun. Dengan belek bertaburan di mataku. Aku sadar aku belum cukup tidur semalam, jadi wajar saja kalau rasa mengambang masih terasa kental olehku. Kalian tau bukan apa maksudku? Rasa yang biasa orang tua kalian sebut dengan istilah "Belum ngumpul." Itu, tidak mungkin kalian tidak tau.

Aku duduk sebentar di pinggiran kasur kayuku. Meneguk segelas air putih yang sudah biasa kusiapkan disamping kasurku untukku minum setiap bangun tidur. Kupikir, untuk pendatang baru sepertiku, lebih baik aku mencoba lebih membaur dengan sekitar agar homesickku tak semakin parah.

..............................

"Hans kamu mau kemana pagi-pagi seperti ini?" tanya mama memergokiku ingin keluar ari rumah.

"Melancong lagi, aku masih merasa asing." Jawabku singkat. Aku tidak berniat kabur sebenarnya, aku kira Mama belum bangun sepagi ini.

"Kalau begitu bawa ini." Mama memberikanku sebuah kamera. "Itu milik ayah, tidak terpakai, kau gunakan saja itu nanti." lanjutnya

"Terima kasih. Aku pergi!"

"Jangan lupa kembali sore nanti, ibu memasak." Lalu aku pergi melewati pintu begitu saja, aku bahkan lupa untuk menutup kembali pintu itu.

..............................

Aku seperti ini karena memang masih belum merasa mendapat ikatan. Kemarin aku bermaksud untuk mencarinya, tapi aku masih tertahan di lingkaran yang sama, ujung terjauhnya ya steve dan eiffel, belum dapat sesuatu yang baru. Jadi hari-hari berikutnya mungkin aku akan rutin melancong.

Arch de Triomphe, akan menjadi tempat hinggah pertamaku. Gerbang kemenangan yang sangat iconic warisan Napoleon, salah satu contoh pemimpin yang menarik perhatianku. Berarti bundaran Place Charles de Gaulle akan menjadi destinasi pertamaku. Apa aku perlu mengajak Steve? Sepertinya tidak. Khusus sendirian untuk hari ini.

Bicara soal Napoleon, aku jadi ingat salah satu kisah unik tentangnya. Sebuah kisah bagaimana ia dapat menghilangkan ribuan nyawa hanya karena batuknya yang menyebalkan itu. Apa? Kalian belum pernah mendengarnya? Sebaiknya kalian mencari artikel tentang itu, karena kalian akan terpingkal-pingkal saat tau ada prajurit yang salah mendengar kata "Batuk sialan!" menjadi "Bunuh mereka semua!".

..............................

Berjalan dengan jarak yang jauh seperti tidak berasa jika matamu sambil dimanjakan surga dunia ciptaan van gogh dan Picasso ini. Terkadang padatnya kota metropolitan ini berganti dengan suasana indahnya "desa seni". Rue I'Étoile, Rue Troyon, Rue de Tilsitt, jalan-jalan yang kulewati itu mengingatkanku pada sebuah nama pada serial Hunger Games, Rue. Yang kupikirkan sekarang adalah hebat juga orang-orang ini menaruh nama Rue di nama jalan menuju gerbang kemenangan. Tak ada yang asing dengan keberanian Rue dalam film hitz abad ini itu. Sampai akhirnya aku sadar betapa bodohnya aku ketika tau bahwa kata Rue itu memang mempunyai arti "Jalan" dalam bahasa Prancis. Hahaha.

..............................

Matahari sudah berada tepat diatas kepalaku. Sejuk memang disini, dingin yang tak kian hilang walau sudah lewat 3 bulan dari bulan Desember. Aku sedikit lelah setelah mondar-mandir di Charles de Gaulle, karena itu aku bersantai sebentar di Place de la Concorde. Melemaskan semua otot-otot kakiku yang tegang karena dipakai melangkah terlalu lama.

Jujur, saat pertama aku mendengar kalau aku akan pindah ke Paris, aku belum mengetahui tentang tempat ini. Yang kutau hanya Menara Eiffel dan Louvre Pyramid. Untuk kalian yang sama sepertiku, aku sangat merekomendasikan kalian untuk melihat bundaran menakjubkan ini di internet.

Untuk beberapa saat aku hanya celingak-celinguk mengapresiasi keindahan dari tugu, air mancur, dan patung-patung di sini. Itu semua membuat mataku relax, sampai aku melihatnya. Gadis yang menghantuiku akhir-akhir ini. ya, seorang perempuan muda yang tiba-tiba muncul di kamarku. Aku mengucak mataku untuk meyakinkan diri kalau aku tidak berhalusinasi karena lelahku. Tapi dia masih disitu, aku sadar. Aku benar-benar sadar. Aku yakin ini bukan efek kurang tidur semalam dan bukan juga salah satu penghuni catacomb yang sedang menampakkan diri. Dia gadis di foto itu. Reflek aku membidik kameraku ke arah gadis itu dan mengambil beberapa gambar. Berharap ada yang menghasilkan angle yang bagus. Sungguh. Saat itu jarakku yang hanya 10 meter darinya membuat kakiku tak tertahan untuk melangkah kesana. Rasa takutku kepada stranger tertutupi oleh rasa penasaranku.

Tapi sepertinya memang belum jodoh. Belum setengah jalan aku kesana, sebuah mobil berhenti tepat di depannya lalu dia masuk ke dalamnya. Aku melihat sekilas kalau di dalam mobil itu ada seorang laki-laki. Dan, jauh lebih tampan dariku. Pasti itu pacarnya, jadi tak mungkin tulisan di foto itu benar. Mengada-ada. Yasudahlah, aku juga tidak tau siapa dia, tidak akan berpengaruh apa-apa. Hanya seperti sehelai daun yang jatuh arus sungaiku yang kencang. Aku pikir ada baiknya jika aku pulang sekarang, mama pasti butuh bantuanku di rumah.

..............................

"Mama aku pulang!" teriakku dari ujung pintu. Kali ini benar-benar teriak, tidak seperti suara belerku kemarin sore.

"Cepat sekali, baru jam 3." Tanya Mama.

"Besok aku pergi lagi, udah capek hari ini."

"Gimana? Seru?"

"Yaa ga gimana-gimana, sini aku bantu masak."

"Awas jangan mengacau."

"Siap boz!" sahutku lalu mengambil celemek dan sarung tangan untuk memastikan semua makanan buatanku itu higenis.

..............................

Setelah makanan siap dan semua sudah berkumpul, kami langsung santap makanan itu dengan lahap. Aku senang melihat itu, karena berarti makanan hasil tanganku itu enak. Atau setidaknya tidak mengecewakan karena ini juga dominan sentuhan Mama.

Setelah selesai, aku langsung ke kamar. Kuambil kamera ayah yang kubawa tadi lalu menengok ke dalamnya. "hmmm apakah ini benar-benar dia?" pikirku sambil membandingkan wajah yang kulihat tadi di kamera dan dalam foto misterius itu. Seratus persen sama, aku yakin aku benar. Ini benar-benar dia. Tapi siapa lelaki yang menjemputnya? Di kertas ini tertulis ia mencintaiku. Tapi kalau itu benar, lalu apa kabar dengan laki-laki tadi. tidak mungkin. Ini pasti hanya ulah orang iseng. Tapi sungguh, ini pertama kalinya aku penasaran dengan hubungan seseorang yang bahkan tak kukenal. Aku pindahkan foto-foto tadi dari kamera ke handphoneku. Setelah selesai, aku hendak mengirim foto ini ke steve, berharap ia bisa memberiku suatu kabar baik, setidaknya sebuah informasi. Tapi aku mengurungkan niatku. Sekali lagi aku berpikir kalau dia bukan siapa-siapa, aku yakin, dan aku harus bisa melupakannya. Aku lelah, rasanya aku seperti tak pernah berhenti melangkah hari ini. Tulangku remuk sudah, sebaiknya aku tidur dulu sekarang agar pikirankupun jernih. Ya, setelah cuci-cuci sebentar, aku sudah siap untuk tidur. Sepertinya saking lelahnya aku bisa tertidur kurang dari 5 menit setelah aku mematikan lampu. Selamat malam semua!

..............................


next chapter
Load failed, please RETRY

Novo capítulo em breve Escreva uma avaliação

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login